"Makanlah Marissa apa kau tak menyukai makanamu?"Marissa terdiam ia memikirkan tentang operasinya selama ini hidupnya telah susah karna penyakit mental ini tanpa sadar ia pun mengalami penyakit lain, tuhan begitu menyayanginya hingga membuatnya selalu tersiksa, Marissa merasa tuhan sungguh tak adil padanya jika ia mengalami hal demikian mengapa Maya tidak padahal mereka berdua lahir di rahim yang sama.
"aku tak ingin mengatakan ini namun mengapa tuhan menciptakanku jika berakhir seperti ini, Ma aku sungguh tak paham"Marissa menatap wajah cantik itu yang terus mengurusnya selama dua hari ini, dalam dua hari Marissa benar-benar memiliki ibu yang siap menjaganya membuatnya terharu hampir ia menangis, ia berjanji akan menjaga Jelin, melihat sikap Jelin yang tak biasa kadang Marissa berpikir apadakah sesuatu yang salah padanya, yang ia tahu orang kaya sangat sulit menerima orang asing apalagi kalangan ibu sosialita seperti Jelin, ia hanya orang asing namun seperti anak kandung, Ma
"kau harus cepat menemui wanita lain, mencari cinta sejatimu, meski aku masih menyayangimu ingatlah kau juga berhak mencintai orang lain, jangan mengasihaniku, aku tak suka ditatap demikian""kau membuatku pergi namun seolah-olah kau terluka, hebat aktingmu sungguh menyayat hati"Lelaki berjas hitam tersebut ikut memandang jalanan kota yang kian sepi tergantikan truk-truk besar yang melintas, dan lampu-lampu yang remah redup mati dan menyala, menambah kesan fantastis diatas sini, angin menerpa wajah sendu itu, menarikan helaian rambut yang tak diikat membuat suasana tersendiri lebih mempercayai siapa?"Reno menatap jam dinding yang menunjukan pukul sebelas malam, mereka masih berada dikantor selepas menciduk seseorang yang tengah berbuat asusila dikantornya, dengan tegas mereks memecat karyawan itu Lina korbanya tadinya ia ingin memberikan kopi untuk Doni yang tengah lembur karna banyak pekerjaan namun karna ini malam belum lagi suasana yang sunyi dan ia wanita sendiri membuatn
"Marissa jawab jujur kemana kau pergi?"Marissa menutup matanya mendengar ocehan yang keluar dari mulut Jelin ketika ia kembali ia tak menemukan Marissa dikamar hanya sebuah baju pasin tergeletak sembarangan, Jelin panik ia mengira Marissa diculik atau berakhir seperti Maya, ia menelepon anak serta suaminya menyuruh mencari keberadaan Marissa namun belum ada dua puluh menit Marissa masuk ruanganya dengan santai seolah tak terjadi apapun, padahal ia telah membuat semua orang panik sampai Reno melupakan pekerjaanyaJelin begitu frustasi melihat Marissa yang nekat apalagi tak menjelelaskan alasan kenapa ia pergi, Marissa langsung menuju kamar mandi mengambil baju pasienya membersihkan diri dan sekarang ia nampak seperti pasien kembali, Jelin yang melihat itu hanya bisa menghembuskan nafas kasar, dan mengelus dadanya pelan ia sungguh kelimpungan harus merawat Marissa yang toxic iniNamun anehnya Jelin tak bisa marah, ia tak bisa meledakakan sesuatu yang ingin keluar dari mu
Hari ini adalah hari operasi Marissa berlangsung semua orang hadir menunggu, walau rasanya hanya terpaksa mereka disini agar tak dicap anak durkaha, sudah satu jam lamanya operasi berlangsung namum dokter belum mengabarkan apapun, operasi pengangkatan tumor memang lama memerlukan waktu hampir empat jam atau bisa lebih tergantung seberapa sulit tumor itu diambil dan seberapa pengaruh dan besar badanya, namun jika mengingat Marissa telah mengalami tumor yang cukup lama prosesi operasinya pasti berjalan lama jugaSemua orang siap menghitung detik melihat wajah cemas Jelin jelas terlihat bahwa ia sangat menyayangi Marisssa mereka hanya menunggu dan jika selesai akan cepat kembali waktunya akan terbuang sia-sia hanya karna menunggu operasi orang yang tak penting, ketidak sukaan Doni pada Marissa memuncak ketika ia disuruh menunggu disini meski ini Jelin yang menyuruh namun tetap penyebabnya adalah MarissaPadahal ini adalah hari penting ia akan mulai mendekati Lina hari ini
Operasi berjalan semestinya memerlukan waktu yang sangat lama namun dengan syukur semuanya berhasil dan tumor itu telah diangkat, Jelin bisa bernafas lega setelah lima jam menunggu membuatnya pucat karna terlalu cemas dan khawatir, ia meminum minuman yang dibeli Reno lalu lekas melihat keadaan Jelin selepas operasi, obatnya masih beraksi mungkin beberapa menit Marissa akan sadarJelin menatap wajah itu wajah damai karna satu penyakitnya telah sembuh, dan mungkin perlahan jika Marissa rajin berobat dan melakukan konsultasi penyakit mental itu benar-benar hilang, obat yang ia minum pasti akan berkurang kadar lambat laun berjalan, Jelin menunggu hal itu ia berjanji akan membawa Marissa mengelilingi dunia jika Marissa telah benar-benar sembuh dari penyakitnya.Dengan begiti dosa Jelin akan terampuni dan ia takkkan terbayang-bayang masa kelam yang menyedihkan, Anton benar saat itu umur mereka masih belia namun nekat menikah mungkin itu juga yang melandasi ketidakmulusan dal
Pesta yang ramai gemerlap lampu mewah menghiasi atas rumahnya, banyak tamu Vip datang beberapa dari mereka adalah seorang pembisnis dan profesor besar ini adalah acara seorang dokter ternama yang mengikuti praktek gelap, dan bisnis penuh tipu daya dan wanita semua hadir mengenakan pakaian semahal mungkin, berlomba-lomba memamerkan kekayaanya dan bergaya sok tamu kerajaanDari sekian banyak yang hadir hanya dua orang ini menjadi sorotan bukan karna baju mewahnya atau dandanan cantiknya melainkan, gaya pakaianya yang kelewat norak dan tidak cocok, wanitanya memakai kemeja yang dibalut celana jeans ketat, semakin kental karna ia memakai kacamata dan jas ala wanita kantoran sedangkan lelakinya memakai kaos oblong dipadukan jaket kulit dan celana jeans gaya anak abg semua orang memperhatikan saling berbisik dan sibuk mengomentariMereka tak suka maka dari itu mereka memangil tuan rumah untuk mengusir dua orang yang sepertinya salah tujuan tersebut, namun bukanya pergi
"Marissa kau benar-benar membuatku khawatir"wanita yang dicari Marissa datang tepat setelah Marissa pulang dari rumah sakit ia bahkan mendatangi kantornya langsung membuat Marissa terkejut dan tak percaya, mereka berbicara hingga melupakan tugasnya sebagai staff baru, ia menatap wanita itu, wanita berambut panjang hitam legam yang ia sebut saudara"maafkan aku Vely, aku tak tau harus kemana namun aku hampir sembuh sekarang"Marissa memeluk tubuh wanita yang ia sebut Vely tersebut, melepas kerinduan yang tak terkira pagi ini adalah pagi terbaik dalam hidupnya"baiklah hari ini aku akan mengajakmu kerumah baruku kau tinggalah kesana, bersamaku dan Glen"Vely tersenyum manis senyum yang begitu Marissa rindukan bukanya lebay meski beberapa minggu saja tak bertemu namun Vely adalah jiwa Marissa ia takkan bisa tenang jika Vely tak disisinya wanita itu berperan besar dalam kehidupanya, meski sekarang posisinya telah tergantikan oleh Jelin namun Vely tetap yang pertama"a
"Bell, apa kau masih perawan?"Reno memandang Bella yang sedari tadi sibuk menggodanya, Reno termasuk lelaki peka, ia tahu apa saja gerak-gerik seorang wanita yang menyukainya, Reno sama sekali tak terpikat melihat bibir dengan lipstik merah itu, memandang tubuh Bella yang bak gitar spanyol sengaja ia lengak-lengokkan agar terlihat semakin menarik dan pakaian ketat itu masih membuatnya jijik, ribuan kali Bella mengodanya tetap Reno masih belum goyah hatinya masih teruntuk Maya, ia tak ingin membuat kesalahan besar hanya karna nafsu birahinya saja."seperti yang bapak tau saya pernah menjadi pelacur dan pemuas nafsu om saya, wajar jika bapak memandang saya jijik, namun bagaimanapun saya sebagai wanita masih memilki hati meski tidak memiliki harga diri"Bella tersenyum tulus guratan kesedihan terpampang diwajahnya, ia tahu Reno sangat membencinya, ketahuilah ia tak berniat mengoda meski tak munafik sedikit dandan dan gerakan tubuhnya mengkode untuk dilihat, namun selebihnya dari
Mey menggigit jarinya menatap malam dari luar jendela ia takut Roy belum pulang padahal ini telah lewat jam dua pagi, ia bukan takut Roy hilang atau takut sendiri melainkan mengingat kejadian itu dimalam yang pedih itu ternyata menyisakan trauma yang tak pernah ia alami seumur hidup, rasa bersalahnya ternyata tumbuh tepat ketika ia pindah dirumah ini, rumah yang sangat mewah namun hanya berisi dua orang sajaJika malam-malam dilain hari ia masih bisa tidur karna Roy berada didekatnya namun melihat Roy belum pulang itu membuatnya takut, siapa orang yang akan menenangkanya ketika seperti ini jam-jam ini adalah waktunya selalu sekelebat memori datang dan darah mengucur dari tangan itu, Mey ingin menghilangkanya namun tak bisa memori itu bukan darinya namun kiriman seseorang yang masih dendam padanya"aku tak bisa terus begini memori itu datang menghantui, Roy... dimana kau, aku butuh dirimu"Mey menahan kepalanya yang ingin pecah, ia tetap kekeuh akan pergi menjemput Roy,