Malam Tanpa Noda
Bab 67Airi membuka pintu perlahan, sebuah paperbag berada di meja makan.
"Airi, ini ada paket untukmu," ucap mak Imah. Ia menyodorkan paperbag itu kearah Airi. "Ini apa, Mak?" Airi membuka dan mengeluarkannya."Lihat saja!" Ia meninggalkan Airi sendirian di meja makan. Sebuah gamis coklat lengkap dengan kerudungnya.'Cantik,' ucapnya lirih. Ia menempelkan gamis itu ke tubuhnya.'Pas sekali,' ucapnya riang."Kamu mandi dan bersiap-siap untuk pergi," perintah mak Imah. Ia membuatkan kopi untuk suaminya yang berada di ruang TV."Kita mau ke mana?" Airi mengernyit heran dengan sikap ibu tirinya."Sudah mandi! Nanti kamu akan tahu sendiri. Ayah sudah mengizinkan kamu pergi malam ini." Mengandeng Airi masuk ke kamar. Setelah mandi, memperintahkan Airi untuk duduk di meja rias."Airi mau di apain, Mak?" "Sudah diam dan nurut saAkhirnya, apa Airi dan Putra akan bahagia atau tidak. Rumah tangga pasti ada saja rintangan. Seperti janjiku pada kalian up 2 bab sebagai permintaan maaf. Nannys0903 Pantau terus cerita aku yang lain
Malam Tanpa NodaBab 68SELAMAT MEMBACA ❤❤❤Putra datang dengan Adel dan Bram-- suami Adel. Adel adalah wanita yang dicurigai Airi sebagai kekasih Putra. Ternyata, ia adalah teman dekat Putra sewaktu kuliah.Pemuda itu meremas jarinya, suhu badannya berubah dingin. Setiap hari, ia bertemu dengan Bima. Tapi, kali ini berbeda. Maksud dan tujuan Putra untuk meminang Airi.Wajah Bima berubah sangar, ia menatap tajam Putra, tubuhnya gemetar suaranya terbata-bata."A-a-Ayah, maksud kedatangan sa-ya dan te-teman dekat saya un-untuk me- ....""Kamu mau ngomong apa lama sekali!" potong Bima. Mereka terkejut dengan suara ayah Airi. Bagaikan amukan singa."Cepat!" pekiknya.Putra terkejut, bentakkan lelaki tua itu membuat Putra menelan saliva."Ma-maaf Ayah. A-aku ...." Jantung Putra berpacu dengan cepat. Ia mengusap keningnya pelan.A
Malam Tanpa Noda Bab 69Airi dan Mak Imah berada di butik, mereka mencari kebaya untuk pernikahan Airi. Airi memilih pakaian akad nikah sederhana."Neng, ini bagus warna putih." Bu Yayah menyodorkan baju kebaya putih polos."Tapi, ini terlihat terbuka dan transparan," ucap Airi. Memperhatikan kebaya itu."Kamu pakai hijab nanti ketutup.""Tidak mau ibu, aku tidak suka. Kita cari di butik khusus hijab saja, ya." Airi mengajak mak Imah keluar butik. Ia mengandeng ibunya manja.Suara getar gawai di dalam tasnya menghentikan langkahnya. Airi mengucapkan salam."Aku belum dapat pakaiannya. Nanti, kalau sudah dapat aku kasih tahu lokasinya.""Kakak, tunggu kabarnya. Apa aku menyusul saja," ucap Putra diseberang telepon."Nanti saja. Aku belum dapat butik yang cocok.""Cepat,
Malam Tanpa NodaBab 70Mereka sampai di Kemang. Airi turun mengandeng ibunya menuju butik hijab. Langkah mereka berhenti ketika menangkap manik di dalam kaca butik. Kebaya putih yang menjuntai hingga ke kaki dan aksesories hijab beserta mahkota kecil di kepala. Airi tersenyum matanya berbinar."Neng, suka itu?" "Iya, Mak. Aku mau yang itu." Airi menatap cermin besar di fitting room. Ia teringat pernikahan dengan Faisal. Kebaya yang sama persis dan tempat yang sama ketika ia menikah dulu."Ya Allah, bantulah hamba melupakannya. Kenangan indah maupun suram. Aku harus move on." Airi berharap nama Faisal hilang tak tersisa dihatinya.Airi keluar dari ruangan tersebut, ia terkejut ketika Putra berada di depannya. Wajah Putra menatap Airi tanpa berkedip. Jantungnya berpacu dengan cepat."Bagaimana cantik tidak?" tanya Mak. Ia terkekeh melihat wajah Putra tanpa berkedip.
Malam Tanpa Noda Bab 71Faisal berjalan menelusuri gedung-gedung tinggi. Hawa panas kota Jakarta membuat ia kehausan. Pakaiannya basah akibat keringat yang bercucuran.Berusaha mencari pekerjaan yang lain.Perusahaan milik teman-temannya sudah ia datangi. Namun, tak ada satu pun yang mau menerimanya. Faisal mendesah lelah. Teringat mama Ririn yang akan kontrol di rumah sakit."Sebentar lagi mama akan kontrol. Aku harus dapat pekerjaan," lirihnya.Perut keroncongan, tadi pagi ia hanya memakan roti bungkus yang dijual di warung kelontong seharga dua ribu rupiah dan segelas air mineralkecil. Di rumah hanya ada sayur bening untuk Ririn. Ia tak menyentuh sedikitpun. Harum ayam goreng tercium di inderanya. Perut yang lapar semakin keroncongan. Sudah hampir sebulan, tak pernah menyentuh makanan itu. Ia harus berhemat untuk melanjutkan hidupnya.
Malam Tanpa NodaBab 72Faisal mengulung celana panjangnya dan membuka kemeja. Hanya kaos putih yang menempel di tubuh. Memulai pekerjaan sebagai kuli bangunan. Membawa batu bata ke lantai dua. Napasnya terputus-putus, baru kali ini merasakan pekerjaan kasar.Sang mandor menatap iba Faisal. Tak mau menganggu pekerjaan Faisal. Mandor pergi setelah menjelaskan semuanya kepada Faisal.Tetes keringat membasahi keningnya, Faisal menghapus jejak tersebut. Kaki dan tangannya kotor terkena cipratan semen.Waktu menunjukkan jam dua belas siang, Faisal duduk dipinggiran meminum air yang telah disediakan.Ia menghela napas dalam, memejamkan mata menahan lelah."Ini makanlah! Kamu butuh tenaga ektra untuk melakukan pekerjaan ini." Mandor menyodorkan sebungkus nasi kepada Faisal."Terima kasih, Pak." Faisal menerima bungkus nasi dengan bahagia. Tempe
Malam Tanpa NodaBab 73Setelah kepergian pak Joko di kontrakkannya. Ririn berubah murung, entah apa yang ia rasakan saat itu. Mungkin merasakan perasaan Airi ketika melihat Bella dibawa kerumah Faisal. Setiap malam, Ririn meratapi hidupnya dengan air mata. Faisal tak mengetahui hal itu. Menutup rapat-rapat isi hatinya.Tubuh Ririn mulai melemah. Hanya tulang yang menempel di kulitnya. Tak ada lemak seperti dulu.**Hari Minggu, Faisal berada di kontrakkan, duduk di pinggir ranjang mamanya. Membelai lembut rambut wanita itu. Helaian rambut menempel di telapak tangannya."Rontok," ucapnya lirih. Mengumpulkan rontokan rambut di dalam kantong plastik hitam. Kondisi Ririn naik turun. Pikiran Ririn dipenuhi keputus asaan. Ririn di bawa ke rumah sakit untuk dilakukan perawatan ekstra.Setelah pulang dari rumah sakit, Ririn--ma
Malam Tanpa NodaBab 74Faisal membaringkan tubuhnya di kamar Ririn. Tak mau meninggalkan wanita yang telah berjuang melahirkannya. Mengelar tikar di lantai dan mengambil bantal sebagai teman tidurnya.Perlahan matanya terpejam setelah menyelimuti tubuh Ririn. Ia berdoa semoga selalu diberikan kesehatan dan rezeki yang berlimpah."Cal, Faisal ...." panggil Ririn dengan suara lirih." Cal ...."Ririn membuka matanya, ia merasakan sesak di dada. Badannya bergetar, suhu badannya terasa dingin."Cal ...."Fasial segera bangkit mendengar namanya disebut oleh mamanya." Ada apa, Ma?""Cal ... sesak ... napas ... Cal ....""Mama ...." Faisal segera bangkit dari tidurnya. Ia mengangkat tubuh Ririn dan mendudukkannya agar aliran udara masuk ke dalam paru-paru. " Bagaimana Ma. Apa sudah bisa bernapas?"Ririn bernapas tere
Malam Tanpa NodaBab 75 Tubuh Sonia semakin mendekat. Faisal ingin memukul wanita itu namun, ia bukan lelaki pengecut. "Kamu jangan gila, Sonia," teriak Faisal lantang. "Aku gila karena kamu! Kamu!" Sonia tertawa menyeramkan. Faisal hanya memundurkan langkahnya. "Sonia!" pekiknya. Semakin ia mendekat suara tawa Sonia semakin menakutkan. Mengeluarkan sesuatu benda kecil. Ditangan kanan memegang pisau lipat. "Sonia, jangan gila. Apa yang kamu lakukan?" Jantung Faisal berdegup kencang. Tubuh Sonia sangat dekat dengan Faisal dan memegang tangannya. Ceceran darah terlihat di tanah. Mata Faisal membulat. Sonia tergeletak di tanah. Tangannya menyentuh perut. Pisau berada di tangan Faisal. Semua orang yang berada di sekeliling menghampiri mereka. Menatap tajam dan membulatkan mata. "Kamu pembunuh!" teriak seorang laki-laki berpak