Roni terdiam, sapu tangannya berhenti di pipi Lyra, matanya terasa panas. Dia lalu berkata, "Lyra, kamu mau apa? Jangan lakukan itu. Jangan lakukan apa pun. Tunggu saja Mario dan aku. Jangan pergi memohon pada Yang Mulia. Jangan..."Dia belum pernah sekacau ini sebelumnya, kata-katanya yang penuh kecemasan hampir terdengar seperti memohon.Dia sudah bisa menduga apa yang akan dilakukan Lyra.Dia tidak ingin Lyra menyerahkan dirinya kepada Kaisar hanya demi dirinya.Meskipun Kaisar telah melucuti kesuciannya, dia tidak ingin Lyra melakukan itu untuknya.Itu akan lebih menyakitkan daripada membunuhnya. "Lyra, jangan seperti ini. Kamu serahkan saja segalanya padaku. Aku sudah mengaturnya. Aku nggak akan terus seperti ini selamanya. Aku juga nggak mau kau melakukan hal-hal yang akan menyakiti kita berdua. Apakah kau mengerti? Apa kau mengerti maksudku?""Aku mengerti."Lyra mengangguk, matanya bengkak karena menangis, tetapi tatapannya tetap teguh. "Aku mengerti maksudmu, tapi aku nggak b
Bagas menurunkan tangannya dan meludah ke tanah. "Nyonya, Anda memang benar. Bagaimana mungkin nyawa budak hina ini bisa dibandingkan dengan arang Selir Yuna? Dia sekarang bahkan lebih buruk dari rumput liar.""Kalau dia budak hina, kau itu apa?" Lyra gemetar karena marah. "Aku tahu kau meremehkanku. Majikanmu begitu tinggi statusnya, sedangkan aku hanyalah selir rendahan.""Tapi jangan lupa, serendah apa pun pangkatku, aku tetaplah majikan. Ketidakhormatan terhadap majikan itu sudah pelanggaran berat. Kalau aku melaporkan ini kepada Yang Mulia, apa kau pikir Selir Yuna akan melindungimu?"Ekspresi Bagas berubah, dia berbalik mengancamnya, "Nyonya, pikirkan baik-baik kenapa budak ini sampai diberhentikan dari jabatannya oleh Yang Mulia. Kalau Anda benar-benar melaporkan hal ini, mungkin itu hanya akan lebih merugikan buat Anda?""Kalau begitu kau bisa mencobanya," Lyra mencibir. "Fakta bahwa Yang Mulia masih membiarkanku sampai sekarang sudah cukup membuktikan kalau beliau nggak tega m
Dona melihat Lyra terdiam, tahu dia takkan bisa memahaminya untuk sementara waktu. Dia menghela napas, membantunya mengenakan pakaian, dan menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.Lyra menolaknya, "Urus saja pekerjaanmu. Jangan sampai gara-gara aku, kamu jadi menunda pekerjaan. Aku bisa pulang sendiri. Sekalian jalan-jalan agar bisa menjernihkan pikiranku.""Baiklah. Hati-hati di jalan." Dona tidak memaksanya lagi. Dia mengantar Lyra sampai gerbang istana dan mengawasinya pergi.Tubuh Lyra terasa sakit, jadi dia berjalan perlahan.Meninggalkan Istana Langit Emas, dia menuju ke arah utara menyusuri jalan istana.Pada jam seperti itu, hari masih gelap. Para selir di istana tidak memiliki urusan pemerintahan, dan tidak perlu bangun sepagi Kaisar. Kebanyakan dari mereka masih tidur saat itu.Yang sudah berjalan bolak-balik di jalanan istana adalah para dayang dan kasim tingkat rendah yang melakukan pekerjaan kasar. Mereka harus menyapu istana sebelum majikan mereka bangun, menyiapkan mak
Setelah Kaisar pergi, Raka masuk dan berseru dari balik tirai, "Nyonya, Yang Mulia menyuruh hamba untuk melayani Anda. Apa Anda ingin tidur lebih lama, atau bangun dan sarapan?""Nggak tidur lagi. Tolong bantu aku ambilkan pakaian bersih. Aku ingin kembali ke Istana Bugenvil," kata Lyra sopan.Raka menjawab, "Nyonya nggak perlu sungkan. Pakaiannya sudah disiapkan. Dayang Dona sudah ada di sini untuk merapikan tempat tidur. Hamba akan menyuruhnya masuk dan membantu Anda berganti pakaian."Lyra yang tubuhnya dipenuhi bekas luka, sebenarnya malu melihat Dona. Namun, karena Dita dan Kirana tidak ada, sementara tubuhnya masih terasa sakit dan lemas, akhirnya dia menyetujui saran Raka. Tak lama kemudian, Dona masuk sambil membawa pakaian bersih, dia berseru melalui tirai, "Nyonya, hamba akan membantu Anda berganti pakaian."Lyra merasakan sedikit kesedihan ketika dia menyapanya dengan kaku dan terdengar asing. Dengan suara tercekat oleh isak tangis, dia berkata, "Masuklah!"Dona menyibakkan
Lyra juga merasa bahwa keinginan Pangeran Andre untuk makan kue tidak sesederhana kelihatannya.Dia menduga Pangeran Andre mungkin mencoba menyampaikan beberapa informasi kepada Rania melalui kue tersebut, mungkin kue itu adalah semacam kode di antara mereka.Atau mungkin dia menggunakannya sebagai alasan untuk membuatnya kembali mengunjunginya lagi, demi bisa mendapatkan informasi dari luar melalui dirinya. Atau setidaknya bisa menemaninya mengobrol agar tidak bosan.Dia telah menanggung penderitaan itu selama lima tahun sendirian, setelah akhirnya memiliki penghubung dengan dunia luar, jadi wajar saja kalau dia akan melakukan segala cara untuk mempertahankannya.Jika Lyra benar-benar mengirimkan kue tersebut, dia pasti akan menemukan alasan lain untuk membuatnya kembali lagi.Lyra merasa bahwa pria itu sebenarnya cukup pintar, tetapi Kaisar jauh lebih pintar, karena langsung bisa menangkap niatnya yang tersembunyi.Wajar jika dia kalah dari Kaisar.Kaisar tumbuh dalam kondisi yang sa
Kaisar merasakan sakit yang teramat dalam di hatinya.Dia mengucapkan kata-kata itu padanya untuk membuat Lyra kehilangan kendali.Namun, meskipun Kaisar berhasil membuatnya kehilangan kendali, dia tidak kehilangan kendali untuknya.Dia sangat tertekan dan mengancamnya dengan lembut namun tegas, "Mario adalah jenderal yang langka dan berbakat. Selama kau benar-benar meninggalkannya, aku nggak akan menyentuhnya sama sekali. Aku akan memberinya hadiah atas jasanya dan mempromosikannya ke posisi yang lebih tinggi. Tapi kalau kau bersikeras dan mengabaikan kata-kataku, jangan salahkan aku karena bersikap kejam."Dia mengulurkan tangan untuk menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Gerakannya lembut, tetapi nadanya dingin, "Aku menghargai bakat, tapi aku juga nggak kekurangan orang berbakat seperti dia. Kau mengerti?"Lyra menangis dalam diam, kukunya mencengkeram telapak tangannya sendiri, rasa sakit yang tajam itu tak mampu mengimbangi kepahitan yang mengalir dari mulutnya.Dia memeja