Perkenalan antara Dinda dan pemuda tampan yang berprofesi sebagai dokter pun dilaksanaakan, secara resmi pria yang mengenakan kemeja batik itu, meminang Dinda, dan keluarga Dinda pun menerima dengan rasa bahagia, dan penuh kebanggaan.
Rania hanya mengelengkan kepalanya, ia sungguh tak menyangka jika adik iparnya itu bisa bermuka dua, baru kemarin malam menghabiskan malam dengan seorang pria dan saat ini menerima pinangan dari pria lain.“Sungguh menjijikan,” gerutu pelan Rania.Kedua keluarga menentukan tanggal pertunangan, dan disepakati satu minggu lagi pertunangan akan di adakan. Lalu kedua keluarga melanjutkan makan malam.“Saya sangat senang menjalin silaturahmi dengan kelurga Bu Larasati,” ucap bariton pria dengan tubuh tegapnya.”Saya satu–satunya kakak Bastian, jadi semua urusan pernikahan ini saya yang akan bertangung jawab, kedua orang tua kami telah meninggal,” lanjutnya lagi dengan nada sopan.“Lalu istri Pak Fathan, tidak ikut?”“Istri saya telah meninggal satu tahun yang lalu,” jawab Pria yang bernama Fathan.Mendengar penuturan pria yang berusia 40 tahun itu Rania, langsung menatapnya.Jadi Pak Fathan ini seorang duda, batin Rania“Pak Fathan, mudah-mudahn silaturahmi menyatukan kedua keluarga ini berjalan lancar,” balas Larasati.“Aku harap, Dinda dan Bastian, bisa cocok dalam menjalani rumah tangga kelak, walaupun pernikahan ini lewat perjodohan,” sela Faiz.Semuanya pun tersenyum mengamiinkan kecuali Rania, ia berharap pernikahan Dinda dan Bastian tidak pernah terjadi.Sekitar tiga jam acara telah usai. Fathan dan Bastian, memohon pamit, kedua pria tampan itu menaiki mobil alpard, lalu melajukan kendaraannya keluar halaman rumah Larasati.Tawa bahagia langsung terdengar, Larasati dan Dinda saling berpelukan erat.“Kamu beruntung Dinda, yang melamarmu bukan sembarang orang, Bastian itu seorang dokter, dan kakaknya Pak Fathan, dia juga seorang dokter, dan direktur rumah sakit.“Bagus Dinda, sebentar lagi kamu akan menjdi istri seorang dokter, Kakak bangga denganmu,” ucap Faiz, sambil mengusap rambut adik kesayangannya.“Terima kasih Kak Faiz,” sahut Dinda.Faiz dan Dinda memasuki rumah, sementara Rania masih berdiri di samping mertuanya yang terlihat bahagia.“Bu, uang dua puluh juta, aku ingin sekarang, berikan padaku,” bisik Rania“Ck..” decak kesal Larasati terdengar sambil menatap sinis Rania.”Ayo ke kamar aku sudah siapkan uangnya,” ajak Larasati.Rania berjalan di belakang ibu mertunya, lalu kedunya memasuki kamar. Larasati membuka lemari dan mengambil amplop cokelat yang berisi uang 20 juta.“Ingat, jangan mengugat cerai sebelum acara pernikahan Dinda dan Bastian!” perintah Larasati sambil menyodorkan amplop.“Iya Bu, aku pasti akan tepati janji, tidak akan mengugat cerai Mas Faiz.”“Oh ya, satu lagi, seminggu lagi acara pertunangan Dinda, seperti biasa semua menu makanan kamu yang masak, minta beberapa orang untuk membantumu, aku ingin ada beberapa menu untuk tamu undangan sekitar 200 tamu.”“Aku harus menghitungnya terlebih dahulu untuk tamu 200 orang, dan beberapa menu, saya akan berikan ibu daftar harganya secepatnya.”“Maksudmu?”“Maksud Rania, ibu harus membayarnya, anggap saja ibu merupakan pelangan pertama catering Rania, jadi aku beri potongan 10 persen, bagaimana? Tapi jika ibu keberatan silahkan cari catering lain,” ujar Rania dengan santai.“Ran, kamu hitungan-hitungan dengan ibu mertuamu ini!” bentak Larasati.“Maaf Bu, aku harus melakukan ini untuk biaya hidupku, ketika menjadi janda, aku harus persiapkan mulai sekarang ‘kan?” tukas Rania.Perdebatan mereka di dengar oleh Faiz, pintu kamar dibuka kasar.”Ada apa ini.”“Faiz, istrimu ini meminta bayaran, untuk memasak menu acara tunangan Dinda nanti.”Faiz menatap tajam Rania.”Apa benar Ran!”“Benar Mas, aku butuh uang untuk status ku yang baru, apa aku salah meminta bayaran dari hasil kerja kerasku, aku menawarkan ibu, memesan catering dariku, kalau kalian tidak mau, silahkan cari catering lain,” jawab Rania, sambil berdiri dan melangkah pergi.“Baiklah, aku setuju, semua biaya catering untuk acara pertunangan, aku yang handle, ibu tidak usah khawatir,” sahut Faiz.“Baik Mas, aku buatkan daftar harganya.” Rania berucap sambil pergi keluar rumah.Darimana Rania, mendapat keberanian seperti itu, dulu ia selalu menurut, perkataanmu dan perkataan ibu, tapi dalam waktu sekejab, sikapnya berubah,” gerutu Larasati.“Iya Kak Faiz, lama-lama Dinda benci dengan Kak Rania, lebih baik Kak Faiz segera bercerai,” tukas Dinda .“Tidak semudah itu bercerai di kalangan pegawai pemerintah, reputasiku bisa hancur, apa lagi sebentar lagi ada kenaikan jabatan, kemungkinan bisa gagal promosi naik jabatanku, jika Rania, mengugat cerai,” jelas Faiz.“Iya, apalagi sekarang kamu akan menikah dengan keluarga terhormat, dimana perceraian dalam pernikahan adalah sutu hal yang tidak dapat ditolereransi,” sela Larasati.Ketiganya berdecak kesal, memikirkan perubahan sikap Rania.***Pagi menyapa Rania sudah terlihat rapi, dengan dres sederhana dan rambut yang ditata rapi, ia meraih tas dan melangkah keluar kamar, baru saja selangkah meninggalkan kamarnya panggilan seseorang membuatnya menghentikan langkah dan berbalik ke arah suara.“Mah!”“Ada apa Safa?”“Mah, seragamku kok belum di setrika, ini ‘kan mau Safa pakai,” keluh Safa dengan bibir cemberut.“Kamu bisa ‘kan setrika sendiri, atau Papahmu suruh bayar ART, atau minta tolong Tante Kinan. Mulai dari sekarang kamu harus biasakan dirimu tanpa Mamah, kerana setelah bercerai, Mamah akan pergi dari sini, dan aku yakin, kamu akan lebih memilih ikut Papahmu,” jawab Rania ketus, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju luar rumah, terdengar decak kesal Safa.Rania berjalan menghampiri ojek online, lalu motor matic bergegas melaju ke suatu tempat. Motor pun berhenti di sebuah kantor pengacara, Rania berjalan mendekati pintu dan membunyikan bel, kantor yang sekaligus dijadikan tempat tinggal.Pintu terbuka, senyum kecil seorang wanita menyambut kedatangan Rania, lalu mereka berpelukan.“Masuk Ran, apa kabar setelah tamat dari SMA. Aku sempat kehilangan jejakmu, dan tiba-tiba kamu menghubungi aku lewat media sosial.”“Maaf, aku menghubungi kerena aku membutuhkanmu, ““Apa yang bisa aku bantu.”“Dalam waktu dekat ini, aku ingin mengungat cerai suamiku, tapi aku juga ingin menghancurkan karirnya, sebagai hukuman atas perselingkuhan yang ia lakukan.”“Kemungkinan bisa Ran, jika kamu bisa membuktikan perselingkuhan suamimu, dan jika bisa bukti KDRT juga, ini akan sangat memperkuat untuk menjatuhkan reputasinya, biasanya kasus seperti suamimu akan sulit mendapatkan promosi kenaikan jabatan,” jelas seorang wanita yang berprofesi pengacara.“Rania tersenyum, aku pasti akan berusaha mencari bukti itu.”“Bagus Ran, kamu harus kuat, aku akan membantumu.”Rania berpamitan pada teman sewaktu di SMA, lalu ia memesan ojek online, sebuah motor menghampirinya.“Bu Rania, sapaan dari pengendara motor.”Rania menatap pemuda di depannya yang berprofesi ojol. ”Kamu siapa?”“Oh Bu Rania lupa, dua tahun lalu menolong adik saya, waktu mengalami tabrak lari,” jelas pemuda itu.Raniapun berusaha mengingatnya. ”Oh...kamu yang dulu pemulung bersama adikmu itu ‘kan .”“Iya Bu, saya masih ingat kebaikan Bu Rania, yang membiayai pengobatan adik saya.”“Jadi sekarang kamu menjadi ojol.”Pemuda itupun mengangguk. ”Kebetualan jika begitu, aku ingin kamu membantuku.”Rania mengajak pemuda itu di suatu tempat, lalu berbincang dengan serius.“Kirimkan aku fotonya, buntuti mereka, biasanya mereka bertemu di sore hari sampai malam, lebih bagus jika kamu mendapati pria dan wanita ini, bersama di jam kerja!” Rania memperlihatkan foto Faiz dan Kinan.“Oke Bu, akan saya laksanakan.”“Aku, akan membayarku untuk jasa ini.”“Baik Bu.”Rania tersenyum puas, perlahan tapi pasti keinginannya membuat Faiz dan keluarganya hancur akan terwujud.Rania berjalan menyusuri lorong jalan, ia mencari sebuah alamat, akhirnya bernapas lega ketika tempat yang dicarinya ada di depannya.’Butik Kinan’ tertampang tulisan yang besar dan elegan di depan pintu, dengan menghembuskan napas pelan, Rania berjalan memasuki pintu kaca, seorang karyawan menyapanya dengan sangat sopan.Rania tersenyum, lalu berjalan ke arah baju-baju yang gantung rapi, lalu memilih asal baju, dan menuju ruang pas, tapi Rania tidak mencoba baju yang dipilihnya melainkan meletakan sebuah kotak, yang tutupnya dibuka sedikit.Setelah itu keluar dari ruang pas.“Bagaimana Kak, apakah cocok?” tanya karyawan.“Maaf, gaun ini kurang pas di badan saya,” balas Rania.Rania lalu berjalan keluar pintu, tepat di depan pintu keluar ia berpapasan dengan Kinan.“Kinan..” sapa sinis Rania.“Rania, apa yang kamu lakukan disini, jangan harap kamu bisa membeli gaun di butikku ini,” balas Kinan.“Aku memang tidak bermaksud membeli baju di butikmu. Aku hanya ingin melihat bagaimana bi
“Aku sudah tak tahan dengan sikap Rania yang selalu memberontak Bu, aku ingin sekali memenuhi keinginannya untuk bercerai,” tegas Faiz pada sang ibu, yang saat itu berkujung ke rumahnya.“Memangnya apa yang Rania lakukan?” Larasati menatap ke arah putra sulungnya dengan dahi mengerut.“Rania, membuat onar di butik Kinan, ia menaruh kecoa di butiknya, ibu bisa bayangkan bagaimana pengunjung butik pada berlarian keluar, dan yang lebih parahnya, sudah viral di media sosial, itu berdampak buruk bagi butik,” jelas Faiz, dengan menunjukkan raut muka kesal.“Kurang ajar sekali Rania, Ibu juga kesal mendengar hal itu, tapi kita harus bisa menahannya, sampai Dinda dan Bastian menikah, kita harus terlihat seperti keluarga harmonis di depan keluarga Bastian, mereka benar–benar keluarga terpandang dan terhormat.”Tanpa sepengetahuan Faiz dan Larasati, perkataan ibu dan anak itu di dengar oleh Rania, yang sedari tadi sudah berada di teras depan, sengaja mendengarkan pembicaraan mereka.“Seandaiany
Acara pertunangan Dinda dan Bastian, berlangsung, tenda warna putih dan unggu sudah terpasang rapi di sepanjang jalan depan rumah Larasati, menu sajian untuk para tamu pun sudah di tata rapi, Rania berdiri di salah satu sudut rumah, mengawasi para paramusaji yang siap melayani para tamu. Terlihat Dinda mengenakan kebaya modern, gadis itu tampak semringah ketika para tamu memuji kecantikannya.“Wah, tak sia-sia kecantikanmu bisa memikat seorang Dokter, hidupmu bakalan terjamin, menjadi istri seorang dokter,” seloroh seorang ibu.“Iya, Bu Larasati juga beruntung berbesan dengan keluarga terpandang, rumah tangga Faiz dan Rania, juga harmonis, lengkap sudah ya Bu kebahagiannya,” timpal yang lainnya.“Iya, senang dan bangga pada kedua anakku, mereka bisa mengangkat derajat orang tua,” sahut Larasati dengan binar kebahagiaan.Mendengar hal itu Rania hanya mendengus pelan, hingga panggilan ibu mertuanya membuatnya melangkah me
Rania semakin meradang, tapi ia memilih tetap diam, biarlah adik iparnya itu semakin banyak membuat kesalahan hingga tiba waktunya nanti semua kesalahan–kesalahannya terbongkar di saat yang tepat. Rania diam-diam mengambil gambar kebersamaan Dinda dengan pacar gelapnya. Acara pertunangan telah usai, Rania masih bungkam akan kebusukan keluarga sang suami dan adik iparnya. Hari menjelang malam, Rania masih sibuk mencari tempat yang akan digunakan untuk tempat tinggalnya dan sekaligus usahanya dengan uang dari hasil menjual rumah peninggalan orang tuanya, wanita berparas cantik alami itu berdiri di depan ruko, letak ruko dua lantai itu sangat strategis, berada di kawasan padat penduduk, di sekitaran ruko juga terdapat perkantoran dan gedung apartemen, ini sangat cocok untuk usaha kuliner yang akan dijalankan oleh Rania. “Bu Rania,” suara bariton seorang pria membuyarkan lamunan Rania. Seketika wanita itu menoleh ke arah suara. “Dokter Fathan.” “Bu Rania sedang apa disini?” “Saya se
“Mamah.”“Ini masih jam sekolah ‘kan kenapa kamu keluyuran di mall,” sarkas Rania“Safa tadi terlambat sekolah Mah, daripada Safa kena sanksi lebih baik Safa bolos.”“Itu bukan jawaban yang benar Safa, lebih baik kamu diberi sanksi atas keterlambatanmu, daripada kamu menutupi kesalahanmu dengan kesalahan lainnya,” gertak Ranai, begitu marah dengan Safa.“Itu salah Mamah, kenapa sekarang tidak perduli lagi pada Safa dan Papah. Mamah sering kali tidak berada di rumah,” balas Safa tersulut emosi.“Ranai menarik napas pelan, tanganya mengepal, seakan ingin rasanya menampar Safa yang semakin hari semakin brutal.“Pintar sekali kamu ngomong, kalau kamu ada di posisi Mamah, kamu baru menyadari. Dan kamu tahu persis apa yang sedang terjadi antara Mamah dan Papah. Seharusnya kamu mulai berfikr dewasa, sekarang pulang ke rumah.” Rania menarik tangan Safa, gadis itu sempat berontak.“Safa lebih baik kamu turuti perkataan Mamahmu,“ ucap Nayla, yang merupakan keponakan Kinan.“Tidak Mah, bicaraka
“Darimana Pak Fathan tahu, jika suamiku berselingkuh?”“Aku pria dewasa, sejak melihat Pak Faiz dan Kinan makan di kafe kemarin, aku sudah bisa menangkap, maaf jika berasumsi terlalu jauh.”“Dokter juga tahu nama wanita itu juga.”“Ya...aku tahu Kinanti, ia istri mendiang sahabatku Dokter Bima,” balas Fathan datar.Rania menoleh ke arah Fathan, dahinya mengerut. ”Tapi kenapa Dokter tidak menyapanya?”“Aku tidak mengenal Kinan, aku hanya tahu wanita itu mendiang istri sahabatku, Bima belum sempat memperkenalkan Kinan padaku, Tuhan berkehendak lain, ia meninggal.” Fathan menjeda ucapannya, lalu menoleh ke arah Rania. “Dan aku tidak menyangka, belum ada satu tahun, Kinan sudah mendapatkan pengganti Bima,” suara Fathan terdengar sinis.Jadi Kinan menjanda karena suaminya meninggal, setahuku ia bercerai dari suaminya, Rania membantin, tampa
Kembali di restoran mewah, tempat keluarga Larasati berkumpul, mereka masih menikmati menu restoran dengan sangat bahagia. Tiba-tiba ada sosok yang mendekat ke arah meja. Senyum mengembang di wajah kharismatiknya dengan rambut yang ditata rapi.“Selamat malam Bu Larasati,” sapa pria itu.“Selamat malam Pak Fathan.”Wanita baya serta yang lainnya terkejut, tiba-tiba saja Dokter Fathan ada dihadapan mereka.“Kebetulan sekali Dokter Fathan kita bertemu disini, silahkan bergabung dengan kami,” ajak Faiz dengan ragu.“Oh terima kasih.” Fathan pun duduk bergabung di salah satu kursi yang kosong, matanya mengedar seakan mencari seseorang.“Aku tidak melihat Bu Rania disini?” tanya dokter itu dan membuat semua orang gelagapan, terutama Larasati.“Isrti saya sedang tidak enak badan, jadi tidak ikut makan malam,” sahut Faiz.“Oh sayang sekali.“ Fathan ter
Sementara itu di sebuah apartemen Kinan, sedang merenung, mengingat perkataan Dokter Fathan, yang ternyata calon kakak ipar Dinda. Kinan menyalahkan dirinya kenapa ia terlambat mengetahuinya, terlalu terlena dengan Faiz, hingga waktu datang di acara pertunangan Dinda, ia melewatkan hal penting yaitu berkenalan dengan keluarga tunangan Dinda.“Sialan, apa tadi Mas Faiz mencerna perkataan Dokter Fathan, jika aku menjanda bukanlah bercerai, tapi suamiku meninggal dunia,” gumam Kinan sambil jarinya mengetuk-ngetuk meja, berpikir alasan apa jika nanti Faiz mempertanyakan kebohongan tentang mendiang suaminya.Kinan mengingat kejadian dimana mendiang suaminya meninggal saat kecelakaan saat itu dibawa ke rumah sakirt terdekat, ada beberapa dokter yang menanganinya, tapi wajah Dokter Fathan tak diingat Kinan, mereka memakai masker, dan hanya satu dokter yang mengajaknya berbicara.Dokter Fathan, bilang ia sahabat dari Mas Bima, tapi