Dinda menahan amarahnya, ia menyimpan flash disk dalam tas slempangnya, dengan menaiki montor, ia melajukan motor matic dengan kecepatan tinggi menuju kantor polisi.“Pak..saya ingin melaporkan Kinanti, ia yang memerintahkan Rafa untuk mencuri mobil, saya juga curiga, dia yang meracuni Rafa,” lapor Dinda dengan sangat emosi.“Kasus Rafa sudah ditutup dan dinyatakan kasus bunuh diri,” jawab polisi“Saya belum punya bukti, jika Kinan pelaku pembunuhan, yang saya miliki adalah rekaman suara dan video, ini Pak, saya mohon selidiki lagi kasus suami saya, aku tidak mau Rafa tewas sia-sia,” Dinda menyerahkan flash diks pada polisi.Setelah melihat isi flash disk, polisi pun bertindak, mulai meminta keterangan dari Dinda, setelah itu beberapa polisi meluncur menuju kediaman Kinan.Setelah itu Dinda menelepon Rania, ia sudah tak sabar memberi berita yang mengejutkan itu.“Hallo Kak Rania,“ sapa Di
Sidang keputusan kejahatan Kinan diadakan, selama tiga jam lebih ruang persidangan begitu memanas, Kinan berulang kali menyangkal, tapi bukti sudah cukup membuktikan dirinya bersalah, kesaksian Fahri dan juga keterlibatan Joko yang akhirnya mengakui kejahatan perencanaan kecelakaan Bimantara sampai tewas.Akhirnya Kinan di vonis 30 tahun penjara atas dua kejahatan pelenyapan dua orang korban, sementara Joko, di vonis 5 tahun penjara, karena membantu Kinan.Kinan terlihat kacau, dan histeris, meratapi nasibnya. Faiz terlihat terpukul, ia berencana mengugat cerai Kinan.Sebelum Kinan dibawa ke rumah tahanan, Faiz menemui Kinan.“Kinan, aku akan menggugat cerai, aku tidak bisa menerima kejahatanmu dan pengkhianatanmu,” ucap Faiz, bernada sinis.“Sudah kuduga, kamu pasti akan menceraikan diriku, tapi ingat, Mas, Nayla masih tanggung jawabmu, setelah ia menjalani masa tahanan, kamu harus mengurusnya dengan baik, aku juga akan memberikan salon dan butik pada Nayla, biar dia yang menguruska
“Kamu sudah gila ya Mang! Harafa sudah meninggalkan dua tahun yang lalu ” pekik Fathan dengan nada serius.“Itu ‘kan, saya dikira gila, makanya Pak Fathan secepatnya ke villa,” balas Asep.“Baiklah, aku akan kesana sekarang.” Akhirnya Fathan penasaran dengan ucapan Asep. Dokter yang masih mengenakn kemeja rapi itu berjalan menghampiri Rania, yang sedang fitting gaun waran putih, Rania terlihat sangat cantik.“Pak Fahan , bagaimana?” tanya Rania.“Cantik, pilihanmu tepat Ran,”“Terima kasih Pak Fathan.”“Ran, aku ada urusan mendadak, bagaimana jika kamu pulang naik taksi,“ pinta Fathan.“Oh, aku tak keberatan Pak, silahkan Pak Fathan menyelesaikan urusan dulu,” balas Rania.Fathan tersenyum ke arah Rania. ”Aku pergi dulu,” pamit Fathan lalu melangkah lebar keluar dari butik.Sepanjang perjalanan menuju villa, Fathan begitu penasaran.Hampir satu jam perjalanan, hari sudah gelap, Fathan sampai di villa kecilnya, biasanya Mang Asep, pulang sore, pria berusia 50 tahun itu hanya berjaga p
“Jangan berisik, apa kamu sudah gila berbicara sendiri!’bentak napi wanita bertubuh gemuk, membentak Kinan.Kinan hanya berdecih kesal, ingin rasanya ia melarikan diri dari penjara itu.ini semua gara-gara Rania, ia harus membayarnya, jangan kira hidupmu akan tenang setelah berhasil, mengungkap kejahatanku Rania, batin Kinan telapak tanganya mengengam seakan meluapkan emosinya.***Hari minggu Pagi, Rania terlihat berbinar, setelah fiting gaun pengantin, tak henti-hentinya ia selalu mengulas senyum didepan cermin, membayangkan betapa bahagianya jika bersanding dengan seorang dokter.Senyumnya memudar, ketika dering ponselnya berbunyi, lalu ia segera meraih ponsel, nama Fathan terlihat dilayar ponsel.“Assalamualaikum Pak Fathan,”sapa Rania.“Waalaikum salam Ran, aku akan menjemputmu satu jam lagi, bersiap-siaplah,”suruh Fathan“Baik Pak,”sahut Rania.Kejutan apa lagi yang akan kamu berikan Pak Fathan? tanya Rania dalam hatinya, senyum kecil menghiasi bibirnya yang merah muda alami
Mobil sedan hitam Fathan memasuki area hotel berbintang, satu buah kamar vvip telah dipesannya, Rania berjalan mengikuti Fathan, naik lift sampai dilantai sepuluh, lalu berjalan ke sebuah kamar berpintu besar.Pintu kamar dibuka, keduanya masuk. sebuah kamar yang besar dengan bed ukuran king size, bersperti putih bersih, jendela menghadap ke view pegunungan, menambah sejuk suasana.“Ran , kita makan siang dulu, kamu ingin ke resto atau dikamar saja,”tawar Fathan.“Kita ke resto saja, sambil jalan –jalan menikmati pemandangan,”jawab Rania.“Basok pagi, kita jalan-jalan berwisata, sekalian mengunjugi restoran barumu.”“Iya , aku sudah menghubungi Bu Fatma, kebetulan ia juga ada di Bogor, besok kita janjian, ketemu di restoran, “jawab RaniaFathan dan Rania berjalan –jalan disekitar hotel, keduanya saling bergandengan tangan, seperti layaknya pengantin baru, Fathan sesekali menatap Rania, dalam hatinya ia sedih, karena dirinya menyembunyikan rahasia tentang kembalinya Harafa, tapi apa
Rania dan Fathan terbawa dalam situasi romantis, apalagi diatas rop top hanya ada mereka berdua, setelah menyantap makan malam keduanya meminum wine merah.“Aku baru pertama kali merasakan minuman ini, bagaimana jika aku mabuk pak Fathan?”“Aku yang mengurusmu, aku sudah menjadi suamimu ‘kan, kenapa kamu risaukan itu,”balas Fathan mengulum senyum.Benar saja, baru beberapa teguk, Rania sudah setengah sadar, ia meracau tak karuan.Jalannya pun sempoyongan, terpaksa Fathan, membopongnya sampai kamar. Tepat didepan kamarnya, Fathan terkejut melihat Faiz sudah berkaca pingkang didepan kamar dan begitu melihat Rania dibopong Fathan, tatapannya berubah tajam.“Fathan, lepaskan Rania, kamu sengaja ya membuatnya mabuk supaya bisa melecehkannya!”gertak Faiz.“Pak Faiz, itu bukan urusan Anda, silahkan pergi dari sini, jangan halangi aku!”usir Fathan.“Aku tidak akan pergi sebelum kamu meninggalkan Rania, dikamarnya.”“Ck...naif sekali sih kamu,”sarkas Fathan geram.Disaat itu ada seorang room b
Rania menyisir rambut basahnya, sambil menatap cermin, dua malam ini sungguh menjadi moment bahagia bagi hidupnya, menjadi seorang istri dari seorang pria yang sangat mencintainya, ia merasakan, jika Fathan sangat mencintai dirinya.Sebuah pelukan hangat mendarat di punggung Rania, terlihat dari pantulan cermin, Fathan tersenyum, lalu mengecup pipi Rania.“Aku bahagia Ran, sangat bahagia, akhirnya setelah dua tahun, aku menemukan wanita yang baik dan cantik sepertimu,” bisik Fathan.“Pak Fathan, bolehkah aku memberitahukan tentang pernikahan kita pada Safa?”pinta Rania.“Jika kamu menganggap itu perlu, katakanlah pada Safa.”“Kita sudah menikah, otomatis kita akan lebih dekat ‘kan, aku tidak ingin Safa berpikiran buruk tentang kita,” timpal Rania, sembari membalikan tubuhnya menghadap Fathan, dan menatapnya sambil memegang telapak tangan suaminya itu.“Kamu benar, Safa, sudah besar, ia pasti paham, dan aku tidak ingin Safa berpikiran buruk tentang kita.” Akhirnya Fathan mengizinkan R
“Mah...setelah Safa berpikir, Safa lebih mendukung Mamah rujuk lagi dengan Papah. dua hari kemarin bersama Papah, aku kasihan dengan Papah, ia selalu murung, apalagi ketika melihat Mamah bersama Pak Fathan, Papah bilang, jika tidak bersama Mamah, papah akan bunuh diri, Safa takut Mah...”Safa terlihat menahan tangis.“Jangan percaya dengan ancaman Papahmu,itu hanya ancaman untuk menarik simpatimu, supaya kamu mendukungnya, apa kamu tidak ingat bagaimana merayumu, supaya mendukung hubungan gelapnya bersama Tante Kinan dulu,”timpal Rania kesal.“Bagaimana, jika papah tahu Mamah telah menikah?”“Safa, untuk sementara ini, tolong kamu jaga rahasia ini, mamah memberitahukan padamu, supaya kamu tidak berpikiran buruk tentang Mamah dan Pak Fathan.”Safa hanya mengangguk, tapi batinnya sangat mengkhawatirkan orang tuanya.Sementara itu Fathan, sudah berada dikantor pengacara, ia duduk di kursi, dimana berhadapan dengan sang pengacara.“Pak Fadil, aku ingin memberikan tunjangan pada Harafa,