Share

Bab 4

Aвтор: Dania Zahra
Wajah Livy memerah seketika. Dia berusaha untuk meronta sambil melirik ke arah pintu dengan panik karena takut ada yang tiba-tiba masuk.

"Kenapa cari aku?"

Preston berusaha menenangkan diri dan bersikap lebih sopan. Namun, dia sendiri juga tidak mengerti mengapa bisa tergoda ketika melihat Livy. Seolah-olah kehilangan akal sehat, Preston yang seperti ini benar-benar berbeda dengan dirinya yang biasa.

Livy berdiri tegak dan merapikan pakaiannya. "Aku ... akan dipecat. Seharusnya, itu bukan perintah darimu, 'kan?" tanya Livy dengan hati-hati.

Bagaimanapun, mereka baru saja menikah pagi ini. Alasan mereka mendaftarkan pernikahan ini adalah karena Livy adalah karyawan perusahaan ini. Dengan demikian, Preston bisa lebih mudah mencari Livy dan memintanya untuk berakting kapan saja jika diperlukan.

Itulah alasannya, Livy yakin bahwa pemecatannya ini tidak ada kaitannya dengan Preston. Lagi pula, Preston tidak pernah menyebutkan bahwa dia harus tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga.

"Apa yang terjadi?" Preston mengerutkan alisnya. Tangannya memegang dagu Livy dengan lembut dan memintanya untuk menjelaskan lebih lanjut.

Livy mengatupkan bibir sekilas dan melaporkan semuanya dengan jujur. Namun, dia tetap menekankan dengan hati-hati, "Meskipun pikiranku agak kacau hari ini, tetap saja aku nggak mungkin melakukan kesalahan besar. Kalaupun aku salah, nggak perlu sampai dipecat juga, 'kan?"

"Apa Grup Sandiaga lagi dalam masalah?" tanya Livy sambil mengerjapkan matanya dengan usil.

Livy beranggapan bahwa pemecatannya ini mungkin karena permintaan Preston yang menganggap staf di departemen sekretaris terlalu banyak. Kebetulan, dia yang menjadi kambing hitam dari permintaan tersebut.

Plak!

Tiba-tiba, Livy merasa bokongnya kesakitan. Dia terkejut dan membelalakkan mata. Preston ... benar-benar memukul bokongnya?

"Livy, sebagai salah satu staf dari departemen sekretaris, apa kamu nggak tahu situasi perusahaan?" Preston tertawa ringan. "Kalau begini, sepertinya memecatmu memang bukan ide buruk."

Livy menggigit bibir bawahnya karena merasa sangat malu. Semua ini karena dia terlalu banyak bicara. Mana mungkin Grup Sandiaga akan mengalami kesulitan di bawah kendali Preston? Dia dijuluki sebagai "Setan Dunia Bisnis".

Sejak bergabung dengan Grup Sandiaga, perusahaan ini tidak pernah mengalami kerugian. Itulah alasannya Preston mendapat julukan seperti itu.

"Pak Preston, aku cuma bercanda." Livy bergumam dengan lirih, "Boleh jangan pecat aku nggak?"

Livy benar-benar tidak ingin kehilangan pekerjaannya di Grup Sandiaga. Saat melamar posisi "sekretaris junior" ini, Livy sudah melewati banyak tahapan seleksi yang sangat sulit. Awalnya, dia bahkan tak pernah berharap bisa diterima karena standar yang sangat tinggi.

Namun, setiap kalinya Livy selalu berhasil lolos dengan nilai nyaris. Karena itulah, Livy bertanya-tanya apakah semua keberuntungannya telah terpakai habis saat tahap wawancara?

Yang lebih penting lagi, gaji di Grup Sandiaga sangat tinggi. Dia benar-benar tidak rela jika harus kehilangan pekerjaan ini. Lagi pula, saat ini dia memang sangat butuh uang karena ....

"Kontribusi Annie sangat besar terhadap perusahaan. Dia pasti punya alasan tersendiri membuat keputusan seperti itu. Akan kupertimbangkan dulu," jawab Preston dengan ekspresi dingin dan nada serius, seolah-olah sengaja memberikan Livy peringatan.

Wajah Livy langsung memucat. Dia tidak menyangka bahwa Preston tidak merasa simpati padanya sedikit pun. Bagaimanapun, mereka ini adalah suami istri sekarang. Meski memang hanya sekadar pernikahan kontrak, tidak seharusnya Preston bersikap sekejam itu.

Tadi pagi mereka baru saja menerima akta nikah, tapi sekarang Livy malah menghadapi kemungkinan akan dipecat?

Apalagi, Preston sudah menidurinya dua kali ....

Namun, Livy tidak punya keberanian untuk membantahnya. Di bawah tekanan seperti ini, dia hanya bisa mengalah.

"Baik, Pak Preston," jawabnya dengan lesu, lalu berbalik dan berjalan ke pintu. Dia kembali ke ruang kerjanya dan duduk di meja kerja dengan perasaan murung.

Rekan kerjanya, Ivana, langsung menghampiri Livy untuk menunjukkan rasa prihatinnya. Mereka berdua adalah teman baik di kantor. Ivana bertanya dengan suara pelan, "Livy, kenapa wajahmu pucat sekali? Kamu dimarahin sama Bu Annie?"

Livy mengangguk, lalu menjawab dengan bingung, "Aku mau dipecat ...."

"Hah?!" teriak Ivana.

Semua orang di sekitar mereka langsung menoleh. Ivana buru-buru menutup mulutnya dan melambaikan tangan pada yang lain. "Nggak apa-apa kok, nggak apa-apa."

Kemudian, dia menarik lengan Livy ke pantri untuk menanyakan lebih lanjut.

"Masa cuma gara-gara masalah sepele begini dia mau pecat kamu? Kamu sudah lama kerja di sini, setidaknya harus dikasih kesempatan sekali lagi, 'kan?" Ivana merenung sejenak, lalu bertanya, "Livy, kamu pernah ngelakuin sesuatu yang menyinggung Bu Annie nggak?"

"Nggak, kok." Livy menggelengkan kepalanya. Tidak peduli seberapa kerasnya pun dia berusaha untuk mengingatnya, Livy tetap tidak merasa dirinya pernah menyinggung Annie.

Yang terpenting lagi sekarang adalah sikap Preston yang membuat Livy kehabisan akal. Bagaimanapun, mereka terikat hubungan pernikahan kontrak, kenapa Preston bisa tega melihatnya dipecat begitu saja?

Pria itu benar-benar tak berperasaan! Kalau tahu begini, Livy pasti tidak akan setuju untuk menikahinya!

"Aku ngerti sekarang!" seru Ivana tiba-tiba. "Karena hubunganmu sama Pak Preston!"

Livy terdiam sejenak, lalu bertanya dengan terbata-bata, "Ke ... kenapa kamu bisa tahu?"

Masalah pernikahannya dengan Preston hanya diketahui mereka berdua dan Bendy. Lalu, kenapa Ivana bisa mengetahui hal ini?

"Cih, siapa yang nggak tahu? Meski aku nggak ikut ke resor, semua orang tahu kamu terpaksa duduk di sebelah Pak Preston dalam perjalanan pulang. Kami semua kasihan sama kamu."

Ivana mengerucutkan bibirnya dan mencoba untuk menganalisis situasi. "Pasti Bu Annie cemburu karena kamu duduk bersebelahan sama Pak Preston, makanya dia kesal sama kamu dan cari-cari alasan untuk memecatmu."

Di perusahaan, hampir semua orang tahu bahwa Annie punya perasaan pada Preston. Jadi, analisis Ivana cukup masuk akal. Dia bahkan merendahkan suaranya dan bertanya dengan ekspresi hendak menggosip, "Kamu nggak goda Pak Preston, 'kan?"

"Te ... tentu saja nggak," jawab Livy dengan gugup, tapi tetap berusaha terlihat tenang.

Bagaimanapun, Preston sudah berpesan agar hubungan mereka tetap dirahasiakan. Jadi Livy berusaha sebaik mungkin untuk menyangkal keterlibatannya dengan Preston.

"Aku tahu kamu nggak akan begitu. Mungkin ini cuma karena Bu Annie cemburu, makanya tiba-tiba memutuskan untuk memecatmu, apalagi setelah kamu pulang dari resor," timpal Ivana yang semakin yakin dengan spekulasinya.

Livy menggelengkan kepala dengan bingung dan pasrah. "Sudahlah, aku selesaikan tugas hari ini saja. Masih ada dokumen yang belum sempat aku rapikan. Kalau mereka benar-benar pecat aku, setidaknya aku bakal dapat kompensasi dan punya waktu untuk cari pekerjaan lain."

....

Menjelang jam pulang kerja, Livy menerima panggilan telepon internal. Peneleponnya adalah Bendy yang meminta Livy untuk datang ke kantor Preston. Dengan perasaan bingung, Livy segera menyelesaikan pekerjaannya dan naik lift ke lantai atas.

Ketika sampai di depan pintu kantor Preston, Livy mendapati pintunya sedikit terbuka. Dengan perlahan, dia mendorong pintu dan melihat Annie berdiri di depan meja kerja Preston dengan ekspresi penuh penyesalan.

"Maaf, Pak Preston. Ini kelalaianku. Aku mengira ini kesalahan Livy, jadi aku memutuskan untuk memecatnya."

Mendengar suara di belakangnya, Annie langsung menoleh. Saat melihat Livy, sorot matanya langsung memancarkan kemarahan sejenak. Namun, dia buru-buru menarik kembali tatapan itu dan membungkuk ke arah Livy.

"Maaf, Bu Livy. Aku minta maaf atas kesalahanku."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 430

    Astaga, situasi macam apa ini?Telinga Livy terasa panas membara. Tanpa bisa dikendalikan, pikirannya mulai dipenuhi gambaran-gambaran yang tidak senonoh.Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membalas pesan mesum dari Preston. Dia mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan dan mulai mencari informasi tentang Mathias.Informasi tentang pria itu cukup terbatas di internet. Katanya, dia adalah pria paruh baya yang merintis usahanya dari nol dan dikenal memiliki cara bicara yang baik.Namun, ada juga beberapa rumor negatif yang menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, dia diam-diam berselingkuh dari istrinya dan memiliki banyak wanita di luar.Livy tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri, mempelajari berbagai hal tentang musik, catur, kaligrafi, dan lukisan.Meskipun dia tahu usahanya mungkin tidak terlalu berpengaruh, setidaknya itu lebih baik daripada tidak mempersiapkan apa pun.Setelah sibuk sepanjang sore, Livy akhirnya tiba di r

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status