Mandiri Setelah Bercerai

Mandiri Setelah Bercerai

Oleh:  Endah Tanty  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
67Bab
8.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Rania wanita menikahi Faiz di kala usianya baru menginjak sembilan belas tahun, dan saat itu Faiz berusia 23 tahun, tepat di hari ulang pernikahan yang yang ke tujuh belas, Rania yang saat itu berusia 36 tahun, melihat kenyataan pahit, Faiz sang suami mengkhianatinya, bahkan sang suami berniat menikahi siri dengan wanita yang bernama Kinan, seorang janda seusia sama dengan Rania, tapi Kinan wanita yang maju dan mandiri sebuah butik dan salon, berhasil ia miliki. Berbanding terbalik dengan Rania, wanita itu sangat sederhana dan apa adanya, kesehariannya hanya mengurus suami dan putrinya, pengabdian Rania untuk pernikahannya serasa sia-sia, karena sang suami menduakannya, bahkan putrinya yang bernama Safa juga menutupi kebusukan sang ayahnya. Ditambah lagi keluarga suaminya justru memojokannya. Dorongan dari keluarga Faiz untuk menerima pernikahan kedua Faiz dan Kinan membuat Rania marah, dan bertekad tetap akan mengajukan gugatan cerai, dan mengungkap perselingkuhan Faiz, yang akan berakibat buruk bagi karir Faiz sebagai pegawai pemerintah.

Lihat lebih banyak
Mandiri Setelah Bercerai Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
67 Bab
BAB 1: Penampilan Biasa
Rania tersenyum kecil, ketika menatap sebuah kotak merah kecil sudah bisa di duga jika isi kotak itu adalah perhiasan, karena penasaran Rania membuka kotak itu, sebuah cicin emas, di tengahnya ada mata kecil, terlihat berkilau, seperti berlian. “Apakah ini untukku, sebagai hadiah anniversary yang ketujuh belas,” gumam Rania dengan mata berbinar. Satu bulan lagi tepatnya, di tanggal 1 Januari adalah ulang tahun pernikahannya, dan pasti suami Rania memberikan kado yang teristimewa untuknya. Rania menyimpannya kembali di bawah tumpukan kemeja suaminya, tempat dimana ia tak sengaja menemukan kotak perhiasan itu. “Mah!” panggil seorang gadis, lalu terdengar langkah menuju kamar. “Iya sayang ada apa?” “Sore ini Safa, akan pergi Mah, nanti pulangnya bareng Papah,“ ucap gadis yang berusia enam belas tahun itu, dengan pakaian modisnya. “Iya, hati-hati,” balas Rania sambil mengulurkan tangan, dan Safa pun mencium tangan mamahnya dengan takzim, Safa melangkah meninggalkan rumah minimalis
Baca selengkapnya
BAB 2: Kejutan Annyversary Sweet Seventeen
Sejenak Rania terdiam, berpikir dan kemudian meletakan ponsel Safa, tiba-tiba terdengar langkah kaki, seseorang menaiki tangga, Rania segera masuk ke kamarnya, dan sejenak berada di belakang pintu, lalu ia mendengar Safa tengah berbicara di ponsel. “Hallo, alamatnya di Green Kafe jalan Pahlawan ‘kan?” “Oke, otw kesana.” Begitulah yang di dengar Rania, Safa balik ke rumah karena menyadari ponselnya ketinggalan. Rania begitu penasaran dengan perkataan Safa, merasa janggal tentang chat suaminya, dan telepon dari Nayla untuk Safa putrinya. “Apa mereka akan memberikan kejutan ulang tahun pernikahanku, seperti yang banyak terjadi, tapi mengapa belum ada chat atau telepon dari Mas Faiz, ada apa sih sebenarnya, gumam Rania, sambil mondar-mandir di dalam kamarnya. Rania teringat dengan cicin yang ada ditumpukan baju suaminya, lalu ia berjalan ke arah lemari, membukanya dan mencari kotak itu, tapi tak didapatinya kotak kecil merah yang berisi cicin. Menit berlalu, Rania sudah kehilanga
Baca selengkapnya
BAB 3: Kesepakatan Dengan Sang Mertua
“Oh jadi Mas Faiz perduli pada reputasi, kenapa berani bermain api, apa karena selama ini aku menjadi istri penurut. Pengabdianku, mendampingimu dari titik nol, hingga sekarang kamu menjadi pegawai dengan jabatan tinggi di instansi pemerintah membuatmu khilaf, melupakan wanita yang pertama kamu ajak merangkak dengan segala duka ini,” ucap Rania, air mata luruh seketika.“Ran, maafkan aku, tapi aku tak berniat menceraikanmu atau menyingkirkanmu, dari hidupku, cukup kamu restui pernikahanku dengan Kinan, semua fasilitas dan uang nafkah batin dan lahir tidak akan berkurang sedikitpun, aku janji padamu,” suara Faiz terdengar memohon.Rania tak bergeming, ia terisak menangis sambil menutup wajahnya.“Kamu dengar ‘kan Ran, kedudukanmu di masyarakat tetap sama, istri dari Faiz.” Sela Larasati dengan pelan.”Safa juga bisa hidup tenang tanpa di ganggu dengan perceraian orang tuanya,” tambahnya lagi.Rania sudah kehabisan kata-kata, dadanya sesak, ketika orang di sekelilingnya justru tidak b
Baca selengkapnya
BAB 4: Rencana Untuk Menghancurkan Keluarga Suami
Perkenalan antara Dinda dan pemuda tampan yang berprofesi sebagai dokter pun dilaksanaakan, secara resmi pria yang mengenakan kemeja batik itu, meminang Dinda, dan keluarga Dinda pun menerima dengan rasa bahagia, dan penuh kebanggaan.Rania hanya mengelengkan kepalanya, ia sungguh tak menyangka jika adik iparnya itu bisa bermuka dua, baru kemarin malam menghabiskan malam dengan seorang pria dan saat ini menerima pinangan dari pria lain.“Sungguh menjijikan,” gerutu pelan Rania.Kedua keluarga menentukan tanggal pertunangan, dan disepakati satu minggu lagi pertunangan akan di adakan. Lalu kedua keluarga melanjutkan makan malam.“Saya sangat senang menjalin silaturahmi dengan kelurga Bu Larasati,” ucap bariton pria dengan tubuh tegapnya.”Saya satu–satunya kakak Bastian, jadi semua urusan pernikahan ini saya yang akan bertangung jawab, kedua orang tua kami telah meninggal,” lanjutnya lagi dengan nada sopan.“Lalu istri Pak Fathan, tidak ikut?”“Istri saya telah meninggal satu tahun yang
Baca selengkapnya
BAB 5: Menebar Teror
Rania berjalan menyusuri lorong jalan, ia mencari sebuah alamat, akhirnya bernapas lega ketika tempat yang dicarinya ada di depannya.’Butik Kinan’ tertampang tulisan yang besar dan elegan di depan pintu, dengan menghembuskan napas pelan, Rania berjalan memasuki pintu kaca, seorang karyawan menyapanya dengan sangat sopan.Rania tersenyum, lalu berjalan ke arah baju-baju yang gantung rapi, lalu memilih asal baju, dan menuju ruang pas, tapi Rania tidak mencoba baju yang dipilihnya melainkan meletakan sebuah kotak, yang tutupnya dibuka sedikit.Setelah itu keluar dari ruang pas.“Bagaimana Kak, apakah cocok?” tanya karyawan.“Maaf, gaun ini kurang pas di badan saya,” balas Rania.Rania lalu berjalan keluar pintu, tepat di depan pintu keluar ia berpapasan dengan Kinan.“Kinan..” sapa sinis Rania.“Rania, apa yang kamu lakukan disini, jangan harap kamu bisa membeli gaun di butikku ini,” balas Kinan.“Aku memang tidak bermaksud membeli baju di butikmu. Aku hanya ingin melihat bagaimana bi
Baca selengkapnya
BAB 6: Sakitnya Melihat Buah Hati Memuja Pelakor
“Aku sudah tak tahan dengan sikap Rania yang selalu memberontak Bu, aku ingin sekali memenuhi keinginannya untuk bercerai,” tegas Faiz pada sang ibu, yang saat itu berkujung ke rumahnya.“Memangnya apa yang Rania lakukan?” Larasati menatap ke arah putra sulungnya dengan dahi mengerut.“Rania, membuat onar di butik Kinan, ia menaruh kecoa di butiknya, ibu bisa bayangkan bagaimana pengunjung butik pada berlarian keluar, dan yang lebih parahnya, sudah viral di media sosial, itu berdampak buruk bagi butik,” jelas Faiz, dengan menunjukkan raut muka kesal.“Kurang ajar sekali Rania, Ibu juga kesal mendengar hal itu, tapi kita harus bisa menahannya, sampai Dinda dan Bastian menikah, kita harus terlihat seperti keluarga harmonis di depan keluarga Bastian, mereka benar–benar keluarga terpandang dan terhormat.”Tanpa sepengetahuan Faiz dan Larasati, perkataan ibu dan anak itu di dengar oleh Rania, yang sedari tadi sudah berada di teras depan, sengaja mendengarkan pembicaraan mereka.“Seandaiany
Baca selengkapnya
BAB 7: Acara Pertunangan Yang Menjengkelkan
Acara pertunangan Dinda dan Bastian, berlangsung, tenda warna putih dan unggu sudah terpasang rapi di sepanjang jalan depan rumah Larasati, menu sajian untuk para tamu pun sudah di tata rapi, Rania berdiri di salah satu sudut rumah, mengawasi para paramusaji yang siap melayani para tamu. Terlihat Dinda mengenakan kebaya modern, gadis itu tampak semringah ketika para tamu memuji kecantikannya.“Wah, tak sia-sia kecantikanmu bisa memikat seorang Dokter, hidupmu bakalan terjamin, menjadi istri seorang dokter,” seloroh seorang ibu.“Iya, Bu Larasati juga beruntung berbesan dengan keluarga terpandang, rumah tangga Faiz dan Rania, juga harmonis, lengkap sudah ya Bu kebahagiannya,” timpal yang lainnya.“Iya, senang dan bangga pada kedua anakku, mereka bisa mengangkat derajat orang tua,” sahut Larasati dengan binar kebahagiaan.Mendengar hal itu Rania hanya mendengus pelan, hingga panggilan ibu mertuanya membuatnya melangkah me
Baca selengkapnya
BAB 8: Mulai Bergerak
Rania semakin meradang, tapi ia memilih tetap diam, biarlah adik iparnya itu semakin banyak membuat kesalahan hingga tiba waktunya nanti semua kesalahan–kesalahannya terbongkar di saat yang tepat. Rania diam-diam mengambil gambar kebersamaan Dinda dengan pacar gelapnya. Acara pertunangan telah usai, Rania masih bungkam akan kebusukan keluarga sang suami dan adik iparnya. Hari menjelang malam, Rania masih sibuk mencari tempat yang akan digunakan untuk tempat tinggalnya dan sekaligus usahanya dengan uang dari hasil menjual rumah peninggalan orang tuanya, wanita berparas cantik alami itu berdiri di depan ruko, letak ruko dua lantai itu sangat strategis, berada di kawasan padat penduduk, di sekitaran ruko juga terdapat perkantoran dan gedung apartemen, ini sangat cocok untuk usaha kuliner yang akan dijalankan oleh Rania. “Bu Rania,” suara bariton seorang pria membuyarkan lamunan Rania. Seketika wanita itu menoleh ke arah suara. “Dokter Fathan.” “Bu Rania sedang apa disini?” “Saya se
Baca selengkapnya
BAB 9: Mengkhawatirkan Safa
“Mamah.”“Ini masih jam sekolah ‘kan kenapa kamu keluyuran di mall,” sarkas Rania“Safa tadi terlambat sekolah Mah, daripada Safa kena sanksi lebih baik Safa bolos.”“Itu bukan jawaban yang benar Safa, lebih baik kamu diberi sanksi atas keterlambatanmu, daripada kamu menutupi kesalahanmu dengan kesalahan lainnya,” gertak Ranai, begitu marah dengan Safa.“Itu salah Mamah, kenapa sekarang tidak perduli lagi pada Safa dan Papah. Mamah sering kali tidak berada di rumah,” balas Safa tersulut emosi.“Ranai menarik napas pelan, tanganya mengepal, seakan ingin rasanya menampar Safa yang semakin hari semakin brutal.“Pintar sekali kamu ngomong, kalau kamu ada di posisi Mamah, kamu baru menyadari. Dan kamu tahu persis apa yang sedang terjadi antara Mamah dan Papah. Seharusnya kamu mulai berfikr dewasa, sekarang pulang ke rumah.” Rania menarik tangan Safa, gadis itu sempat berontak.“Safa lebih baik kamu turuti perkataan Mamahmu,“ ucap Nayla, yang merupakan keponakan Kinan.“Tidak Mah, bicaraka
Baca selengkapnya
BAB 10: Mulai Mengancam
“Darimana Pak Fathan tahu, jika suamiku berselingkuh?”“Aku pria dewasa, sejak melihat Pak Faiz dan Kinan makan di kafe kemarin, aku sudah bisa menangkap, maaf jika berasumsi terlalu jauh.”“Dokter juga tahu nama wanita itu juga.”“Ya...aku tahu Kinanti, ia istri mendiang sahabatku Dokter Bima,” balas Fathan datar.Rania menoleh ke arah Fathan, dahinya mengerut. ”Tapi kenapa Dokter tidak menyapanya?”“Aku tidak mengenal Kinan, aku hanya tahu wanita itu mendiang istri sahabatku,  Bima belum sempat memperkenalkan Kinan padaku, Tuhan berkehendak lain, ia meninggal.” Fathan menjeda ucapannya, lalu menoleh ke arah Rania. “Dan aku tidak menyangka, belum ada satu tahun, Kinan sudah mendapatkan pengganti Bima,” suara Fathan terdengar sinis.Jadi Kinan menjanda karena suaminya meninggal, setahuku ia bercerai dari suaminya, Rania membantin, tampa
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status