Share

Bab 27 Pengakuan Setengah Hati

Author: Alexa Ayang
last update Last Updated: 2025-10-12 23:13:16

Ruang makan mewah milik Lidia terasa kaku pagi itu. Cahaya matahari menembus jendela kaca besar, namun atmosfernya dingin. Wulan dan Lidia membeku, piring bersih di meja mahoni mengkilap tak tersentuh. Wulan menyapu pandang sekeliling ruangan, mencoba memahami kemewahan mendadak terpampang itu.

"Jadi pria itu benar-benar memberikan rumah ini untukmu, Lid?" tanya Wulan, suaranya pelan nyaris berbisik, memecah kesunyian yang berat. Dia memandang Lidia lekat-lekat, mencari kebenaran. "Ini bukan lagi sekadar kado, kan? Ini rumah lho, Lid. Bukan main-main lagi."

Lidia hanya mengangguk pelan, gerakannya kaku dan tampak terbebani. Tangannya mencengkeram serbet linen. Tatapannya kosong, jauh dari kemewahan di sekitarnya.

Wulan mencondongkan tubuh, cemas dan penasaran mulai menggerogoti. "Kevin… Kevin tahu tentang semua ini? Tentang rumah ini? Dan tentang... pria itu?"

Lidia langsung menggeleng, lebih cepat dan putus asa. "Tidak. Tentu saja tidak. Kevin tidak boleh tahu, Wul. Sama sekali tidak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 74: Batasan dan Kenyataan Pahit

    Darah Kevin mendidih, meski ia tahu kantin yang ramai bukan tempatnya berteriak. Melihat Lidya dan Dokter Alvin—Wakil Direktur itu—berjalan santai sambil sesekali bercanda, rasa sakit di dadanya mengalahkan naluri profesionalisme. Kevin mengambil napas dalam, memantapkan diri. Ini kesempatannya. Ia memotong jalan mereka di dekat area pengambilan makanan, sedikit membungkuk, menekan kemarahannya dalam-dalam.“Selamat siang, Dokter Alvin,” sapa Kevin, nadanya sedikit dipaksakan sopan, terasa aneh di telinganya sendiri. “Mohon maaf mengganggu waktu Anda, Dok. Saya izin, bisakah saya bicara sebentar dengan Lidya?”Dokter Alvin, seperti biasa, tampak sangat tenang. Senyum tipis mengembang di bibirnya, senyum yang bagi Kevin terasa seperti ejekan halus. Di samping Dokter Alvin, Lidya kelihatan sangat kaget, matanya sedikit melebar. Raut wajahnya jelas sekali menunjukkan keinginan untuk segera kabur dari situasi ini, atau kalau bisa, langsu

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 73: Isu Pernikahan dan Detak Jantung yang Patah

    Perjalanan dari Ruang Residen menuju kantin terasa lebih panjang dari rute ke toilet darurat saat diare mendadak bagi Kevin dan Vito. Atmosfer ganjil menggantung di antara mereka, berbanding terbalik dengan aura ceria matahari pagi yang menembus jendela rumah sakit. Kaiden ikut bergabung di tengah perjalanan, langkahnya yang santai menyembunyikan agenda tersembunyi seperti seorang detektif menyamar sebagai penonton pertandingan gulat. Kevin merasa lebih diperiksa ketimbang ditemani."Gini, Kev," Kaiden memulai lagi, memecah keheningan sembari pura-pura menyimak daftar menu di ponselnya yang gelap. Jelas tidak ada daftar menu, hanya bayangan wajah cemas Kevin di layar hitam. "Kenapa Lidya itu tiba-tiba ghosting? Aku juga lama sekali tidak melihat dia di shift malam. Padahal dia anak didik kesayangan Bima, harusnya intensif. Ini malah kayak program magang siluman."Kevin menghela napas, napas pasrah seorang penderita maag kronis yang baru saja makan makanan pedas. "Mana

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 72 Cekcok dan Ceramah Lima SKS

    Pagi di Ruang Residen terasa berat. Bau kopi basi, keputusasaan, dan deodoran yang mulai memudar bercampur di udara, menciptakan kombinasi aroma yang unik. Kevin sedang mencoba mengulas e-journal bedah jantung, sebuah artikel dengan topik aneh seperti "Vaskularisasi Anomali pada Jantung Kanak-kanak". Namun, pikirannya terus melayang. Antara kisah heroik Penisilin Riris dan intervensi misterius Dr. Alvin. Otaknya terasa seperti mesin cuci di putaran ekstra berat, mencuci ulang cucian kotor emosi yang tak kunjung bersih.Kaiden, residen Bedah yang biasanya tenang dan hanya fokus pada pisau bedah dan diagram anatomis, kini berdiri di samping Kevin dengan wajah yang tidak biasa ingin tahu. Kevin menduga ini pasti salah satu episode "bertanya tidak bertanya" yang menjadi ciri khas Kaiden."Kev," panggil Kaiden, suaranya pelan nyaris seperti bisikan seorang konsultan etika. "Boleh tanya sedikit soal urusanmu semalam?"Kevin mendongak, matanya sayu seolah semalaman begadang meninjau jurnal e

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 71 Kecurigaan Dan Pertanyaan

    Di sebuah ruangan rapat yang sepi, tegang, dan cuma diterangi lampu sorot di atas meja, Dr. Surya, Dr. Raditya, dan Dr. Rukmana duduk berhadapan. Wajah mereka serius, aura analisis terpancar jelas dari tiap ekspresi mereka. Informasi dari Franda yang kemarin sore masuk, udah memberi mereka titik terang baru: Lidya. Fokus mereka sekarang fix ke cewek intern itu, lengkap dengan segala pertanyaan yang menyertainya."Oke deh, gini rencana kita," kata Dr. Surya, sedikit menyandarkan tubuhnya ke meja marmer dingin. "Fokus kita sekarang ke Lidya sama Alvin. Tapi, sebelum ngapa-ngapain, kita harus bongkar dulu, apa sih motif si Alvin ini sebenernya?"Dr. Raditya langsung ngangguk setuju, matanya memicing memikirkan sesuatu. "Lidya itu kan internnya Bima langsung. Ya, kalau kata anak-anak sih dia inianak kesayanganBima di antara intern-intern lain. Nah, kalau Lidya dapet perlakuan 'rahasia' dari Alvin, pasti banget deh itu ada hubungannya sama Bima. Pertany

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 70: Deliberasi dan Intrik

    Pagi yang seharusnya tenang berubah jadi ajang diskusi sengit di lantai eksekutif Rumah Sakit Cendekia Medika. Di sebuah ruangan rapat kecil, yang mewah dengan interior kayu mahoni dan aroma kopi pahit yang samar, Lingkaran Dokter Senior sudah berkumpul.Suasananya tegang, bahkan kopi terbaik pun tak sanggup menghilangkan atmosfer serius ini. Dr. Surya si jenius internis dengan ambisi setajam pisau operasi yang kerap disisipkan di saku jasnya, duduk paling depan. Di sampingnya, Dr. Rukmana, ahli kandungan yang teliti, dan Dr. Raditya, internis senior yang dikenal kalem tapi cerdas, menyimak layar ponsel Franda yang tergenggam di tangan Surya. Sebuah pesan singkat tentang kasus sifilis residen sudah merusak mood mereka pagi ini.Surya mengetuk-ngetuk meja dengan pulpen mahal miliknya, iramanya pelan tapi tegas, seolah sedang menyiapkan strateginya. “Gerald dan Riris positif. Ini bukan kejutan besar. Mereka memang sudah diduga. Vito, Kevin, Wulan negati

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 69 Mata-Mata dan Kebocoran Rahasia

    Keheningan pekat seperti gumpalan awan mendung menggelayuti kafe rumah sakit yang seharusnya riuh di jam pagi itu. Lima jiwa duduk berkelompok di sana, suasana tegang mematung mereka di antara aroma kopi dan roti yang tak tersentuh.Ada Gerald dan Vito, dua residen yang sama-sama tampak dilanda penyesalan; Riris, seorang internship yang masih diselimuti kemarahan yang pahit; Wulan, internship yang terlihat paling terpukul dan putus asa; dan Kevin, residen senior yang kini menyalurkan empati yang dalam, berusaha menjembatani. Pertengkaran panas Gerald dan Riris tentang kecerobohan dan tuduhan saling tuding memang sudah mereda, tapi bara emosi di antara mereka jelas belum padam, hanya tertutupi abu kebisuan.Tak jauh dari mereka, di sudut yang sedikit tersamarkan oleh pilar besar, Franda, internship yang pendiam dan jarang diperhatikan, duduk bersama Kaiden, residen bedah yang ambisius dan selalu tertarik pada intrik di balik layar. Keduanya pura-pura asyik menatap jurnal medis di tanga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status