Home / Romansa / Malam Pertama dengan Dosenku / Menolak Pesona Janda Imut

Share

Menolak Pesona Janda Imut

Author: Nia Kannia
last update Last Updated: 2025-04-15 19:46:37

PoV Alya

"Apa karena aku belum bisa memberimu hak sebagai suami, makanya Mas mau aja dipeluk-peluk dia seperti itu?" Entah bisikan dari mana aku bisa meluncurkan kalimat itu. Mendadak aku merasakan hawa yang tak biasa.

Dia bergeming, menatap datar padaku. Entah apa yang dia pikirkan. Tak sanggup untuk terus saling menatap, aku membuang pandang ke samping.

"Maaf," ucapku menyingkirkan tangannya kemudian hendak beranjak. Ada sedikit sesal kenapa kalimat itu bisa kuucapkan. Tanpa dapat dikendalikan, ada yang jatuh di pelupuk mata. Dengan cepat aku menepis agar dia tak melihat.

Dengan gerakan cepat dia menahanku untuk tetap duduk di hadapannya. Aku menarik napas dalam, mencoba mengembalikan semua untuk bisa normal. Namun, perasaan ini terlanjur peka.

"Maaf, Alya, kalau itu membuat–"

"Masih ada waktu, Mas," selaku kemudian.

Dia mengerutkan dahi.

"Waktu untuk apa?"

"Untuk memilih. Awal pernikahan ini bukankah karena Mama? Sekarang Mama udah gak ada, sebelumnya semua terlanjur ...." Sebelum
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Sisi yang Berbeda

    Alya kemudian menggandeng putri Haura meninggalkan kamar. Membiarkan Rayyan bersama Lysandra. Memberi kesempatan pada mereka untuk kembali merajut keterbukaan yang sempat kusut. Lysandra mulai melangkah mendekat pada sang suami dengan langkah sedikit ragu. Tanpa suara. Dia kemudian duduk di samping sang suami—mengantikan posisi Alya tadi.“Mas,” sapa Lysandra pelan dan hati. Dia menyentuh lengan dan menggantinya. Dia kemudian menyandarkan kepala di lengan kekar itu.Rayyan terkesiap dan menoleh menatap tepat pada sang istri. Seakan memang baru menyadari kehadiran Lysandra di sana. Ia kemukakan memutar ruangan, tetapi tak menemukan siapa pun kecuali Lysandra.Rayyan kemudian memutar tubuh, menghadap pada Lysandra—melepas gamitan Lysandra. Lalu menariknya dalam genggaman. Selarik senyum ia hadirkan, mengandung kelegaan di sana."Kamu gak apa-apa, Mas?" tanya Lysandra lirih. Ia menyentuh wajah pria itu, seakan memastikan jika tidak ada yang kurang dari sana."Gak apa-apa, Sayang. Maaf,

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Kepulangan Haura

    Haura menghela napas dalam, kemudian mengalihkan pandangan ke lantai. Berharap bisa membuang kekecewaan di sana. Di tangan kanannya ia menggandeng seorang gadis kecil dengan rambut ikal sebahu dan mata bulat jenaka—persis Haura kecil. Anak itu berdiri terpaku, seperti tahu jika ada ketegangan di ruangan itu.Kaivan bangkit dari sofa tanpa suara. Langkahnya pelan, seolah takut pergerakannya akan memecahkan sesuatu yang rapuh. Hatinya seperti diremas. Wajah Haura tak menunjukkan kemarahan, tetapi jauh lebih menyakitkan dari itu. Yaitu kecewa."Haura, Sayang. Kamu pulang, Nak?"Suaranya parau. Kaivan berjalan semakin dekat dan tanpa ragu merentangkan lengannya, merengkuh tubuh putrinya ke dalam pelukan yang sejak lama ia rindukan.Namun, Haura hanya diam. Tak membalas. Tubuhnya kaku dalam rengkuhan itu.Anak kecil di sampingnya menatap dengan bingung.“Sayang ... kamu nggak marah sama Papa, kan?” bisik Kaivan, suaranya nyaris hancur. Itu sebenarnya bukan hanya pertanyaan, tetapi juga ha

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Kejujuran yang Tersembunyi

    Sampai di pintu, Alya dan Kaivan datang dengan wajah tak kalah cemas. "Ada apa, Ly?“Lysandra tidak menjawab. Dia hanya menggelang. Kelopak matanya sudah terlanjur basah.Alya dan Kaivan masuk ke dalam kamar mereka, langsung menuju balkon.Tampak Rayyan terduduk di lantai. Punggungnya bersandar pada pagar pembatas balkon. Mata yang sedikit merah menatap kosong ke lantai. Wajahnya masih basah oleh keringat. Bahunya naik turun mengatur napas yang terasa sesak.Alya menyisir seluruh balkon dengan matanya. Apel hijau yang tadi diberikan pada Lysandra tergeletak di dekat kaki Rayyan. Kaivan melakukan hal yang sama. Tak butuh waktu yang lama benda runcing dan tajam itu bisa mereka temukan. Alya memberikan benda itu pada Kaivan. "Aku lihat Rayyan dulu, Mas tolong ke Lysandra. Dia pasti salah paham." Alya berucap lirih. Kaivan mengangguk, menyentuh bahu sang istri kemudian beranjak keluar dari kamar. Sementara Alya bergegas menghampiri Rayyan, menyentuh bahunya, kemudian memberi pelukan

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Ada Apa dengan Rayyan

    “Jadi, kapan Papa bisa gendong cucu?”Suara berikutnya adalah Rayyan yanglangsung tersedak teh lemon hangat yang baru saja diteguknya. Alya yang berada tepat di belakangnya buru-buru menepuk-nepuk punggung sang putra.“Pelan-pelan, Ray!” seru Alya, setengah cemas setengah menahan tawa.Rayyan berdehem beberapa kali sebelum berhasil merespons, “Papa nih, Ma. Pertanyaannya random m banget," keluh Rayyan sedikit kesal dan sambil sesekali memegang leher. "Baru juga mulai, udah berasa diteror aja”Kaivan cengengesan karena berhasil membuat putra sulungnya itu salah tingkah. Dia kemudian menaikkan alis, seolah tak merasa bersalah. “Ooo... udah mulai? Alhamdulillah.” Ia menoleh ke arah Lysandra yang baru muncul dari dapur, membawa sepiring nasi goreng porsi jumbo lengkap dengan toping telur ceplok dan irisan mentimun. Ia lalu meletakkan di depan pasangan paruh baya itu. Lysandra sudah hafal kebiasaan kedua mertuanya yang selalu makan sepiring berdua. Akan tetapi, karena godaan papa mertua,

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Tersedak Bumbu Cinta

    "Ly, apa aku sudah boleh minta hakku malam ini?"Lysandra diam. Menatap jendela yang tertutup tirai tipis. Hangatnya embusan napas Rayyan terasa menggelitik tengkuknya. Anehnya ia ingin terus merasakannya dan tak ingin bergerak.Akan tetapi ada keinginan lain di hati wanita itu, menatap langsung pada pria yang sekarang menanti jawabnya darinya.Lysandra membalikkan tubuh pelan. Kini mereka saling berhadapan. Mata Rayyan menatapnya dalam dan lemah. “Kalau aku bilang belum siap?” bisik Lysandra kemudian.Suaranya pelan, hampir tak terdengar, tetapi cukup untuk membuat dada Rayyan mengencang.Rayyan mengangguk pelan. “Aku akan tetap di sini. Nunggu sampai kamu siap.”Lysandra tersenyum kecil. Matanya menatap wajah suaminya yang kini begitu dekat. “Tapi sebenarnya kesiapanku tergantung kamu, Mas. Kalau masih ada keraguan di hatimu, aku yang gak akan siap menerima konsekuensinya. Tapi kalau memang gak ada keraguan lagi, aku milikmu seutuhnya, Mas."Lysandra mencoba menyisir seluruh wajah

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Kenangan, Bergantilah

    Lampu-lampu jalan berkelebatan di balik kaca jendela mobil. Suara musik instrumen mengalun pelan, membalut keheningan malam dengan lagu-lagu yang entah kenapa terasa cocok menemani perjalanan mereka.Lysandra duduk di sisi kiri, menoleh sesekali ke arah Rayyan yang menyetir dengan satu tangan, sementara tangan satunya bertumpu santai di pangkuannya. Wajahnya santai, mata fokus menatap jalanan, tetapi bibirnya sesekali mengulas senyum samar.“Mas suka banget tempat tadi, ya?” tanya Lysandra membuka percakapan. Entah sejak kapan, ketika di samping Rayyan ia tidak betah dengan kesunyian. Ia selalu ingin mendengar Rayyan berbicara. Mengalirkan setiap kalimat yang mampu menyejukkan seperti air terjun. Satu hal lagi, ia suka melihat bibir Rayyan saat bicara.Rayyan mengangguk. “Jujur saja, tempat itu punya cerita panjang.”Lysandra mengangguk pelan, lalu menatap ke luar. “Kita perpanjang ceritanya, tapi harus diganti tokohnya, ya.”Rayyan menoleh sejenak, tersenyum kecil. “Iya. Sekarang ak

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Mengganti Kenangan

    "Kalau suka, kamu pake, ya. Aku mau ajak kamu ke suatu tempat," bisik Rayyan, "aku mau ke ruang ke bawah dulu, ada kerjaan dikit." Rayyan kemudian beranjak meninggalkan Lysandra.Akan tetapi ia terhenti dan menoleh saat baru saja akan membuka pintu. "Tapi, Ly. Kalau kamu gak suka dan gak nyaman, jangan dipake ya. Pake yang bikin kamu nyaman aja. Nanti kita cari yang gantinya, kamu bebas pilih yang kamu suka."Lysandra mengulas senyum kemudian mengangguk. Ia kemudian membuka isi paperbag setelah Rayyan pergi dan menutup pintu.Sebuah gamis berwarna pink dusty, dengan bahan dasar lembut dan halus dari brand ternama kini ada di tangan Lysandra. Setelah selesai membersihkan diri, Lysandra segera mengenakan gamis pemberian sang suami. Ia kemudian memakai riasan tipis natural. Terakhir dia mengoleskan lipstik bernuansa pink terang. Bertepatan dengan Rayyan yang masuk kembali ke kamar, Lysandra sudah berdiri siap dengan penampilannya. Rayyan pun ikut merapikan dirinya, mengambil momen si

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Hadiah Pertama

    Alya menaruh cangkir teh di atas meja kecil di samping suaminya. Lalu duduk di sebelah suami. Jemarinya menyentuh lengan Kaivan, yang tengah sibuk merapikan halaman majalah tua kesayangannya.“Mas, kayaknya Ray beneran udah berubah, deh.” Ia berbisik pelan di samping lengan Kaivan.Kaivan menoleh tanpa kata, lalu menyusul pandangan istrinya ke arah dapur, tempat Rayyan dan Lysandra sedang memasukkan piring-piring kotor ke dalam dishwasher. Keduanya berbincang, tertawa kecil saat Lysandra tanpa sengaja menjatuhkan sendok ke lantai. Rayyan membungkuk bersamaan dan dahi mereka hampir bersentuhan. Tawa kecil kembali terdengar."Mas lihaaat ... lihaaa!!!" bisik Alya kegirangan. “Cara Rayyan mandang Lysandra ... itu bukan pandangan orang yang terpaksa. Dia kayak mulai jatuh cinta, Mas. Pelan-pelan, tapi pasti.” Alya berucap lirih, tetapi antusias, sambil menatap suaminya, kemudian sepasang suami istri muda itu.Kaivan tersenyum tipis. “Mungkin kamu benar, Sayang.”Alya mengangguk pelan. “Ak

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Menumbuhkan Rasa

    "Ly, kita mulai dari awal lagi, ya?“Lysandra menatap Rayyan tak berkedip, berlawanan dengan denyut nadinya yang terus berpacu."Mas beneran gak menyesal dengan pernikahan ini?"Rayyan menggeleng. "Aku merasakan perih saat melihatmu menangis diam-diam setiap malam, dan itu karena aku. Aku rasa aku harus menggantinya dengan membuatmu selalu tersenyum."Lysandra menunduk menyadari pipinya seperti mengembang. Senyum itu terbit dengan sendirinya."Kita mulai pelan-pelan, ya. Maaf karena sudah menghadirkan luka di hatimu yang terlalu lembut." Rayyan berbicara lagi.Rayyan mencoba mulai mengikis jarak di antara mereka. Tangannya perlahan naik, menyapu sudut bibir Lysandra yang menyisakan selai cokelat, lalu memasukkan ke dalam mulutnya sendiri."Mas, itu ...?" Lysandra menatap tak percaya."Ini gak seberapa, Ly. Aku sering lihat Mama-Papa makan-minum dengan piring, sendok, dan gelas yang sama."***Cahaya remang dari lampu meja menyinari sebagian wajah Rayyan. Lelaki itu masih duduk di tepi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status