"Bell, apa kau masih perawan?"Reno memandang Bella yang sedari tadi sibuk menggodanya, Reno termasuk lelaki peka, ia tahu apa saja gerak-gerik seorang wanita yang menyukainya, Reno sama sekali tak terpikat melihat bibir dengan lipstik merah itu, memandang tubuh Bella yang bak gitar spanyol sengaja ia lengak-lengokkan agar terlihat semakin menarik dan pakaian ketat itu masih membuatnya jijik, ribuan kali Bella mengodanya tetap Reno masih belum goyah hatinya masih teruntuk Maya, ia tak ingin membuat kesalahan besar hanya karna nafsu birahinya saja.
"seperti yang bapak tau saya pernah menjadi pelacur dan pemuas nafsu om saya, wajar jika bapak memandang saya jijik, namun bagaimanapun saya sebagai wanita masih memilki hati meski tidak memiliki harga diri"Bella tersenyum tulus guratan kesedihan terpampang diwajahnya, ia tahu Reno sangat membencinya, ketahuilah ia tak berniat mengoda meski tak munafik sedikit dandan dan gerakan tubuhnya mengkode untuk dilihat, namun selebihnya dari
Mey menggigit jarinya menatap malam dari luar jendela ia takut Roy belum pulang padahal ini telah lewat jam dua pagi, ia bukan takut Roy hilang atau takut sendiri melainkan mengingat kejadian itu dimalam yang pedih itu ternyata menyisakan trauma yang tak pernah ia alami seumur hidup, rasa bersalahnya ternyata tumbuh tepat ketika ia pindah dirumah ini, rumah yang sangat mewah namun hanya berisi dua orang sajaJika malam-malam dilain hari ia masih bisa tidur karna Roy berada didekatnya namun melihat Roy belum pulang itu membuatnya takut, siapa orang yang akan menenangkanya ketika seperti ini jam-jam ini adalah waktunya selalu sekelebat memori datang dan darah mengucur dari tangan itu, Mey ingin menghilangkanya namun tak bisa memori itu bukan darinya namun kiriman seseorang yang masih dendam padanya"aku tak bisa terus begini memori itu datang menghantui, Roy... dimana kau, aku butuh dirimu"Mey menahan kepalanya yang ingin pecah, ia tetap kekeuh akan pergi menjemput Roy,
Malam tiba tepat pukul tujuh malam, tempat yang biasanya menjadi kesan hangat dan penuh candaan kini orang-orangnya telah pergi menyisakan Marissa yang makan sendiri dan dirumah sendiri, ia merasa sepi karna biasanya jam seperti ini adalah jam-jam yang paling ia suka bisa memandangi wajah Reno dan merasakan hangatnya sebuah keluarga, yah meski ia tak pernah dianggap walaupun telah dimasukkan kartu keluarga bahkan dibuatkan surat kelahiran palsu, itu semua Jelin yang minta dan Anton wajib menuruti tak ada yang membantah karna mereka tau keputusan Jelin telah mutlak maka tak bisa ia ganggu gugat.Marissa didapur sendiri membuat makananya sendiri sambil bersenandung menyanyikan lagu kegemaranya, ia pulang lebih awal karna tugasnya telah selesai Doni pun telah pulang hanya kembali untuk berganti baju dan pergi lagi, tak ada niatan untuk menyapanya membuat Marissa kesal namun berusaha tenang, ini hanya sementara mungkin lama-lama mereka akan menerimanya dengan tulus bukan sebagai
Malam yang sejuk ditemani bintang-bintang yang dipandang dari luar, Reno tak bisa tidur pikiranya mengelana menatap wajah Marissa telah membuatnya teringat Maya, hal yang telah lama ia hilangkan namun kembali hanya karna makan bersama, apalagi melihat tatapan itu serta cara bicaranya yang mirip, Reno masih belum melupakan, Reno tak bisa menikahi orang lain perasaan ini masih membelengunya ia tak bisa menyakiti Bella kelak, tak bisa melampiaskan traumanya pada Bella nantiToh benar ia tak pernah mencintai Bella, Reno ingin menyembuhkan traumanya dulu entah itu dari Dian maupun Maya, saat pikiran Reno kacau melamunkan hal yang tak pasti Marissa datang dengan berani tanpa permisi masuk kekamarnya hanya mengenakan lingire tipis duduk disamping Reno yang juga menatap bintang dari luar jendela, ia memperhatikan wajah Reno yang masih tak menyadari kehadiranya,"bagaimana jika aku menjadi Maya, apakah aku bisa mendapatkanmu"Reno menoleh kesamping menatap Marissa yang ter
Malam ini telah lewati jam dua belas malam namun Doni masih menahan Lina untuk tak masuk rumahnya, satu jam yang lalu mereka menyelesaikan kencanya sangat lama karna mereka bintang direstauran itu, menjadi bahan pertunjukan dan berakhir dengan kegagalan namun mereka berdua senang bisa menikmatinya meski tak dengan cara yang romantis dan mewah, senyuman dan tawa Lina saat menjadi bintang masih terngiang dibenaknya, membuat jantung Doni terus berpacu dengan cepatSedari tadi mereka hanya diam memandangi jalanan komplek yang sepi dengan lampu yang remah redup tanpa ada niatan untuk berbicara, Doni memberanikan dirinya, untuk mnyatakan cintanya malam ini padahal ia telah mempersiapkanya sejak dua hari yang lalu sesuai saran Reno, namun saat ini Doni seperti bukan versinya ia sangat gugup dalam menyatakan cinta jantungnya terus berpacu menambah salah tingkahnya"Lina"Doni menarik nafas menyebut nama itu dengan lembut, Lina yang terdiam pun kini menatapnya bertanya, wajah it
Malam yang sepi ditemani rembulan, Serra menatap malam ini dengan kehampaan, matanya basah setelah sekian lama ia tak menangis ini adalah pertama kalinya ia mengeluarkan hal yang menjadi laranganya, Serra tak bisa bertahan bukan karna dirinya yang dijatuhkan namun melihat anaknya mencintai orang yang telah membuatnya hampir mati, Serra benci namun lemah bagaimana cara menghadapinya, Abel begitu keukeuh mencintai ayahnya hingga tak ada celah membuatnya sadarMembuat Serra semakin jatuh dalam kebingungan, hadirnya Abel meski hanya satu hari telah merubahnya tak ada lagi kebencian yang dipendam belasan tahun, bahkan dendam itu lenyap hanya mendengar ucapan Abel yang membuatnya teduh, tumbuh jadi gadis pelacur pun tak membuat hidupnya mati inilah kenapa Serra begitu menyayangi sosok Abel, selain kuat ia begitu paham soal dirinya meski terkadang Abel seperti remaja lainya yang belum matang tahu tentang kehidupanDendam yang dulu diingatpun sering-sering lenyap ketika Abel s
Serra terbangun menatap ruangan yang gelap yang remang, lampu sangat redup namum menyala ia menetralkan matanya yang buram, lalu memegang kepalanya yang ingin pecah itu masih lebih baik daripada sejam yang lalu saat ia gila minum, saat Serra berbalik ia terkejut menatap lelaki yang menemaninya minum tadi, Serra menjernikan pengelihatanya matanya tak salah itu lelaki cupu yang menemani ia minum, seketika itu Serra tersadar dan lekas duduk bangun dari tidurnya menatap dirinya yang hanya memakai selimut tanpa dalamanMembuatnya melotot lalu memeriksa tubuhnya, bejat lelaki ini makainya saat ia tak sadar, Serra menatap lelaki itu yang sangat pulas dalam tidurnya, nafasnya begitu hangat saat Serra mendekatkan wajahnya pada lelaki itu, sangat tampan ia adalah lelaki yang paling tampan yang pernah Serra temui, Serra bangun lalu duduk diatas perut lelaki itu, Serra begitu terksesima melihat abs yang menunjol bersama urat-urat ototnya yang jantan dan sexyEntah mengapa Se
Sarapan yang canggung dipagi hari, mereka makan tanpa nafsu beberapa kali saling adu pandang hingga akhirnya debat dengan pikiran, Doni telah lama berangkat kerja sepagi itu, alasanya hanya dua malas bertemu dengan Marissa dan ingin cepat-cepat menemui Lina kekasihnya, mereka masih merencanakan pernikahan dan dalam status pacaran namun mereka sepakat akan tunangan dua hari lagi, waktu yang sangat cepat untuk urusan pasangan baru.Marissa selepas kejadian itu rasanya canggung, terkadang senang dan takut menyelimuti ketika didekat Reno maka dari itu pagi ini Marissa ingin mengamati apakah Reno benar-benar sakit atau tidak ia takut Reno hanya berpura-pura melihat reaksinya pada Doni yang biasa seperti bukan orang sakit, membuatnya curiga, jangan-jangan Reno menjebaknya Marissa tau Reno sungguh membencinya."kenapa kau duduk terlalu jauh May, kesinilah kau bicara bahwa tak akan pergi dariku"Reno menepuk kursi disebelahnya sedari tadi ia heran mengapa Maya duduk terlalu jau
Malam yang ditunggu-tunggu sesuai yang dibicarakan lelaki itu benar-benar mengirimi Jelin kotak make up lengkap beserta gaun berwarna hitam yang sangat pas dengan seleranya, tak terlalu kuno dan tak terlalu modis cocok untuknya yang telah tua namun berwajah muda, Jelin menyambut malam ini dengan senang hati sejenak melupakan masalahnya entah mengapa ia senang hari ini, lelaki itu entah mengapa selalu terbayang dibenak Jelin membuatnya tersenyum walau hanya mengingatnya sekilasJelin memandang tubuhnya dicermin tersenyum penuh pujian, ia benar-brnar secantik itu masih tak menyangka ia bisa make up serapi ini mungkin karna mood juga mempengaruhinya, jika kalian tanya dimana Jelin tinggal sekarang?, ada dibarcelona tepatnya rumah Mey dan Roy, Roy memang sengaja pura-pura baik didepan Jelin agar ia tak curiga toh hanya dua orang Roy tak mempermasalahkanya namun apapun itu ia berharap Jelin cepat pergi dari sini."kau secantik ini akan kemana?"Anton datang mengagetkan Jelin