Beranda / Romansa / Malam yang panas / Bab 34 - Bayang-Bayang Masa Lalu

Share

Bab 34 - Bayang-Bayang Masa Lalu

Penulis: Purple
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-22 18:00:14

Langit pagi itu mendung, menyelimuti Jakarta dengan hawa lembab yang pekat. Nadia menatap ke luar jendela apartemennya, secangkir teh hangat di tangan, mencoba mengusir perasaan campur aduk yang menumpuk sejak pertemuan terakhirnya dengan Reza.

Ia tahu cinta itu belum padam. Tapi ia juga tahu, luka yang ditinggalkan Reza—terutama karena kebohongan dan pengkhianatan kecil yang tumbuh besar karena diam—belum sembuh. Di dalam dirinya, ada bagian yang ingin memeluk Reza dan memulai dari awal. Tapi ada bagian lain yang masih bersitegang, takut, dan menolak dikhianati lagi.

Genggaman Nadia menguat di cangkir teh. Ia tak sadar, air matanya menetes pelan.

Lalu ponselnya berbunyi.

Sebuah pesan masuk, dari nomor tak dikenal:

> “Kamu tak tahu siapa sebenarnya Reza. Dan kamu berhak tahu. Buka lampiran ini.”

Jantung Nadia berdebar. Tangannya gemetar saat membuka lampiran yang berupa foto-foto—sebuah potongan kontrak kerja lama, e-ma
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Malam yang panas   Bab 33 - Luka yang Tak Terucap

    Hujan turun deras membasahi langit Jakarta malam itu. Di balik kaca jendela, Reza berdiri diam, memandangi kelap-kelip lampu kota yang kabur tertutup tetesan air. Suara hujan yang menampar kaca seolah menjadi latar dari kegelisahan yang sejak siang menggelayuti pikirannya.Percakapan dengan Nadia semalam masih menghantuinya.Ia bisa merasakan bahwa Nadia sudah membuka sedikit pintu hatinya. Tapi Reza tahu—satu langkah salah, dan pintu itu akan tertutup rapat selamanya.Dan kini, bayang-bayang Clara kembali mengusik. Ia mendengar dari seorang rekan kerja bahwa Clara telah kembali mendekati dunia lama mereka—menghubungi orang-orang yang dulu menjadi bagian dari skandal yang ingin ia kubur dalam-dalam. Reza mencemaskan Nadia. Bukan karena ia tak percaya perempuan itu, tapi karena ia tahu seberapa jauh Clara bisa melangkah demi ambisinya.Telepon berdering. Reza menoleh cepat.“Nadia?”Bukan.“Raka,” ujar suara di ujung sana

  • Malam yang panas   Bab 34 - Bayang-Bayang Masa Lalu

    Langit pagi itu mendung, menyelimuti Jakarta dengan hawa lembab yang pekat. Nadia menatap ke luar jendela apartemennya, secangkir teh hangat di tangan, mencoba mengusir perasaan campur aduk yang menumpuk sejak pertemuan terakhirnya dengan Reza.Ia tahu cinta itu belum padam. Tapi ia juga tahu, luka yang ditinggalkan Reza—terutama karena kebohongan dan pengkhianatan kecil yang tumbuh besar karena diam—belum sembuh. Di dalam dirinya, ada bagian yang ingin memeluk Reza dan memulai dari awal. Tapi ada bagian lain yang masih bersitegang, takut, dan menolak dikhianati lagi.Genggaman Nadia menguat di cangkir teh. Ia tak sadar, air matanya menetes pelan.Lalu ponselnya berbunyi.Sebuah pesan masuk, dari nomor tak dikenal:> “Kamu tak tahu siapa sebenarnya Reza. Dan kamu berhak tahu. Buka lampiran ini.”Jantung Nadia berdebar. Tangannya gemetar saat membuka lampiran yang berupa foto-foto—sebuah potongan kontrak kerja lama, e-ma

  • Malam yang panas   Bab 31 - Luka yang Masih Basah

    Matahari pagi menembus celah tirai kamar hotel, mengguratkan bayangan hangat di wajah Nadia. Ia membuka mata perlahan, menemukan dirinya masih dalam pelukan Reza. Nafas pria itu teratur, damai, seolah malam tadi telah membawa kedamaian setelah sekian lama. Tapi benaknya justru bergemuruh. Pikirannya tak berhenti memutar ulang segala yang terjadi semalam—bukan hanya pelukan dan ciuman yang hangat, tapi kata-kata yang menyayat, pengakuan Reza tentang rasa bersalah dan rindunya, dan keberanian Nadia untuk kembali percaya, meski hatinya belum pulih sepenuhnya. Ia menatap wajah Reza yang tertidur. Garis rahangnya yang kokoh, alis yang sedikit berkerut meski dalam tidur, serta bibir yang semalam mengecupnya penuh kehati-hatian. Reza adalah badai, sekaligus pelabuhan. Dan Nadia masih berada di tengah pusaran itu, belum tahu harus memilih sisi mana. Perlahan ia bangkit dari tempat tidur, mengenakan kemejanya sendiri, lalu berjalan ke balkon. Udar

  • Malam yang panas   Bab 32 - Pilihan yang Tertunda

    Langit Jakarta masih gelap ketika Nadia membuka jendela kamarnya. Embun pagi mengambang di udara, membawa kesejukan yang kontras dengan hatinya yang panas. Map cokelat berisi tulisan tangan Reza tergeletak di atas meja, terbuka sebagian, seolah menantangnya untuk membaca ulang.Tapi Nadia tak ingin membacanya lagi. Ia sudah tahu isinya. Ia sudah menyerap semua luka, ketakutan, dan penyesalan yang dituangkan Reza di sana. Dan sekarang, keputusan ada di tangannya.Namun yang sulit dari cinta bukanlah perasaannya. Melainkan keberanian untuk memaafkan.Ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari nomor yang tak asing.> “Kamu sudah baca suratku? Aku tak minta kamu jawab sekarang. Tapi aku di tempat biasa kalau kamu ingin bicara.”—RezaNadia menatap pesan itu lama. Tempat biasa—sebuah kafe kecil di belakang taman kota, tempat mereka dulu pertama kali bertemu kembali setelah lima tahun berpisah.Dengan jantung berdebar, i

  • Malam yang panas   Bab 30 - Malam yang Penuh Kejujuran

    Udara malam menyusup masuk dari celah jendela yang dibiarkan terbuka, membawa hawa dingin yang kontras dengan panasnya suasana di dalam kamar. Nadia duduk di pinggir ranjang, kedua tangannya menggenggam erat gelas berisi cokelat hangat yang tak lagi mengepul. Matanya tak lepas dari sosok Reza yang berdiri di dekat rak buku, seolah mencari sesuatu untuk dikatakan, padahal ia tahu kata-kata bukanlah solusi malam ini."Kenapa kamu diam saja?" tanya Nadia lirih, suaranya pecah oleh ragu. "Kamu yang minta aku datang, Reza."Reza menoleh pelan, menatap wajah yang tak pernah benar-benar bisa ia lupakan. Ada luka di sana, luka yang ia buat, yang belum pernah ia jahit dengan benar. Ia menarik napas panjang, menahan banyak hal yang mendesak keluar dari dadanya."Aku rindu," jawabnya akhirnya. Satu kata yang sederhana, namun terasa berat. "Dan aku sadar… selama ini aku terlalu banyak berlari dari apa yang seharusnya aku perjuangkan."Nadia menunduk. Kata itu

  • Malam yang panas   Bab 29 - Bayang-Bayang yang Mengintai

    Hutan lebat menyambut langkah mereka saat fajar mulai merayap dari balik pegunungan. Langkah kaki Reza dan Nadia terbenam dalam tanah basah, sementara kabut menari di antara batang pohon pinus yang menjulang tinggi. Di belakang mereka, suara kendaraan di kejauhan perlahan menghilang—tanda bahwa pengejaran belum sepenuhnya berhenti.Mereka belum tidur semalaman."Sedikit lagi, Nad," ujar Reza, menggenggam tangan Nadia yang mulai dingin. "Ada pondok pemburu di peta, kita bisa istirahat sebentar di sana."Nadia hanya mengangguk, lelahnya tak bisa disembunyikan. Namun matanya tetap menatap Reza penuh keyakinan. Lelaki itu bukan sekadar kekasih—ia adalah satu-satunya alasan Nadia bertahan di dunia yang terus mengejar dan menghukum mereka atas masa lalu.**Pondok kayu itu sederhana. Dindingnya dari papan tua, atapnya miring dan berlumut. Tapi setidaknya kering dan tersembunyi. Saat mereka masuk, bau tanah dan kayu tua menyambut, namun terasa h

  • Malam yang panas   Bab 28 - Pelarian yang Tak Pernah Usai

    Langit masih muram ketika mobil tua yang mereka tumpangi melintasi jalanan berbatu, meninggalkan desa kecil yang selama ini menjadi tempat persembunyian. Angin dingin menyusup melalui celah jendela, membuat Nadia merapatkan jaket dan bersandar di bahu Reza. Di kursi depan, Rahmat menyetir dengan tenang, sesekali menatap cermin tengah.“Masih belum ada tanda-tanda mereka mengejar,” katanya pelan.“Tapi kita tidak bisa santai,” jawab Reza. “Kita harus tetap bergerak sampai aku yakin semuanya aman.”Nadia memejamkan mata, mencoba menenangkan diri. Tapi pikirannya tak bisa berhenti berputar—apakah mereka akan terus seperti ini? Melarikan diri, bersembunyi, dan hidup dalam ketakutan? Hatinya menjerit, tapi ia tahu tak ada pilihan lain.Perjalanan menuju wilayah barat laut memakan waktu belasan jam. Mereka melewati hutan-hutan sunyi, kota-kota kecil yang asing, dan perkampungan yang seolah terputus dari dunia luar. Di salah satu kota kecil bernama Tirta

  • Malam yang panas   Bab 27 - Diantara Luka dan Harapan

    Matahari pagi menyelinap masuk lewat celah tirai kayu, membentuk bayangan hangat di dinding rumah mungil mereka. Di atas ranjang sederhana itu, Nadia perlahan membuka matanya. Pandangannya masih kabur, tapi aroma kopi yang mengepul dari dapur kecil cukup membuat hatinya tenang.“Sudah bangun?” suara Reza terdengar dari kejauhan.Nadia tak menjawab. Ia hanya memandangi langit-langit, membiarkan pikirannya tenggelam dalam diam. Luka di pundaknya memang mulai mengering, tapi luka di hati dan benaknya masih menolak untuk benar-benar sembuh.Reza masuk ke kamar dengan secangkir kopi di tangan. Ia duduk di pinggir ranjang, meletakkan cangkir itu di meja kecil sebelum membelai rambut Nadia yang mulai tumbuh kembali sejak potongan drastisnya waktu penyamaran.“Kopi,” ujarnya pelan. “Nggak pahit. Aku campur madu.”Nadia menoleh, tersenyum tipis. “Kamu selalu tahu caranya membuatku bangun.”“Tentu. Kau hanya butuh tiga hal: kopi, belaian,

  • Malam yang panas   Bab 26 - Di Ambang Bahaya

    Hening menyelimuti kamar apartemen itu. Meski malam telah merayap, tidak ada satu pun dari mereka yang bisa memejamkan mata. Nadia duduk di ujung tempat tidur, matanya tertuju pada layar ponsel yang penuh dengan pemberitahuan dari media sosial, pesan dari akun anonim, dan ancaman samar.Reza memandanginya dari balik meja kerja, mengenakan kaus abu-abu yang kusut, rambutnya acak-acakan, dan matanya sembab karena kelelahan. Di tangannya, segelas kopi sudah dingin sejak sejam lalu.“Kalau kita terus di sini, mereka akan menemukan kita,” kata Reza akhirnya, suaranya pelan tapi mantap.Nadia mengangkat wajah. “Lalu ke mana? Kita sudah berpindah empat tempat dalam dua minggu. Aku lelah, Za. Tapi aku juga takut.”Reza bangkit, menghampirinya, lalu duduk di sampingnya. Ia menggenggam tangan Nadia dengan erat, seperti seorang lelaki yang menggantungkan sisa kekuatannya pada satu-satunya hal yang ia percaya.“Aku janji, ini tidak akan sia-sia. Kita

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status