Share

Hadiah Pertama

Author: Nia Kannia
last update Last Updated: 2025-05-15 13:49:11

Alya menaruh cangkir teh di atas meja kecil di samping suaminya. Lalu duduk di sebelah suami. Jemarinya menyentuh lengan Kaivan, yang tengah sibuk merapikan halaman majalah tua kesayangannya.

“Mas, kayaknya Ray beneran udah berubah, deh.” Ia berbisik pelan di samping lengan Kaivan.

Kaivan menoleh tanpa kata, lalu menyusul pandangan istrinya ke arah dapur, tempat Rayyan dan Lysandra sedang memasukkan piring-piring kotor ke dalam dishwasher. Keduanya berbincang, tertawa kecil saat Lysandra tanpa sengaja menjatuhkan sendok ke lantai. Rayyan membungkuk bersamaan dan dahi mereka hampir bersentuhan. Tawa kecil kembali terdengar.

"Mas lihaaat ... lihaaa!!!" bisik Alya kegirangan. “Cara Rayyan mandang Lysandra ... itu bukan pandangan orang yang terpaksa. Dia kayak mulai jatuh cinta, Mas. Pelan-pelan, tapi pasti.” Alya berucap lirih, tetapi antusias, sambil menatap suaminya, kemudian sepasang suami istri muda itu.

Kaivan tersenyum tipis. “Mungkin kamu benar, Sayang.”

Alya mengangguk pelan. “Ak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Hadiah Pertama

    Alya menaruh cangkir teh di atas meja kecil di samping suaminya. Lalu duduk di sebelah suami. Jemarinya menyentuh lengan Kaivan, yang tengah sibuk merapikan halaman majalah tua kesayangannya.“Mas, kayaknya Ray beneran udah berubah, deh.” Ia berbisik pelan di samping lengan Kaivan.Kaivan menoleh tanpa kata, lalu menyusul pandangan istrinya ke arah dapur, tempat Rayyan dan Lysandra sedang memasukkan piring-piring kotor ke dalam dishwasher. Keduanya berbincang, tertawa kecil saat Lysandra tanpa sengaja menjatuhkan sendok ke lantai. Rayyan membungkuk bersamaan dan dahi mereka hampir bersentuhan. Tawa kecil kembali terdengar."Mas lihaaat ... lihaaa!!!" bisik Alya kegirangan. “Cara Rayyan mandang Lysandra ... itu bukan pandangan orang yang terpaksa. Dia kayak mulai jatuh cinta, Mas. Pelan-pelan, tapi pasti.” Alya berucap lirih, tetapi antusias, sambil menatap suaminya, kemudian sepasang suami istri muda itu.Kaivan tersenyum tipis. “Mungkin kamu benar, Sayang.”Alya mengangguk pelan. “Ak

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Menumbuhkan Rasa

    "Ly, kita mulai dari awal lagi, ya?“Lysandra menatap Rayyan tak berkedip, berlawanan dengan denyut nadinya yang terus berpacu."Mas beneran gak menyesal dengan pernikahan ini?"Rayyan menggeleng. "Aku merasakan perih saat melihatmu menangis diam-diam setiap malam, dan itu karena aku. Aku rasa aku harus menggantinya dengan membuatmu selalu tersenyum."Lysandra menunduk menyadari pipinya seperti mengembang. Senyum itu terbit dengan sendirinya."Kita mulai pelan-pelan, ya. Maaf karena sudah menghadirkan luka di hatimu yang terlalu lembut." Rayyan berbicara lagi.Rayyan mencoba mulai mengikis jarak di antara mereka. Tangannya perlahan naik, menyapu sudut bibir Lysandra yang menyisakan selai cokelat, lalu memasukkan ke dalam mulutnya sendiri."Mas, itu ...?" Lysandra menatap tak percaya."Ini gak seberapa, Ly. Aku sering lihat Mama-Papa makan-minum dengan piring, sendok, dan gelas yang sama."***Cahaya remang dari lampu meja menyinari sebagian wajah Rayyan. Lelaki itu masih duduk di tepi

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Mulai dari Awal

    "Orang Chello? Siapa?" tanya Rayyan pelan, tapi penuh tekanan. Suaranya rendah, hampir berdesis. Dani menelan ludah. “Ardhina Rosita. Tim pemasaran digital.” Rayyan membeku. Kepalanya seperti disiram air es. Dhina? Staff muda yang beberapa kali ikut presentasi bersamanya. Perempuan cerdas, vokal, dan kelihatannya loyal. “Kami telusuri transaksi mencurigakan di rekening pribadinya. Ada tiga kali transfer dari akun atas nama Dewi Paramita." "Dewi Paramitha? Maksud kamu asisten pribadi sekaligus saudara sepupu Aira?" tanya Rayyan meyakinkan. Dani mengangguk. "Betul, Pak Ray." Rayyan membuang napas kasar. “Jadi semua ini permainan Aira?” “Menurut pengakuan Dhina, Aira tidak ada kaitannya. Tapi entahlah, jika tidak terlibat lalu apa motif Dewi melakukan ini?" "Maksud kamu, Dhina udah ngaku kalau dia dibayar sama Dewi?“ “Iya, Pak. Baru saja, saya sudah rekam pengakuannya. Kami konfrontasi sebelum saya naik ke sini. Dia bilang Aira menjanjikan exposure media kalau Dhina bantu viralk

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Penyesalan

    *Beralih pada Alya dan Aira-flashback beberapa jam lalu*"Saya gak tahu apakah ini bagian dari rencanamu atau bukan, itu tidak penting bagi saya. Yang saya mau, kamu harus bersihkan nama anak saya." Alya berbicara dengan tegas."Kenapa saya harus melakukan itu, Tante? Sampai sekarang saya bahkan gak tahu siapa yang melakukan ini dan apa tujuannya. Di samping itu saya juga mendapat serangan, sama seperti Rayyan saya juga dirugikan." Aira membela diri. Alya dan Aira memang pernah bertemu sebelumnya. Rayyan pernah mengenalkan mereka secara khusus."Karena melalui masalah ini saya bisa membuatmu makin kehilangan kepercayaan publik dan juga banyak pekerjaan, Nak." Alya menjelaskan. Mungkin bagi Aira lebih terkesan sebagai ancaman."Tante ngancam saya?" tanya Aira lirih."Bukan, Sayang. Tapi saya sudah memegang rekaman cctv kafenya. Dan rekaman itu lebih jujur daripada foto-foto itu, maka orang yang menilai kamu seperti apa. Tapi kalau kamu bisa klarifikasi untuk membersihkan nama anak sa

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Musuh dalam Selimut

    “Pak Ray, Aira baru saja posting video klarifikasi,” ujar Dani, kepala tim cyber security Rayyan, sambil menunjukkan layar laptop.Rayyan menggeser kursinya, mendekat. Tampilan thumbnail video dengan wajah Aira muncul di depan matanya. Judulnya mencolok: “Fakta di Balik Foto Viral—Aira dan Rayyan Satria”.Dani memutar videonya. Di sana, Aira tampak lebih kalem daripada biasanya. Nada suaranya sedikit dibuat-buat, tapi masih bisa ditangkap maksudnya.Rayyan menghela napas setelah video selesai. Matanya memejam sejenak. Suaranya parau ketika akhirnya berkata, “Dia bohong.”“Pak Ray?” Dani menoleh, bingung.“Dia bohong karena diminta. Karena seseorang memaksanya untuk selamatin nama saya, bukan karena keinginannya sendiri.”Dani menatap Rayyan dengan bingung, tak berani bertanya lebih jauh.Rayyan menatap ke layar laptop sekali lagi. Di bawah video itu, kolom komentar mulai dipenuhi komentar netral bahkan dukungan. Sebagian publik mulai berpihak, sebagian lagi masih skeptis. Tapi setidak

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Harapan Lysandra

    Langkah Rayyan terhenti di depan kamar. Ia berpikir sejenak, Lysandra pasti sudah tahu semuanya. Tangannya sempat terangkat, lalu turun kembali. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya memutar kenop dan masuk. Lysandra sedang duduk di kursi rias, membelakangi pintu. Suara pintu terbuka membuatnya menoleh sebentar, lalu kembali menatap cermin. Wajahnya tenang, tetapi kantung mata itu tidak berbohong.“Ly … kita ... apa kita bisa bicara?” suara Rayyan terdengar hati-hati.“Boleh,” jawab Lysandra pelan, masih belum beranjak dari tempatnya. Sikapnya masih dingin. Seperti terakhir kali mereka mengobrol dalam pelukan paksa Rayyan.Rayyan menutup pintu perlahan dan berjalan mendekat. Ia berdiri di belakang Lysandra, menjaga jarak, lalu menarik kursi dan duduk menghadapnya.“Kamu pasti udah lihat semua. Aku minta maaf, benar-benar minta maaf. Tapi semua gak seperti yang orang bicarakan."Lysandra tak menjawab. Ia hanya mengangkat alis pelan.“Aku akui, malam tadi memang aku ketemu Aira.

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Jasmine_99

    "Cari akun Instregrum Jasmine_99, dan take down, dan pastikan tidak ada akun yang mengunggah ulang semua hal tentang Ray. Begitu pula dengan sosial media yang lain."Kaivan menghela napas dalam. Meremas kuat ponsel yang ada di tangannya."Aisy, panggil masmu, suruh tunggu Papa di ruang kerja," ucap Kaivan tenang, tetapi tetap terdengar tegas. Aisy mengangguk kemudian beranjak meninggalkan kedua orang tuanya."Semoga Azzam belum lihat ini, Al." Kaivan menoleh pada Alya. Alya menenangkan sang suami dengan menggenggam tangannya. "Ck, tapi mustahil. Kamu tahu sendiri, Azzam biasanya lebih cepat dariku," keluh pria itu sambil memijit pangkal hidung. "Astaghfirullah, apa yang harus kukatakan pada Azzam, Al?""Mas, tenang dulu, ya. Semua pasti bisa diatasi. Lagian kalian bukan cuma baru kenal kemarin." Alya berkata sambil mengusap lengan sang suami."Tapi ini menyangkut putrrinya, Mas. Anak perempuan satu-satu–" Ucapan Kaivan tidak tuntas, terpotong oleh dering ponsel.Benar saja, nama Az

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Skandal Pagi-pagi

    Lysandra mengerjap setelah terlelap beberapa saat. Ia hendak beranjak ketika terasa ingin buang seni. Namun, tubuhnya tak bisa bergerak.Seketika jantungnya berdetak lebih kencang karena ternyata Rayyan tertidur dengan memeluknya. Lysandra terdiam saat menyadari jika posisi mereka saling berhadapan.Lysandra tidak tahu, sejak kapan posisi mereka seperti itu. Seingatnya semalam ia bersikap marah pada Rayyan yang tak punya sikap. Namun, hati kecilnya kini enggan berpaling dari pesona pahatan wajah Rayyan. Alisnya tebal, selaras dengan kelopak mata besar yang sedikit cekung, menambah kesan dalam pada tatapannya. Bibir tipisnya berpadu serasi dengan garis dagu tegas dan cambang tipis yang rapi terawat. Wajah itu—meski tak sempurna—mempunyai cara tersendiri untuk memikat tanpa perlu diminta.Lysandra hampir saja menyentuh wajah itu, tetapi ia segera menutup mata ketika merasakan pergerakan kecil Rayyan. Tak berani bergerak meski hanya mengerjap, bahkan ketika tangan kekar pria itu mengera

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Melepaskan

    Beberapa menit yang lalu Rayyan turun ke lantai bawah. Dia memang berniat mengambil makanan untuk Lysandra. Ia pikir Lysandra jadi tidak makan karena menunggu dirinya. Setelah sebelumnya ia menjawab menjawab ajakan sang istri untuk makan dengan kalimat—aku udah makan di luar—setelahnya Rayyan seperti dihantam rasa bersalah begitu telak. Ia seketika menyadari jika kalimat itu mungkin terdengar mengecewakan untuk Lysandra.Apalagi wajah Lysandra yang seketika berubah pias—meski wanita itu berusaha mati-matian menyembunyikannya. Rayyan kaget, ketika melihat stok makanan yang begitu banyak di lemari penyimpanan."Bukannya sudah kenyang makan angin di luar, Ray?" Suara pelan, tetapi dingin tiba-tiba menyapa Rayyan. Rayyan baru menuangkan sup ke mangkuk dari panci kecil yang dipanaskan. Ia menoleh. Ia tahu itu suara Alya, tak biasanya suara itu terdengar begitu dingin."Eh, Mama. Iya, Ray udah kenyang. Tapi bukan makan angin. Ini untuk Ly, kayaknya dia belum makan." Rayyan menjelaskan."

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status