Suara gemericik air dari arah kamar mandi membuat Eva Xin terjaga, dia telah menantikan kedatangan suaminya sejak berjam-jam lalu. Dia tak ingin merajuk di malam pertamanya dan membuat suasana kacau. Maka dia pun melangkah ke cermin meja rias untuk memeriksa penampilannya.
Langkah kaki pria itu tak terdengar olehnya dan sepasang lengan kekar berbulu memerangkap tubuh rampingnya yang terbalut selapis kain tipis putih nyaris transparan.
"Cantik sekali kau, Sayang!" puji suara yang begitu familiar di telinga Eva.
Senyum bahagia bersemi di wajah mempelai wanita itu, dia berpikir suaminyalah yang memuji dirinya. "Hubby, aku telah lama menunggumu!" balasnya lalu membalik badannya dan memanjakan pria yang dia sangka suaminya itu dengan kecupan bibir yang memabukkan. Tubuh berlekuknya menempel erat dengan pria yang ada di hadapannya.
Pikiran Jason sudah tak lagi fokus karena menerima godaan yang sedemikian dahsyat di panca inderanya. Sekalipun rasanya aneh dipanggil suami oleh wanita penghibur suruhan ibundanya itu. Namun, dia membiarkan saja sesuka wanita cantik itu memanggilnya, toh mereka akan melakukan hubungan layaknya suami istri setelah ini.
Dengan lengan kokohnya, Jason yang hanya mengenakan handuk setengah basah di pinggulnya meraup tubuh wanita sexy itu menuju ke ranjang berseprai putih yang nyaman. Sepasang mata monolidnya tak mampu melepaskan raut wajah bak Dewi Malam yang luar biasa cantik di gendongannya.
Tak sabar lagi Jason melepaskan handuk yang mengganggunya dan melemparkan ke lantai. Dia merangkak naik ke atas tempat tidur menghampiri mangsanya. Jantungnya berpacu begitu kencang dengan tatapan berbahaya seolah dapat menelan wanita yang teramat menggairahkan itu.
Gaun tidur tipis itu terkoyak dengan mudah oleh tangan Jason. "Upss ... nampaknya bahannya terlalu mudah robek, Sayang!" Dia tertawa bersama Eva yang menganggap hal itu lucu sama seperti dirinya.
Pria itu menelan air liurnya yang nyaris menetes mendambakan rasa wanita penghibur yang disediakan khusus untuknya. Jason mulai menyusuri setiap inchi kulit mulus seputih pualam itu dengan bibir dan telapak tangannya yang agak kasar permukaannya karena pekerjaannya. Dia sering berlayar dan berurusan dengan tali tambang yang kasar.
Eva pun terbaring pasrah sembari mendesah lembut menikmati sentuhan intim nan lembut dari pria tampan yang teramat dicintainya itu. Tubuh mereka sama-sama polos tanpa penghalang. Dia tak keberatan ketika lidah yang liar itu mencumbunya di bawah sana, bagian pribadi miliknya yang tak pernah tersentuh oleh siapa pun selain dirinya.
"Oughh ... Josh!" lenguh Eva sambil memejamkan matanya. Sapuan lidah Jason membuatnya melayang-layang dalam kenikmatan tak terkatakan.
Jason mendengar namanya dipanggil dengan agak janggal pengucapannya seperti nama saudara kembarnya. Namun, dia berpikir mungkin wanita penghibur itu salah nama saja. Tak masalah, yang terpenting dia puas!
Ketika tiba saatnya melepaskan hasratnya di dalam liang sempit wanita itu, Jason merasa senjata tempurnya menabrak penghalang. Dia baru memahami apa yang dimaksud pak tua tadi dengan istilah 'sangat istimewa'. Rupanya wanita itu masih perawan. Satu dorongan kuat darinya merengut kesucian gadis itu dan menjadikan miliknya.
Eva mengetahui mahkota berharganya telah berhasil dia persembahkan di malam pertama ini. Dia terisak perlahan dan terhibur ketika pria tersebut berusaha menenangkannya dengan belaian lembut serta ciuman di bibirnya.
Sesaat setelahnya Eva merasakan keperkasaan yang berlumur gairah panas. Tubuhnya dibawa ke dalam kenikmatan yang tak lagi terlarang karena pikirnya mereka telah menikah.
Suara bibir yang beradu melumat satu sama lain bergema di kamar pengantin yang didekorasi dengan indah itu. Tubuh Eva Xin yang ramping dan seksi ditelusuri setiap inchi oleh bibir serta lidah Jason dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Pria itu bagaikan pecinta yang sangat berpengalaman. Setiap sentuhan Jason seolah membangkitkan gelora di dalam diri partner bercintanya di tengah ranjang yang bagaikan kapal pecah terkena amukan badai topan.
Eva merasa seakan dia menjadi ratu semalam dalam buaian lembut suaminya. Dia kewalahan melayani gairah pria tampan yang dia pikir siang tadi telah menikahinya. "Ohh ... apa tiga kali masih kurang, Darling?" tanya Eva yang terkejut karena dimasuki sekali lagi oleh keperkasaan Jason yang tak mengenal kata loyo.
Dengan tatapan berlumur napsu birahi karena tubuh wanita penghibur yang melayaninya sangat menggoda, Jason pun tersenyum seraya menjawab dengan napas terengah, "Tugasmu melayaniku sampai hasratku tuntas. Jangan protes, Sayangku yang cantik!"
Sepanjang malam hingga menjelang pagi, Jason memacu tubuhnya dan menyemburkan benih berulang kali ke rahim Eva seperti ketagihan untuk bercinta. Pada akhirnya, wanita cantik yang melayani gairah Jason yang meledak-ledak itu sampai tak sanggup membuka matanya karena terlampau kelelahan saat Jason menggeram dengan suara maskulin yang berat dan menyemburkan sekali lagi cairan suburnya.
Langit di luar sana telah berubah warna menuju remang pagi. Jason membelai wajah polos yang terlelap kelelahan melayaninya semalam-malaman tadi lalu menghadiahinya dengan kecupan manis di kening.
"Aku bahkan lupa menanyakan siapa namamu tadi. Segala yang ada di dirimu membuatku lupa daratan, Nona Cantik!" gumam pelan Jason, takut membangunkan wanita partner ranjangnya yang sangat istimewa itu.
Usai membersihkan tubuhnya, Jason berbaring di sisi wanita yang belum dia kenal sebelumnya itu dan merengkuh tubuh Eva Xin dengan protektif seperti layaknya seorang suami pada umumnya. Kemudian mereka bergelung nyaman di bawah selimut tebal hingga fajar menyingsing.
Berbeda halnya yang terjadi di kamar 3112 di sebelah kamar mereka. Joshua yang tak sadarkan diri dibawa masuk ke kamar tersebut oleh karyawan. Dia langsung tertidur lelap dan melupakan malam pertama yang sebenarnya telah lama dinantikannya.
Ucapan selamat dan ajakan bersulang minuman anggur perayaan beralkohol membuatnya mabuk berat. Sesuatu yang pasti akan dia sesali seumur hidup. Mempelai wanita yang seharusnya mempersembahkan mahkota berharga yang telah dinantikannya bertahun-tahun justru berakhir bersama pria yang teramat dibencinya.
Tak ada yang tahu bagaimana hal janggal tersebut dapat terjadi. Ada tangan misterius yang dengan sengaja mengatur benih kekacauan bagi dua penerus terkuat Grup Cheng Yi East Star Company.
Ketika sinar matahari menembus tirai tipis penutup kaca jendela kamar pengantin, Jason terbangun lebih dahulu. "Huhh, cepat sekali pagi datang! Aku harus berpamitan dengan mama dan menyelinap pergi dari sini," gumamnya lalu dia menoleh ke sosok tanpa busana yang masih terlelap di atas ranjang bersamanya sejak semalam.
Jason meraih ponselnya di atas nakas lalu menelepon Joel Yi. Dia menyuruh asistennya untuk menyiapkan mobil di depan hotel bersama para pengawalnya yang semalam menginap di tempat lain di sekitar hotel.
"Nona Cantik, bangunlah!" Jason mengecupi pipi berkulit sejuk wanita itu agar terbangun.
"Ummhh ... apa sudah pagi? Aku masih mengantuk, Hubby. Biarkan aku bangun siang kali ini," rajuk Eva manja. Dia merasakan tubuhnya seperti remuk pasca menjalani malam pertama yang begitu liar bersama Jason, pria yang dia kira adalah suaminya. Tak tersisa tenaga untuk bangkit dari ranjang.
Jason pun merasa kasihan, dia yang salah karena memaksa wanita penghibur itu melayaninya entah berapa kali banyaknya hingga tak terhitung. Maka dia pun mencari cara untuk membawa Eva tanpa harus menyuruhnya berjalan sendiri.
"Joel, aku akan membawa wanita penghibur yang melayaniku semalam ke bawah suruh empat pengawal naik agar tak ada yang berani mengganggu kami di lift hingga naik ke mobil," titahnya di telepon.
Setelah itu dia bergegas mandi dan berpakaian sama seperti kemarin malam. Kopernya yang berisi beberapa pakaian masih tertinggal di bagasi mobilnya karena terburu-buru menghadiri pesta menyebalkan yang nyaris selesai ketika dia tiba. Jason tak mempermasalahkannya. Justru yang menjadi persoalan adalah wanita di atas ranjang itu, tak ada baju yang bisa dikenakan olehnya.
Dia melirik tirai jendela yang tipis dan segera mencopotnya dengan sekali tarik saja. "Desain baju darurat ala Jason!" gumamnya sembari menyeringai konyol.
Jason membuka pintu keluar kamar lalu meliliti tubuh telanjang Eva dengan kain tirai untuk menutupi tubuh polos wanita itu.
"Jangan protes, kita akan pergi jauh dan tak ada waktu berbelanja pakaian sepagi ini di New York!" ujarnya lalu menggendong Eva menuju ke lift diikuti oleh keempat pengawalnya yang berbadan kekar.
Tahun-tahun hukuman pidana yang dijalani Welson Liu sama sekali tidak menyeramkan, sekalipun kehidupan dalam penjara itu keras dan menuntut kehati-hatian bersikap serta bertindak. Welson tahu kapan dia harus mengalah sekalipun ditindas penjahat yang menjadi penguasa penjara demi keselamatannya sendiri. Tak jarang dia dihajar hingga memar dan berdarah-darah oleh narapidana lain yang tidak menyukainya. Namun, sipir penjara baik dan menolongnya hingga lama kelamaan dia menjadi tahanan senior. Dia lebih dihargai oleh rekan-rekan satu penjara lain di Wyoming tersebut. Di sana Welson Liu belajar menjadi sosok preman sekalipun tadinya dia seorang tuan muda konglomerat."Welson Liu, ada yang membesukmu. Cepatlah keluar!" seru penjaga penjara di depan pintu sel tahanan sambil membuka kunci gembok.Wajah pria bercambang subur itu terhiasi oleh senyum bahagia. Ini adalah akhir pekan, dia sudah hapal bahwa istri dan anaknya pasti mengunjunginya di Wyoming Correctional Facility. Welson melangkah
"Vonis persidangan Tuan Welson Albertus Liu melawan negara dalam kasus percobaan pembunuhan Tuan Oliver Jason Cheng telah diputuskan yaitu sanksi pidana selama tujuh tahun di Wyoming Correctional Facility, Negara Bagian New York. Demikian putusan dari Hakim Ulysses Malcom!" "TOK TOK TOK!" Palu hakim diketok tiga kali mengakhiri kasus percobaan pembunuhan terhadap Jason Cheng yang merengut nyawa pengemudi mobil.Seisi ruang pengadilan negara bagian New York sontak riuh, pihak keluarga Liu merasakan kesedihan yang mendalam. Sedangkan, keluarga Cheng dan keluarga Xin merasa puas dengan hasil vonis sidang yang baru saja diputuskan oleh hakim.Awak media heboh meliput kasus yang menjadi pusat perhatian publik karena melibatkan dua grup konglomerasi terkaya di China Town. Lampu blitz kamera berkilat-kilat mengabadikan peristiwa tak terlupakan dalam sejarah kelam persaingan bisnis tycoon asal China yang berdarah tersebut.Brenda Yin sambil menggendong Shawn menghentikan rombongan polisi yan
"Ohh ... Mister Jason Cheng!" seru Suster Angelina Collins yang baru saja selesai menyuntikkan obat di pembuluh nadi pasien ICU itu.Jason merasakan sakit yang hebat di bagian kepalanya hingga seperti mau pecah saja, pandangannya masih berputar-putar melihat langit-langit putih di ruang perawatannya. Dia bergumam, "Ugh ... tolong, pusing—" Segera saja perawat berusia awal tiga puluh tahun itu berlari memanggil Dokter Russell Octario di ruangan praktiknya. Kemudian dokter asal Mexico itu bergegas masuk ke ruang ICU untuk memeriksa kondisi pasiennya yang tadinya tak sadar."Apa Anda bisa mendengar kata-kata saya, Sir?" tanya Dokter Russell sambil memeriksa fungsi organ vital Jason dengan stetoskop. "Ya, Dok. Kepala saya sakit sekali dan rasanya berputar-putar!" jawab Jason dengan lemas.Dokter Russell berkata, "Segalanya akan baik-baik saja, dengan kembali sadar, itu sudah sangat bagus. Kami tetap monitor kondisi Anda dan berikan perawatan intensif hingga nanti pulih. Tolong jangan ba
"APA?!" Joshua berteriak seakan tak percaya ketika Arthur Devlinski melaporkan kecelakaan yang menimpa Jason sekeluarga di jembatan tol layang saat berangkat ke Bandara John F. Kennedy tadi pagi."Temani aku ke rumah sakit sekarang, Lucas!" ujar Joshua kepada asisten pribadinya seraya bergegas keluar dari ruangan presdir mall. Jantungnya serasa dipukul kencang, ini kabar buruk yang tak terduga. Joshua diikuti oleh beberapa pengawalnya turun dengan lift. Sebuah mobil sedan telah menunggu di depan pintu lobi utama mall, sopir segera melajukan kendaraan ke rumah sakit. Di dalam mobilnya Joshua menghubungi kepala sekuriti rumah dan mall untuk memeriksa rekaman kamera CCTV di mana mobil yang dipakai Jason dan mengalami kecelakaan itu terparkir sejak kemarin. Tak ada yang nampak kebetulan karena sopir keluarga Cheng yang mengantarkan Jason sekeluarga itu telah melayani selama belasan tahun. Pria paruh baya itu sangat hati-hati bila menyetir mobil, pasti ada yang salah dengan mesin mobilny
"Jason, bisakah kau berkompetisi dengan sportif? Aku memintamu untuk menyalakan listrik mall waktu itu, kenapa masih saja ada gangguan listrik hingga hari ini?" cecar Welson Liu di kantor Jason Cheng.Mendengar protes Welson Liu, tentu saja Jason hanya bisa tertawa. Dia pun menjawab, "Kurasa itu sama sekali bukan karena perbuatanku, tak ada buktinya juga kalau aku yang mengakali aliran listrik mall Grup Liu Dao. Itu hanya sekadar asumsimu saja, Sir!" Joshua pun menimpali dengan kebingungan bercampur kesal di sebelah sofa adiknya, "Seharusnya kau tanyakan ke teknisi PLN, kenapa malah ke Jason? Dia bukan insinyur listrik, dia ini CEO!" Namun, Welson Liu berdecak kesal. "Kau tidak tahu apa-apa, Joshua. Diamlah!" Kemudian dia berkata lagi kepada Jason, "katakan apa syarat darimu agar mallku kembali normal!" "Maaf, aku tak butuh apa pun darimu, Tuan Muda Liu. Aku hanya mengurusi mall Grup Cheng Yi East Star dan nampaknya usahaku sudah cukup berhasil. Lusa aku akan kembali menyerahkan ma
"Master Welson, listrik di mall sudah menyala!" lapor Julius Ma dengan penuh semangat di kantor hotel bosnya.Welson Liu tertawa pongah mendengar berita baik itu, dia berpikir masalahnya telah berakhir. Dia lalu bangkit dari kursi presdir lalu bergegas meninggalkan ruangan untuk meninjau langsung situasi mall pasca delapan hari tutup.Sayangnya bagian sayur dan buah segar mengalami pembusukan akibat lama tanpa pendingin. Lantai juga kotor karena tak ada cleaning service yang bekerja dalam kondisi gelap gulita sepanjang hari."Julius, suruh bagian cleaning service membersihkan semua bagian dalam mall ini! Kita masih belum bisa buka dan menerima pengunjung dalam kondisi berantakan begini!" seru Welson Liu frustasi sembari berkacak pinggang."Tentu, Sir. Segera saya suruh mereka membereskan kekacauan mall!" sahut Julius Ma sigap. Dia segera menelepon kepala bagian kebersihan mall.Dalam waktu kurang dari 24 jam, semua lantai dan dinding mall telah bersih sempurna. Welson Liu pun menyuruh