Share

Malam Terindah Bersama CEO-ku
Malam Terindah Bersama CEO-ku
Penulis: stardustmoon

1. Kejadian Malam

Dentuman suara musik itu terdengar begitu kencang. Ditambah lagi dengan lampu berwarna putih yang gemerlap mengitari orang-orang yang sedang menari secara asal sambil menikmati segelas minuman beralkohol. 

Namun berbeda dengan Luna. Sudah hampir setengah jam dia hanya duduk di sofa sendirian sambil sesekali meneguk minuman alkohol yang dipesannya. Perempuan itu juga sesekali memperhatikan semua orang yang tengah sibuk berjoget. Biasanya Luna akan bergabung bersama mereka. Tetapi tidak dengan malam ini.

Pikirannya benar-benar terganggu ketika dia dituntut untuk cepat-cepat memiliki pekerjaan sendiri. Meski terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan, nyatanya Luna tidak lagi bisa menjadi anak manja seperti dahulu. Ayahnya mengancam jika Luna tidak bisa memiliki pekerjaan, maka tidak segan-segan Luna akan dikirimkan ke tempat yang jauh dari kehidupannya sekarang.

Ditambah lagi, waktunya hanya tersisa dua hari lagi. Rasanya kepalanya ingin pecah. Luna sudah mencoba melamar kemana saja, tetapi gagal. Hari ini dia hanya bisa pasrah dan berharap Tuhan akan memberikannya keajaiban. Agar Luna tetap bisa berada di Jakarta.

Di tengah diam dan lamunannya, seseorang secara tiba-tiba duduk di sebelah Luna. Membuat Luna sedikit terkejut. Seorang laki-laki yang tidak pernah dia kenal sebelumnya. Yang tidak dia ketahui namanya. 

"Hei, sendiri aja?" tanya lelaki itu sambil tersenyum kepada Luna.

Luna menganggukkan kepalanya, "seperti yang lo lihat."

Lelaki itu semakin mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Luna. Bahkan saat ini tidak ada jarak sedikit pun diantara mereka. Luna merasa sedikit risih. Sesekali dia berusaha menutupi pahanya dengan tangannya. 

Luna terkejut bukan main ketika lelaki ini secara tiba-tiba memegang telapak tangannya dan berusaha untuk menggenggamnya. Dengan cepat Luna pun mencoba melepas.

"Maaf, Mas," tolak Luna. Dia memperlihatkan wajah risihnya. Namun seakan itu semua tidak berarti, lelaki itu malah semakin menggeser tubuhnya kepada tubuh Luna. Sehingga membuat Luna benar-benar tidak bisa bergerak kemana-mana. 

Rasanya dia ingin langsung kabur tetapi itu semua tidak mudah. Jangankan untuk kabur, untuk bergerak sedikit saja rasanya sangat sulit. 

Lelaki itu pun menaruh beberapa helai rambut panjang yang menutupi wajah Luna ke belakang daun telinga. Lagi-lagi Luna berusaha menunjukkan sikap risih dan tidak sukanya. Ya Tuhan, Luna tidak bisa apa-apa sekarang. Semua orang yang ada di klub saat ini tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing sehingga rasanya tidak mungkin akan ada yang dengan cepat menolongnya. Tetapi bagaimana pun Luna masih berharap di dalam hatinya bahwa dia ingin segera pergi dari lelaki sialan ini.

"Tenang saja. Gak usah takut, gue gak akan main kasar. Let's play together. I will give you the best night ever," ucapnya dengan lembut. Mungkin dia kira, Luna akan tergoda dengan perkataannya.

Tidak sudi. Luna benar-benar tidak sudi jika harus 'bermain' dengan laki-laki yang sudah terlihat bagaimana karakternya ini. Luna tidak menggubris, bahkan dia sengaja tidak mau menatap laki-laki di sebelahnya ini sama sekali. 

Laki-laki itu merenggangkan tangan kanannya ke belakang untuk secara tidak langsung merangkul Luna. Degup jantung Luna semakin berdebar dengan cepat. 

Perlahan, dari ekor matanya, Luna dapat melihat bahwa laki-laki ini mencoba mendekatkan wajahnya pada wajah Luna. Membuat Luna hanya bisa meremas kedua tangannya yang mengepal. Dia ingin meninju lelaki ini sekarang juga tetapi kekuatannya seakan hilang begitu saja. Bahkan dengkulnya terasa lemas sekarang. 

Pelan tapi pasti, jarak wajah lelaki itu semakin dekat. Bahkan Luna dapat menghirup aroma alkohol yang sangat kuat dari lelaki ini. Tinggal beberapa detik lagi, bibir laki-laki itu akan sampai pada bibir Luna.

Tiba-tiba...

Bugh!

Seorang laki-laki dengan kemeja berwarna gelap secara tiba-tiba meninju laki-laki yang ada di sampingnya. Laki-laki itu menarik tangan Luna, membawa tubuh Luna untuk berada di belakangnya. 

Meski dapat merasa sedikit aman, tapi Luna masih merasa takut. Sebab sekarang kedua laki-laki ini malah saling meninju satu sama lain. Sehingga harus memanggil security untuk akhirnya mereka bisa dilerai. 

Laki-laki yang tadi terus menerus menggoda Luna pun dibawa keluar dari klub ini oleh dua orang security. 

Dan disinilah Luna sekarang. Berada di sebuah kamar VIP yang disediakan oleh klub. Berdua dengan laki-laki yang tadi menolongnya. Mereka belum berbicara bahkan berkenalan. Sebab laki-laki ini baru saja selesai diobati karena ujung bibirnya robek.

"Ma-makasih banyak ya," ujar Luna.

Dia mencoba memulai percakapan. Lagi pula Luna juga memang harus mengucapkan terima kasih kepada lelaki ini. Dia sendiri bahkan tidak tahu bagaimana jadinya bila tadi dia tidak ditolong. 

"Sama-sama," jawab lelaki itu dengan cepat.

"Lo sendirian?" tanya laki-laki itu.

Luna pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, "iya, tapi gue sudah biasa ke sini kok."

"Walaupun lo sudah sering kesini, hal-hal kayak tadi gak menutup kemungkinan akan terjadi. Lo sering kesini dan kenal sama pegawai disini bukan berarti lo akan benar-benar aman. So, you have to take care of yourself," jelasnya.

"Iya, sekali lagi makasih ya," 

"Anyway, itu, bibir lo gimana? Mau dibawa ke dokter saja gak?" Luna bertanya.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya, "gak usah. Sudah diobati tadi. Cuma luka kecil, sebentar lagi juga sembuh."

"Luka kecil" katanya. Jelas-jelas ujung bibirnya itu robek dan sempat mengeluarkan darah yang tidak sedikit. Ditambah lagi terdapat memar disana yang terlihat sangat jelas. Melihatnya saja dapat membuat Luna merinding ngeri. 

"Luna," ujar Luna memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangannya.

Awalnya lelaki itu menatap Luna, namun kemudian dia menyambut uluran tangan putih perempuan itu, "Gavriel."

"Rumah lo dimana? Mau gue antar pulang atau gue pesanin taksi?" tanya Gavriel.

Dengan cepat Luna menggelengkan kepalanya, "engga. Engga usah. Gue belum mau pulang. Kalau lo mau pulang, gapapa tinggalin saja gue disini."

"Oh atau kalau memang lo mau disini, biar gue yang nanti cari tempat lain," lanjut Luna sambil berdiri dan hendak beranjak dari duduknya.

Belum sempat Luna melangkahkan kakinya, Gavriel langsung menarik pergelangan tangan perempuan itu. Niatnya untuk menahan Luna. Sudah jelas dia tidak akan membiarkan Luna pergi karena khawatir laki-laki tadi masih berada di sekitar sini. Namun ternyata secara tidak sengaja dia malah menarik tangan perempuan itu dan membuat keduanya terjatuh di atas kasur.

Gavriel di bawah dan Luna di atasnya.

Mereka berdua terdiam dan saling menatap. Keduanya dapat merasakan degup jantung yang berpacu lebih cepat. 

Gavriel seakan terhipnotis oleh mata indah milik Luna. Dia sempat tenggelam dalam lamunannya. Dia pun dapat merasakan jika Luna semakin menekan tubuhnya, membuat Gavriel dapat merasakan sesuatu di bawah sana.

Jarinya menyentuh bibir mungil milik perempuan itu sambil memperhatikannya.

"Can I?" izin Gavriel sambil menatap dalam bola mata Luna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status