Beranda / Romansa / Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku / Bab 75 Kecemburuan dan Penjara Emas

Share

Bab 75 Kecemburuan dan Penjara Emas

Penulis: Alexa Ayang
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-28 22:35:35

Dr. Bima berdiri tegak di ambang pintu Ruang Staf, posturnya tenang tapi sorot matanya yang tajam menyorot tak teralihkan ke arah kantin rumah sakit. Jarak itu memang aman, tapi tak menghentikannya menyaksikan semua yang terjadi: Kevin dengan sengaja memotong jalan Dr. Alvin dan Lidya, gestur terpaksa hormat dari residen yang sebenarnya jelas menunjukkan betapa tidak sopannya tindakan itu, dan yang paling membuat darah Bima mendidih adalah saat Kevin dengan entengnya menarik tangan Lidya, menyeretnya, dan mereka menghilang begitu saja ke lorong yang sepi.

Kecemburuan langsung membakar dada Bima. Naluri aslinya berteriak untuk mengejar Kevin, menarik kerah bajunya, dan menghancurkan pecundang itu saat itu juga. Tapi, pikiran logis Bima selalu selangkah lebih maju. Reaksi emosional di tempat umum seperti ini hanya akan mengkonfirmasi kecurigaan yang telah dibangkitkan Kevin akibat insiden Sifilis waktu itu. Dia harus menahan diri, demi semua yang telah mereka rencanakan.

Beberapa menit
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 89 Dalam Bayang Ancaman

    Raungan ambulan memecah sunyi malam di depan UGD Cendekia Medika. Dua perawat dan seorang residen bergegas mendorong gurney masuk ke area resusitasi. Aroma antiseptik bercampur bau anyir darah menusuk hidung, menciptakan ketegangan. Dokter Alvin terbaring pucat, kemeja putih dan jasnya sudah merah akibat lumuran darah di pelipis. Di samping gurney, Dokter Bima melangkah cepat, raut wajahnya tegang, sorot matanya hanya terpaku pada Alvin, sesekali melirik tajam ke arah Dokter Darren yang berdiri kaku di belakangnya, tak bisa menyembunyikan kegusaran.Di ambang pintu resusitasi, Bima berhenti mendadak. Tangannya mencengkeram lengan Darren erat, membuat Darren sedikit meringis. Mata Bima menusuk, dingin, seperti pemburu yang sedang menandai mangsanya."Dengar baik-baik, Darren," suara Bima serak, geraman pelan yang hanya terdengar di antara mereka. "Biar aku yang menjelaskan kejadian ini pada sejawatku. Kau dokter luar, bukan staf Cendekia Medika. Jangan coba-coba ikut campur dengan mana

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 88 Pengorbanan Seorang Sahabat

    “Dokter Alvin!”Lidia dan Kevin hampir berteriak bersamaan. Kevin meringis, sisa rasa terkejut dan nyeri masih terasa, sementara Lidia, meski syok, air mata kelegaannya mengalir deras. Ya, Dokter Alvin. Pria itu adalah sosok sang penolong misterius di bab sebelumnya yang muncul dan memukul Kevin. Ia berdiri di ambang pintu ruangan, memandang Kevin dengan kilat kemarahan di matanya. Pakaiannya sedikit kotor dan kusut, seolah baru saja menempuh perjalanan sulit mencari mereka hingga ke vila terpencil ini.“Ya, Kevin. Tentu saja aku. Memangnya kau berharap siapa lagi?” Alvin berucap dengan suara rendah yang menahan emosi, napasnya masih terengah-engah. Tatapannya tertuju tajam pada Kevin, kemudian beralih sekilas pada Lidia yang terguncang dan menangis ketakutan di sudut sofa. “Aku mengikutimu sejak dari kos Dokter Wulan. Aku tahu kau akan melakukan sesuatu yang biadab seperti ini!” Nada suara Alvin penuh kekhawatiran dan amarah yang mendalam, juga rasa muak terhadap Kevin.Kevin tersenyu

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 87 Menuntut Hak Milik

    Mobil Kevin melaju kencang menembus malam, mesinnya menderu ganas, seakan mencerminkan gejolak dalam hati pemiliknya. Jalanan aspal basah berkilau memantulkan lampu kota yang kabur, namun di dalam mobil, suasana jauh lebih pekat dan mencekam. Lidia tersentak setiap kali mobil melesat di tikungan, cengkeramannya pada seatbelt menguat. Panik dan takut menjadi dua tamu tak diundang yang mengisi benaknya, menggerogoti ketenangan yang coba dipertahankannya mati-matian. Dia melirik Kevin di kursi kemudi, yang wajah tampannya kini berubah gelap, menakutkan, seperti ada bayangan yang hinggap dan enggan beranjak. Rahangnya mengeras, tatapannya tajam menatap ke depan, tapi terasa menembus sampai ke dalam jiwanya."Aku akan kau bawa ke mana, Kevin?" tanya Lidia, suaranya bergetar tipis, nyaris tak terdengar di antara deru mesin dan irama jantungnya yang berdebar kencang. Ia mencoba menenangkan diri, tapi rasanya sia-sia saja. Kevin seolah berubah menjadi orang lain, bukan lagi Kevin yang ceria d

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 86 Malam Di Kos Wulan

    Sore itu, Lidia benar-benar nggak punya muka buat pulang ke rumah Bima. Bukan karena gimana-gimana, tapi dia belum siap sama drama perpisahannya dengan Kevin atau pertanyaan bertubi-tubi soal status perkawinannya dengan BIma. Makanya, daripada bikin masalah di rumah, dia memutuskan langsung meluncur ke tempat favoritnya kalau lagi galau: kosan Wulan.Begitu sampai, Wulan lagi asyik ngegelesor sambil nonton drama Korea dengan ditemani semangkuk besar keripik kentang. Melihat Lidia nongol di depan pintu, kaget campur heran deh ekspresi temannya itu.“Woy! Kirain udah melenggang aja kau ke rumah mertua! Ada apaan nih mendadak nyangkut di sini?” Wulan bertanya sambil menyerahkan keripik kentang.Lidia nyengir kecut. “Mertua mata kau! Yang ada malah mau melenggang ke jurang, tau nggak sih. Eh, aku cerita nih ya. Gila banget sih Wulan, aku tuh barusan ketemu keluarganya Kevin.”“Oh ya? Gimana? Asyik nggak mereka? Ibu Kevin ramah nggak?” Wulan mulai kepo sambil menepuk kasur di sebelahnya,

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 85: Merampas Kekuasaan dan Cinta

    Suara pecahan vas bunga keramik Ming yang mahal di lantai marmer terasa memekakkan telinga, bergema menyedihkan di ruang tamu megah itu. Namun Kevin sudah tidak peduli. Seluruh dunia dan kemewahan yang selama ini menaunginya seolah runtuh saat itu juga. Aura wibawa rumah besar yang sunyi ini kini pecah oleh amarah yang menggelegak dari dirinya. Ia tak lagi memedulikan hierarki, etika, apalagi kehadiran kedua orang tuanya, Riana dan Darren, yang mematung di sampingnya dengan ekspresi tak percaya.Mereka menyaksikan Kevin meledak seperti bom waktu yang akhirnya hancur lebur di depan bingkai foto kecil di meja konsol jati Jepara itu. Sebuah foto pernikahan. Bukan sembarang pernikahan. Itu adalah pernikahan Lidya, gadis yang selama ini Kevin anggap kekasihnya, masa depannya, cinta sejatinya. Dan pengantin pria di sampingnya adalah Bima, pamannya sendiri. Seolah gravitasi telah menghilang dari semesta Kevin, dunianya serasa jatuh bebas tak berdasar. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? B

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 84 Warisan dan Foto Pernikahan

    Kegelisahan Bima hari itu memang sudah mencapai puncaknya. Entah kenapa, firasat buruk selalu menghantui pikirannya sejak bangun tidur. Ia berdiri di teras rumahnya yang luas, menikmati semilir angin pagi sambil berusaha mengabaikan obrolan orang-orang di dalam tentang diskusi warisan yang rumit. Tangan Bima menggenggam ponselnya erat. Baru beberapa menit lalu, Vito mengirimkan setumpuk foto yang sukses membuat rahangnya mengeras.Foto-foto Lidya, bersama Kevin dan, sialnya, juga Riana. Seperti itu belum cukup, Alvin baru saja menelepon, memberikan update tentang manuver berbahaya Surya yang mulai bergerak di bawah tanah, mengincar sesuatu. Bima memutus sambungan teleponnya dengan ketus. Keputusannya sudah bulat: ia harus melindungi Lidya, dan juga dirinya sendiri, dari siapapun yang mencoba mengusik kedamaian mereka.Saat Bima hendak melangkah kembali masuk untuk menyusun strategi, tiba-tiba sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam mengkilap berhenti mulus di depan gerbang. Dari dalam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status