Share

Bab 391

Penulis: Viona
Lyra mengangkat pandangannya sekilas. Awalnya dia ingin menolak, namun teringat pada catatan yang ditinggalkan oleh Selir Sienna, akhirnya dia mengangguk pelan, “Baik, hamba akan mengingatnya.”

Saat keduanya berbincang pelan, Kaisar diperkenalkan kepada para utusan delegasi oleh Mario dan satu per satu dari mereka memberi anggukan hormat.

Kali ini, mereka mengirim delapan belas pejabat untuk mendampingi putri kerajaan datang ke ibu kota. Yang memimpin adalah Raja Kuda Besi, bernama Lukas Margono.

Pria itu bertubuh tinggi besar, berwajah tampan, tubuh penuh aura pejuang khas suku pengembara. Namun kini, sebagai bangsa yang kalah perang, seberapa pun gagahnya dia tetap harus merendah.

Dia mewakili rombongan, berlutut dengan satu kaki, lalu mempersembahkan surat penyerahan diri yang ditulis tangan oleh Raja Bangsa Hulu, yang berisi daftar tanah yang diserahkan, beserta persembahan berupa sapi, kambing, kuda, emas, perak, dan permata.

Toni turun dari tangga untuk menerima surat dan daftar
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 396

    Tangan Ibu Suri bergetar, cangkir tehnya berbunyi pelan.Lyra langsung memasang wajah dingin, lalu bangkit berdiri. “Permintaan ini hamba nggak bisa turuti. Ibu Suri sebaiknya mencari orang lain saja!”Ibu Suri buru-buru meletakkan cangkir dan menahannya, “Tunggu dulu, dengarkan penjelasanku dulu.”“Nggak perlu.” Nada Lyra keras dan dingin. “Bangsa Hulu sudah menyerang perbatasan, membunuh dan merampok. Mario dan banyak prajurit sudah mengorbankan nyawa untuk memperoleh perdamaian hari ini. Sekarang kalian malah ingin dia bersekongkol dengan musuh? Di mana hati nurani kalian?”Ibu Suri tak menyangka dia tiba-tiba begitu marah. Dia berusaha menjaga wibawanya.“Bukan begitu. Di dunia ini nggak ada teman abadi, juga nggak ada musuh abadi. Bekerja sama dengan Bangsa Hulu hanya untuk sementara. Setelah Pangeran Andre naik tahta, kita bisa melawan mereka lagi.”“Hah!” Lyra mencibir, “Apa tahta itu sebegitu berharganya sampai kalian rela menghalalkan segala cara?”“Meski Yang Mulia bukan oran

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 395

    “Ibu Suri, tolong jangan dilanjutkan lagi.” Lyra menutupi wajahnya dengan tangan, suaranya teredam keluar dari sela jarinya, “Memangnya apa yang bisa hamba lakukan? Hamba sendiri saja tak bisa lepas, bagaimana mungkin bisa melindungi mereka?”“Kau bisa.” Ibu Suri berkata tegas, “Asalkan kau mau, kau bisa melindungi mereka seumur hidup.”Lyra menurunkan tangan, matanya memerah, tampak bingung. “Ibu Suri, maksudnya apa? Hamba nggak mengerti.”Ibu Suri mencondongkan tubuh ke depan, menggenggam tangannya erat, lalu berkata pelan. “Katakanlah sejujurnya, apakah di hatimu ada sedikit saja perasaan suka pada Yang Mulia? Kalau kau jujur, aku baru bisa memberitahumu apa yang harus dilakukan.”Lyra segera menggeleng, berkata dengan nada tegas, “Nggak ada, hamba nggak pernah menyukainya.”“Kalau begitu, apa kau ingin dia mati?” tanya Ibu Suri lagi.Lyra mengangguk, “Iya!”Ibu Suri tersenyum puas, “Bagus, anak baik. Aku bersama ayah dan kakakmu sudah menunggu saat yang tepat selama bertahun-tahun.

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 394

    Di Istana Krisan Putih, Ibu Suri sudah menyuruh orang menyiapkan teh dan menunggu kedatangan Lyra.Saat melihatnya masuk, dia tersenyum sambil melambaikan tangan. “Nggak usah terlalu banyak aturan, cepat duduk di sini. Kau cobalah teh hijau yang terkenal ini, hasil upeti baru dari Danau Tabir Kabut tahun ini.”Lyra tetap memberi salam kepadanya, baru kemudian duduk di hadapannya. Namun dia tidak menyentuh cangkir teh itu. “Belakangan ini tidur hamba kurang nyenyak, kalau minum teh, takutnya nanti malam malah nggak bisa tidur.”“Tidurmu nggak nyenyak?” Ibu Suri menunjukkan wajah penuh perhatian, “Apa ada sesuatu yang mengganjal di hatimu? Coba ceritakan padaku.”“Nggak ada apa-apa, mungkin karena sebentar lagi masuk musim panas, jadi cuacanya agak gerah saja,” jawab Lyra ringan, berusaha menghindari topik itu, lalu langsung bertanya, “Ibu Suri memanggil hamba, ada perintah apa?”Ibu Suri menatapnya, menghela napas pelan. “Kita sudah beberapa bulan nggak ketemu, kau jadi merasa asing den

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 393

    “Tapi, karena aula utama Istana Tulip sudah lama kosong, jadi perlu dirapikan dulu. Untuk sementara, mohon Ibu Suri menyiapkan tempat tinggal sementara untuk Putri Maura.”“Baik, serahkan saja padaku. Kau tak perlu khawatir.” Ibu Suri tersenyum, lalu menoleh pada Mario. “Jenderal Mario, cepat berterima kasih pada Yang Mulia.”Mario terlebih dahulu memberi salam pada Ibu Suri. “Terima kasih atas perhatian Ibu Suri.”Barulah dia menunduk kepada Kaisar. “Hamba sudah keras kepala, dan berbicara terlalu blak-blakan, kurang bisa menyesuaikan diri. Mohon Yang Mulia memaklumi.”Kaisar menatapnya dengan dingin, lalu mengangkat tangan seolah memberi isyarat padanya. “Bangkitlah. Mengingat jasamu yang sudah menumpas pemberontakan, aku akan mengampunimu kali ini. Tapi dengarkan baik-baik, kalau nanti Ibu Suri sudah menemukan pasangan yang cocok untukmu, kalau kau masih berani menolak, jangan harap aku akan mengampunimu lagi.”“Terima kasih, Yang Mulia.” jawab Mario dengan samar. Setelah itu, dia m

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 392

    Suasana aula hening mencekam, semua orang menahan napas.Lyra mencengkeram sapu tangannya erat-erat, dan bibirnya hampir berdarah karena digigit terlalu keras.Dalam keheningan, Roni melangkah maju sambil batuk kecil.“Yang Mulia…”“Diam! Mundur!” Kaisar membentaknya, “Ini bukan urusanmu. Kalau berani bicara lagi, akan kupenggal kepalamu sekalian!”Namun Roni tidak bergeming. Dia malah mengangkat jubahnya, lalu berlutut di samping Mario. “Hamba dan Jenderal Mario sudah seperti saudara. Kalau Yang Mulia memenggal kepalanya, maka hamba akan menemaninya ke alam baka!”Jantung Lyra berdebar kencang, tubuhnya gelisah, hampir saja dia berlari keluar.Untung Ibu Suri segera menahan tangannya. “Tenanglah. Kalau kau ikut keluar, hanya akan membuat Yang Mulia semakin murka.”Tubuh Lyra bergetar, berusaha sekuat tenaga menahan diri.Saat itu, Putri Maura tiba-tiba menarik penutup wajahnya. Wajah cantiknya pun terlihat jelas, hidung mancung, mata yang dalam, berkulit putih dan halus seperti salju.

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 391

    Lyra mengangkat pandangannya sekilas. Awalnya dia ingin menolak, namun teringat pada catatan yang ditinggalkan oleh Selir Sienna, akhirnya dia mengangguk pelan, “Baik, hamba akan mengingatnya.”Saat keduanya berbincang pelan, Kaisar diperkenalkan kepada para utusan delegasi oleh Mario dan satu per satu dari mereka memberi anggukan hormat.Kali ini, mereka mengirim delapan belas pejabat untuk mendampingi putri kerajaan datang ke ibu kota. Yang memimpin adalah Raja Kuda Besi, bernama Lukas Margono.Pria itu bertubuh tinggi besar, berwajah tampan, tubuh penuh aura pejuang khas suku pengembara. Namun kini, sebagai bangsa yang kalah perang, seberapa pun gagahnya dia tetap harus merendah.Dia mewakili rombongan, berlutut dengan satu kaki, lalu mempersembahkan surat penyerahan diri yang ditulis tangan oleh Raja Bangsa Hulu, yang berisi daftar tanah yang diserahkan, beserta persembahan berupa sapi, kambing, kuda, emas, perak, dan permata.Toni turun dari tangga untuk menerima surat dan daftar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status