Setelah kedua sejoli itu tidak terlihat, Hana segera masuk ke kamar wanita yang dianggap calon mertua. Wajah dibuat sebegitu sendu, membuat Adzkia merasa bersalah. Wanita paruh baya tersebut lekas menarik Hana agar duduk disampingnya, mengusap pelan punggung tangan perempuan pilihan Adzkia untuk menjadi pendamping Arka.
"Sabar ya, Hana. Mama akan lebih berusaha agar kamu bisa menikah dengan Arka," tutur Adzkia pelan menatap perhatian pada calon menantu idamannya.Hana hanya mengangguk kecil sebagai jawaban. Rencana sudah ia susun, menunggu Adzkia mungkin kapan dia akan menyandang gelar Nyonya Arka. Segera bangkit pamit buat mendekati Arka."Mah, Hana turun dulu memberikan kopi buat Mas Arka," ucap Hana lalu melangkah keluar meninggalkan Adzkia."Semoga Hana tidak berbuat nekad," gumam Adzkia lalu membaringkan tubuhnya untuk istirahat.Hana bergegas mengambil secangkir kopi yang ia buat, melangkah mendekati Arka yang menonton televisi. DenHari kedua mereka bermalam, ada undangan untuk Adzkia. Sedangkan wanita paruh baya itu belum pulih total, akhirnya ia memiliki ide buat memerintahkan Arka dan Hana. Dengan langka pelan menuju ruang tamu, dia melihat Hana masih berusaha mendekati putranya."Arkaaaa," panggil Adzkia membuat Arka menoleh menatap orang terkasih."Ada apa, Mah?" tanya Arka mengalihkan tatapannya pada sang Mama dan meletakan laptop di meja."Mama boleh minta tolong?" tanya Adzkia seraya duduk di dekat Hana."Tolong apa, Mah?" sahut Arka lalu nada dering ponsel membuat ia meminta izin dulu menerima telepon."Iya, nanti Mas jemput, kamu tunggu dulu ya," pinta Arka lalu tersenyum saat mendengar jawaban Mona, ia lekas memasukan handphone ke saku lalu berjalan mendekati Adzkia."Mah, nanti kita bicara lagi, Mona sudah keluar sekolah. Arka harus menjemputnya," pamit Arka lalu pergi."Ishhh, Arka. Selalu saja mentingkan bocah ingusan itu," keluh
Sesampai di kediaman Adzkia, keduanya langsung di hadang oleh sang pemilik. Wanita paruh baya itu melirik jam, lalu beralih menatap Arka. Arka yang ditatap sedemikian rumah akhirnya bertanya."Mama mau bicara'kan tadi?" tanya Arka lalu disuguhi kartu undangan."Ini apa, Mah?" tanya Arka melihat dengan teliti deretan huruf yang dikertas."Kamu gantikan Mama, pergi bersama Hana. Sekarang ajak dia ke salon dan kalian juga harus membeli pakaian," perintah Adzkia tanpa menunggu persetujuan Arka."Mah, Arka belum setuju lho. Mendingan Arka bawa Mona saja," ujar Arka menggenggam lengan Mona yang menunduk sedari tadi."Kamu jangan gila, Ka. Kamu mau mempermalukan Mama dengan membawa dia? bisa-bisa dia dibully oleh mereka, saat Mona tidak tau harus menjawab apa pertanyaaan mereka. kamu tau'kan bagaimana pesta itu," tutur Adzkia membuat Arka terdiam."Di mana Hana? Arka tak punya banyak waktu. Mona cepat taruh tas lo, lo harus ikut," ucap
Pesta itu sangat ramai, Arka sama saja berwajah datar. Tak ada senyuman yang menghiasi bibir, hanya Hana terus nebar senyum dan terus menempel pada Arka. Membuat lelaki itu tak nyaman, dia bersyukur saat diajak berbincang dengan beberapa rekan bisnis nan diperintahkan oleh orang tua mereka untuk datang ke acara ini."Ahhh ayo, siapa yang kuat dan tidak mabuk!" tantang salah satu, semua terus berbincang sampai tak terhitung minum keras mereka teguk.Arka bangkit berjalan dengan sedikit sempoyongan, melangkah keluar membuka bagasi yang memperlihatkan Mona meringkuk disana sambil memendam tangisan. Arka merasa terpancing saat melihat hotpants yang dipakai Mona dan tentop berwarna hitan nan tersingkap memperlihatkan perut rata perempuan tersebut. Dengan cepat mendorong Mona untuk berbaring lagi lalu lekas menutup bergegas mengendarai mobil menuju hotel miliknya yang berada di daerah ini."Mas ... kamu mabuk ya!" pekik Mona saat ditarik paksa agar dia turun dar
"Apa-apaan lo ha! Ngaku-ngaku jadi calon istri gue, apalagi sebarin kalau gue udah cerai sama Dinda," bentak Arka dihadapan mereka.Hana langsung menunduk, nyalinya menciut saat mendapatkan bentakan dari Arka. Lelaki itu menarik lengan Hana dan cepat ingin melayangkan tangan ke pipi wanita tersebut. Tertahan dengan suara teriakan Adzkia."Ka ... jangan sakiti perempuan!" pekik Adzkia menarik lengan Hana masuk ke dalam pelukannya."Habisnya dia yang kurang ajar, Mah. Coba mulutnya jangan gitu, Arka gak bakal main tangan," seru Arka menjatuhkan bokongnya ke sofa sedangkan Mona hanya menunduk."Itu karna disuruh Mama, Ka. Jadi kamu jangan sakitin Hana," seru Adzkia dengan suara gemetar ia tak menyangka Arka semarah ini."Kenapa Mama bersikeras menjodohkanku sama dia, Arka tidak akan sudi menikah dengan dia camkan itu!" seloroh Arka lalu menarik lengan Mona agar di sisinya."Sebentar lagi kami akan menikah, sepulang dari sini Arka ak
Pernikahan itu terjadi, mereka kini telah duduk dipelaminan setelah acara ijab kabul itu. Perasaan Mona sangat gugup, apalagi yang datang kebanyakan orang terhomat dan wartawan. Hana datang dengan penampilan bak model, berjalan berlonggak lenggok mendekati pelaminan."Selamat yah," ucap Hana dan bersalam lalu bercipika-cipiki sambil berbisik."Ingat! Aku tidak akan membuat hidupmu tenang, aku akan mengambil Mas Arka karna dia pantas bersanding denganku bukan denganmu," tutur Hana pelan lalu beralih memeluk Arka lelaki itu hanya diam tak membalas.Setelah acara repsesi selesai, Mona diboyong ke apartemen Arka. Lelaki itu langsung menjatuhkan bokong ke ranjang. Tubuhnya sangat letih, tatapan datar tertuju pada Mona yang terus berdiri."Kenapa berdiri terus! Ayo cepat duduk," perintah Arka dibalas anggukan kaku Mona dengan ragu-ragu mendaratkan bokong ke ranjang."Ayo lebih dekat! Kaya kita belum pernah gituan aja," gerutu Arka menarik Mona
Tubuh Mona terasa tak enak, memilih tidak masuk sekolah. Ia memijit kening yang sangat pusing dan mual meradang. Ia bingung kenapa tiba-tiba sakit begini, tak biasanya. Karena dia selalu makan makanan sehat, Mona memejamkan netra berusaha buat tidur."Ah ... hoekkk." Mona yang baru saja memejamkan mata malah ingin muntah, bergegas berlari menuju kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya."Haduh ... kenapa perutku mual banget, apa aku harus berobat ya," gumam Mona menyandarkan tubuh di dinding."Mendingan pergi aja kalau begini terus jadi lemes," monolog Mona saat sekali lagi mengeluarkan isi perut yang hanya keluar cairan saja.Mona bergegas memesan taksi online, lekas meraih tas dan melangkah keluar. Setelah masuk ke mobil, Mona memerintahkan agar sopir lebih cepat melajukan kecepatan kendaraan roda empat ini. Beruntung jalan tol sedang tak macet, sesampai di sana Mona langsung mendaftar dan menunggu gilirannya."Dari gejala Mbak kayan
"Maaf buat kamu menunggu, Sayang," ucap Arka membuat Mona terkejut lalu lekas memasukan handphone ke tas."Gak papa, Mas. Kan, Mas, lagi cari uang buat anak kita," tutur Mona membuat Arka terdiam."Semoga Arka junior cepat hadir di rahimmu," kata Arka ikut duduk lalu mengusap perut Mona."Mas, aku punya kado buat kamu," ucap Mona mengeluarkan kado dari tas dan menyodorkan pada Arka."Ini, kan, bukan hari ulang tahunku. Makasih kadonya, Mas buka ya," tutur Arka dibalas anggukan Mona."In ... ini bukannya hasil USG dan tespack?" tanya Arka dengan terbata, ia mengambil kertas itu."Iya, Mas," balas Mona singkat."Ini punya siapa, Sayang. Jangan membuatku melambung tinggi terus kamu jatuhkan, Mas akan terus bersabar sampai benih Mas tumbuh," ujar Arka pelan, ada rasa kecewa karena memang lelaki itu menginginkan anak dari sang istri."Ish ... Mas, mah. Coba deh baca di hasil USG itu nama siapa," seru Mona dengan kesa
"Dari siapa sih, Sayang?" tanya Arka menatap istrinya."Apa yang harus aku lakukan," batin Mona berseru sambil mencengkram handphonenya."Sayang," panggil Arka membuat Mona tersentak kaget."Anu ... Mas, ini ada pesan dari." Mona memilih tak mengucapkannya, memutuskan langsung menyodorkan handphone pada Arka. "Dinda," gumam Arka saat melihat barisan huruf yang merangkai menjadi kata. "Iya, Mas. Dia chat aku, aku harus gimana, Mas?" tanya Mona pelan, ia sungguh bingung."Untuk apa uang sebanyak itu, dia, kan, sudah mengambil hartaku," seru Arka memikirkan apa alasan mantan istrinya yang sekarang berstatus kakak ipar. "Gak tau, Mas. Itu terserah, Mas. Mas mau bawa kasus Kak Dinda ke kantor polisi silahkan, aku tau perbuatan Ka Dinda salah," ujar Mona dibalas anggukan Arka."Mumpung ada nomor Ka Dinda, bisa dilacak," lanjut Mona lagi membuat Arka gemas lalu mengacak-acak rambut istrinya."Mas sayang k