"Ayo, Dede kita mandi dulu," seru Shafa masuk ke ruangan lalu mulai menyiapkan perlengkapan untuk bayi.
Mona memilih melihat dari brankar bagaimana cara memandikan anaknya tapi tidak mendekat karena miliknya masih terasa. Mengalihkan pikiran dari ucapan Dinda. Shafa terus memberitahu tahap merawat bayi dengan benar. Selesai itu, Arka juga memperhatikan langkah memakaikan pakaian pada sang buah hati."Inget ya, Mon. Jangan pakaikan anakmu, bedak. Cukup baluri minyak telon saja. Jangan lupa ininya kamu pakaikan kasa," seru Shafa membuat Mona mengangguk, sedangkan Adzkia tengah merapikan barang-barang ke mobil."Kita gak bakal nginep, Sayang. Kita langsung pulang sekarang," ujar Arka setelah selesai melihat sang anak dipakai pakaian oleh Shafa."Semua sudah beres, Mon. nanti kamu datang ke sini untuk imunisasi anakmu ya, Mon. Kamu juga harus kontrol," tutur Shafa lalu memberikan bayi pada Adzkia yang masuk ke ruangan itu."Iya, Mbak. MakaWaktu berputar dengan cepat, kini usia Gaia, anak Arka dan Mona berusia tiga tahun. Gadis kecil itu sangat menggemas, kehidupan kedua sepasang suami istri tersebut semakin hangat kala kehadiran Gaia. Jam sudah menunjuk jam sebelas, sekarang Mona telah rapi berserta sang putri, dia lekas menggendong Gaia dan membawa masuk ke mobil. "Gaia, kita makan siang bareng sama Papa ya," kata Mona mengajak ngobrol sang anak, yang dibalas anggukan Gaia."Ayoo!" pekik Gaia senang, ia tersenyum dan berjoget senang. "Ayo Pak," ucap Mona memerintahkan supir untuk melaju.Arka memang mencari supir, untuk sang istri karna tak mau Mona pulang pergi naik kendaraan umum. Wanita itu memang memerintahkan untuk berhemat kala memiliki Gaia, Arka sempat marah. Dengan sombongnya lelaki itu berucap jika hartanya tak akan habis sampai tujuh turunan."Sudah sampai, Nona," tutur sang supir membuat Mona mengangguk, lalu keluar dari kendaraan roda empat tersebut."Mamang bisa pulang aja, saya mau pulang bareng Mas
"Ihh ... kan usia aku dan suamimu sama, Mon. Kok kamu gitu sih," gerutu Kean membuat Gaia tertawa kala melihat riak wajah lelaki itu."Maka dari itu, Mas Kean pantesnya jadi bapak Gaia," tutur Mona membuat semua orang terbahak mendengarnya. "Ihh Papa Gaia, cuma satu. Cuma Papa Arka pokoknya," pekik Gaia membuat semua terkekeh geli mendengar ucapan gadis kecil tersebut lalu diacungi jempol oleh Arka. "Nanti Gaia, bakal Papa beliin semua yang Gaia suka. Papa traktir sepuasnya," ujar Arka membuat Gaia bersorak senang."Wah, berarti jadi suami keduamu boleh dong," kata Kean mengedipkan matanya membuat Mona terdiam dan Arka menatap tajam Kean."Mas ini ngomong apaan sih! Mau aku lempar," seru Mona sudah siap melempar remote televisi dan lelaki itu langsung membuat pertahan dan menutup wajahnya."Dih! Kamu kok yang bilang, katanya Mas ini pantesnya jadi Papanya Gaia. Kenapa jadi marah gitu," sangkal Kean membuat Mona mendengkus lalu memandang suaminya yang ternyata tersulut emosi."Keluar
"Iya deh, Sayang. Ayo sini Papa gendong," kata Arka mengulurkan tangan dan disambut Gaia. "Papa, aku pengen jalan-jalan," pinta Gaia kala sudah berada dalam gendongan Arka. "Ah ... gimana ya, Papa sekarang-sekarang ini lagi sibuk. Nanti boleh? Kalau Papa udah gak sibuk lagi," tawar Arka membuat Gaia mendengkus kesal. "Papa angan telalu cibuk, Gaia kangen jalan-jalan bareng-bareng. Bosen sama Mama terus," keluh Gaia membuat Arka merasa bersalah, sedangkan Mona hanya tersenyum kecut memaklumi.(Angan : Jangan) (cibuk :sibuk)"Maafin Papa, ya Sayang. Insyaallah nanti hari minggu kita jalan-jalan deh," ujar Arka membuat Gaia bersorak gembira lalu menatap fokus ke wajah Arka membuat lelaki itu mengeryitkan alisnya. "Harus iya, Papa, jangan insyaallah," pinta Gaia mengerucutkan bibirnya. "Ya udah deh, iya, Sayang," ucap Arka membuat Gaia tersenyum sumringah dan mencium pipi Arka. "Kalo ada maunya aja, main cium-cium terus," kekeh Arka yang disambut cengiran Gaia. "Ya udah, ayo kita m
"Papa, kenapa lama banget," gerutu Gaia menampilkan riak wajah kesal seraya cemberut. "Ah ... maafin Papa ya, Sayang. Papa soalnya capek, abis olahraga malam," balas Arka lalu ia baru tersadar akan perkataan tersebut dan tanpa sadar memukul bibirnya. "Ha! Kok oyahaganya malam sih, Pah. Bukannya pagi ya," ujar Gaia memiringkan kepala seraya berpikir dan mengetuk dagu dengan jari membuat Arka gemas melihat sang buah hati. (Oyahaganya : olahraganya) "Kalau Papa sama Mama biasanya malam, Sayang. Biar beda dari orang lain lho," tutur Arka membuat Gaia menyipitkan matanya tapi ia pula mengangguk."Ahh ... Papa mah, emang celalu pengen beda deh," kata Gaia membuat Arka terkekeh karna suara menggemaskan sang anak. "Kenapa manggil Mama sama Papa, Sayang?" tanya Arka membuat Gaia yang mendengar pertanyaan lelaki itu mempautkan bibirnya. "Ihh ... Papa! pura-pura lupa, bikin kecel aja," keluh Gaia menghentakan kakinya, membuat Arka menyipitkan mata dan otak tengah berkelana memikirkan sesu
"Ha! Adik?" kata Arka mengeryitkan alisnya. "Anda siapa? Memang saya mengenal Anda?" lanjut Arka lagi membuat wanita itu mengerucutkan bibirnya. "Ahh ... kamu, mah! Jahat banget, masa lupa sama aku," keluh wanita itu seraya memukul lengan Arka membuat lelaki itu mengaduh dan menatap tak suka pada perempuan tersebut. "Jangan berbelit-belit, mendingan Anda pergi! Saya tak mengenal Anda, Anda membuat mood saya jadi hancur," sinis Arka bersidekap menatap nyalang ke arah wanita tersebut. "Kamu bener-bener gak inget aku, Ka," ujar wanita itu lalu mengembuskan napas kesal lalu mengangguk."Ahh ... mungkin karna sudah terlalu lama, Ka, tapi bener, kan, aku gak salah kenalin orang. Kamu Arka, kan," cerocos wanita itu membuat Arka mendengkus geram mendengar celoteh perempuan tersebut. "Bisa pergi! Jangan ganggu saya! Saya gak kenal dengan Anda!" ketus Arka malah disambut kekehan wanita itu dan menepuk-nepuk lengan Arka sok akrab sekali pikir Mona yang berjalan mendekati mereka."Dih, kamu
Mona menerima tangan Arumi untuk bersalam. "Aku Mona, istri Mas Arka, bukan adiknya," tuturnya membuat Arumi terkejut. "Wah ... kamu nih bercanda, gak boleh lho nikah sama saudara," sangkal Arumi membuat Mona mendengkus lalu merogoh dompetnya dan sang suami dan mengambil KTP untuk memperlihat pada Arumi. "Sekarang anda percaya, sekarang bisa ansa pergi, saya mau family time," usir Mona menatap kesal ke arah Arumi."Huh, yang sopan jadi orang tuh!" cibir Arumi lalu berlalu meninggalkan mereka, Arka tersenyum kagum melihat sang istri. "Kenapa Mas tatapan aku terus, kesal karna gebetannya diusir," cecar Mona melirik sinis sang suami lalu mengambil Gaia dari gendongan Arka."Hey, tunggu!" kata Arka mengikuti sang istri dan terkekeh kala melihat wajah kesal Mona. "Jangan cemberut gitu, nanti cantiknya hilang lho," ujar Arka dan membuat Mona melirik sekilas dengan sinis dan mendengkus. "Tampilanku memang biasa aja! Puas kamu," sahut Mona sarkatis, lalu mengajak anaknya memilih lagi. "
"Hallo Gaia," sapa Kean yang berada di samping gadis kecil itu membuat Gaia melirik sekilas lalu fokus memilih sepatu lagi. "Ihh ... kok Om dicuekin sih," keluh Kean berjongkok mensejajarkan tingginya dengan anak Arka. "Gaia lagi cali sepatu, Om, jangan ganggu," protes gadis kecil itu seraya mengerucutkan bibirnya, karna Kean memaksa agar Gaia memandang lelaki tersebut. "Jangan cemberut gitu, nanti Om traktir deh," rayu Kean membuat Gaia yang tadi cemberut langsung mengembangkan senyumannya membikin lelaki itu ikut melengkungan bibir seperti bulan sabit. "Janji," kata Gaia menyodorkan kelingkingnya ke hadapan Kean membuat lelaki itu terkekeh dan menautkan jari mereka. "Janji dong, emang Om pernah ingkar janji," ucap Kean dengan nada sombong lalu menggendong gadis kecil tersebut."Peynah." Kean langsung memandang wajah Gaia kala gadis itu mengeluarkan kata tersebut. (Peynah : pernah)"Eh, kapan, Sayang," ujar Kean terus menatap wajah imut Gaia, lelaki itu tak jadi memilih-milik s
"Mama ... sepatu Gaia udah sempit, nanti beliin lagi ya," pinta gadis itu yang kini sudah berusia delapan tahun yang kini menginjak sekolah dasar kelas dua. "Iya Sayang, sekalian kita nanti jalan-jalan di mall," sahut sang Mama membuat gadis itu tersenyum sumringah lalu mencium Pipi Mona. "Abis pulang sekolah ya, Mah." Mona mengangguk sebagai jawaban."Gaia, ayo cepat! Katanya takut terlambat," teriak Arka membuat Gaia lekas menyalimi sang Mama lalu berlari masuk ke kendaraan roda empat milik Papanya. "Jangan terlalu buat Mamamu, kelelahan, Sayang. Lihat perutnya sudah semakin besar, sulit buat bergerak," nasehat Arka kala lelaki itu mulai melajukan kendaraan roda empat tersebut."Iya Papa, Gaia juga tau kok. Tenang aja, nanti pas jalan-jalan aku yang bawa belanjaan," sambut Gaia membuat Arka mengangguk."Inget, jangan lama-lama. Jangan buat Mamamu berdiri terlalu lama oke," ujar Arka lagi yang dibalas anggukan Gaia berkali-kali. "Iya Papa, Gaia tau kok. Gaia, kan sayang Mama sama