Share

Gugup ~

Author: Na_Vya
last update Huling Na-update: 2023-01-12 11:19:39

"Hai ..."

Almira langsung memeluk temannya yang merupakan pemilik butik tersebut begitu masuk ke dalam. "Apa kabar?" tanyanya kemudian.

Temannya yang seorang wanita jadi-jadian itu terkekeh sambil menjawil hidung mancung Almira. "Kabar gue baik, Cyin. Hih ... tambah cakep deh, lu. Aduuhh ... jadi pengen punya hidung kayak punya lu ini. Gue udah empat kali operasi masih begini-begini aja bentuknya. Kezel deh!" cerocos teman Almira yang bernama Khanza. Dia memencet hidungnya sendiri berkali-kali dengan terus menggerutu.

Khanza atau bernama asli Kenzo itu adalah sahabat Almira sewaktu sekolah modelling di Paris. Selama ini dia yang merancang baju-baju fashion show untuk Almira, atau bila perempuan itu sedang ada pemotretan.

Almira cuma tertawa sambil menggelengkan kepala. Khanza sejak dulu sudah ketagihan dengan yang namanya operasi plastik. Dia bahkan sudah mempermak seluruh bagian tubuhnya.

"Makanya kalau oplas itu jangan di Dokter abal-abal. Entar kalau jadinya aneh baru tahu rasa lu! Kayak nasib artis Jepang yang hidungnya busuk gara-gara oplasnya gagal." Almira menceramahi Khanza yang bebal dan menakut-nakutinya.

"Ih! Amit-amit! Jangan sampe gue kayak gitu. Dah ah! Ayo sini! Gaun lu udah jadi nih!" Khanza berjengit genit sambil pergi meninggalkan Almira yang tergelak.

Almira mengulum senyum lalu menghampiri Khanza di ruang ganti. Perempuan jadi-jadian itu sedang menyiapkan gaun pesanan Almira yang ternyata sudah jadi.

"Mana?" Almira menelusuri ruangan yang di setiap sisinya terdapat cermin besar.

Hampir di seluruh ruangan ganti itu terdapat banyak sekali gaun pesta berbagai model dan warna.

Khanza mendekat dengan dibantu dua asistennya dia menenteng gaun pesta Almira.

"Nih! Punya lu! Cakep 'kan kayak orangnya," cicitnya seraya menunjukkan gaun pesta yang memang terlihat indah dan mewah.

Mata Almira seketika berbinar. "Gila! Cakep banget ini mah. Di luar ekspektasi gue kali! Gue pikir hasilnya enggak akan sebagus dan semewah ini," ucapnya terkagum-kagum pada hasil mahakarya sang sahabat.

Lantas Almira menyentuh gaun tersebut, memindai secara detail setiap jahitan dan bentuknya yang tidak biasa. Begitu rapi tanpa cela.

"Ini namanya gaun model apa, Zha?" tanyanya lagi tanpa mengalihkan pandangannya pada gaun berwarna merah maroon itu.

"Ini namanya Evening Dress, Beb. Lu liat deh bahannya enggak kaleng-kaleng. Gue sengaja pakek bahan yang mewah dan mahal. Sutra sama bludru," jelas Khanza dengan gayanya yang khas—kemayu.

"Waow! Berapa nih kalau gitu?"

"Sama lu gue kasih murah deh."

"Iya. Murahnya itu berapa. Kan sama punya Mas Sandi juga." Almira mengambil gaun pesta itu dari tangan Khanza. "Gue mau coba, ah!"

"Jadi totalnya itu empat puluh juta, Beb. Udah murah itu. Kalau sama yang lain sih bisa lebih," ujar Khanza sembari membantu Almira mencoba gaun tersebut.

Khanza dan Almira tidak pernah merasa canggung satu sama lain. Meski gender Khanza berbeda dengan dirinya, namun naluri ke-lelakiannya sudah terganti dengan naluri wanita tulen.

Jadi Almira merasa biasa saja jika Khanza membantunya berganti pakaian. Selain sahabat— Khanza juga fashion designer pribadinya.

"Oke. Entar langsung gue transfer duitnya." Almira terlihat sangat cantik dengan gaunnya. Dia berulang kali tersenyum di depan kaca.

"Iya. Santai aja kali. Kayak sama siapa aja." Khanza tersenyum puas dengan hasil desainnya sendiri. Almira selalu cocok memakai baju apa saja.

**

Beberapa jam kemudian Almira pamit dari sana sebab dia juga masih harus pergi ke salon kecantikan untuk melakukan perawatan. Almira sudah bertekad ingin tampil cantik di depan suaminya. Walau hati Sandi masih beku dan tertutup rapat untuknya.

Sementara itu di kantor, Sandi tengah disibukkan dengan para karyawan dan stafnya yang memberikan ucapan selamat. Mereka berbondong-bondong masuk ke ruangan atasannya dengan membawa buket bunga sederhana, disertai doa tulus tentunya.

"Nanti malam saya secara khusus mengundang kalian ke pesta saya di Hotel Shangrila. Kalian bisa datang sama pasangan atau istri dan suami juga boleh. Tidak perlu repot-repot membawa kado atau hadiah. Cukup doakan kami saja supaya langgeng," ucap Sandi menatap bergantian seluruh staf dan karyawannya.

Lelaki itu memang dikenal sangat bersahaja dan baik hati. Sifatnya sangat mengagumkan dan selalu mengundang decak kagum bagi siapa saja yang mengenalnya.

Semua para staf dan karyawan mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Sandi yang telah mengizinkan mereka untuk datang ke pesta. Kemudian mereka semua berpamitan undur diri dari ruangan Sandi.

"Tolong bereskan ini semua. Tata buket bunga-bunga ini dengan rapi di sudut sana." Sandi memerintah asisten pribadinya yang bernama Azka.

Azka mengangguk cepat tanpa membantah.

"Baik, Pak." Pemuda itu dengan cekatan menata satu persatu buket bunga. Menaruhnya di tempat yang diminta atasannya.

**

Sandi keluar dari gedung tinggi miliknya tepat pukul lima sore lantaran Almira sejak tadi menghubunginya tanpa henti. Istrinya itu jelas sekali sudah tidak sabar ingin segera pergi ke Hotel tempatnya mengadakan pesta.

Sekitar empat puluh lima menit Sandi menempuh perjalanan pulang ke rumah. Bila di sore seperti ini jalanan lumayan lengang. Pak Budi selalu melewati jalan pintas yang lumayan dekat.

"Assalamualaikum ...." sapa Sandi sebelum masuk ke rumah mewahnya yang hanya dihuni olehnya bersama Almira.

Almira terlihat tengah menapaki tangga dengan senyum merekah.

"Wa'alaikumsalam ...." Dia lantas menghampiri Sandi kemudian mencium punggung tangan suaminya. "Sore, Mas."

"Sore, Al," sahut Sandi mengulas senyum. "Kamu belum siap-siap?"

"Bentar lagi, Mas. Kamu mandi dulu. Udah aku siapin semua keperluan kamu di kamar. Ayo." Almira mengamit tangan Sandi dengan posesif. Perempuan itu sedikit lebih agresif dari biasanya.

"Ayo." Sandi menerima perlakuan Almira tanpa menolaknya sama sekali.

Dengan begitu dia bisa sedikit mengurangi rasa bersalahnya terhadap Almira.

Sesampainya di kamar, Sandi segera masuk ke kamar mandi sedangkan Almira sibuk mempersiapkan berbagai macam keperluan yang akan dibawanya. Malam ini dia berniat menginap di Hotel untuk menghabiskan waktu bersama Sandi.

Tak berselang lama Sandi keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang melilit sebatas pinggangnya. Badannya yang tegap dan gagah terekspos bebas begitu saja hingga membuat Almira yang berdiri di depannya menelan ludah.

"M-mas udah selesai?" tanyanya yang terdengar gugup. Dia mencoba mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

Walau hampir setiap hari Almira melihat pemandangan indah itu, namun tetap saja sebagai wanita dewasa dan normal, dia selalu berdesir tatkala dada bidang Sandi terpampang menggoda.

"Mana bajunya?" Sandi melewati Almira yang masih memaku di tempatnya. Dia melangkah ke ruang ganti yang berada di kamarnya.

Buru-buru Almira mengenyahkan pikiran-pikiran kotor di otaknya. "Kemeja kamu udah aku gantung di sana, Mas. Sekalian sama celana dan jasnya," ucapnya sedikit berteriak. Almira tidak berniat untuk menyusul masuk.

Lantas, dia pun memutuskan untuk mandi dan segera bersiap karena waktu hampir menunjukkan pukul tujuh malam.

###

bersambung...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Bahagia sesungguhnya~

    —Tuhan itu Maha Adil. Tuhan itu Maha Penyayang—***Setelah melalui serangkaian panjang acara ijab qobul yang dilanjutkan dengan resepsi, kini waktunya untuk semua orang beristirahat. Pernikahan yang digelar cukup sederhana itu dilangsungkan di rumah orang tua Almira. "Aaqil sama Aleena bobok sama suster dulu, ya, malam ini." Mama Rini berkata pada kedua cucunya. Perempuan paruh baya itu juga menganggap Aleena seperti cucunya sendiri. "Kenapa bobok sama Suster, Eyang?" Aleena berceloteh sambil mengunyah. "Iya, Eyang. Kenapa bobok sama suster? Aaqil sama Aleena mau bobok sama Ibu." Aaqil menimpali, melirik sang ibu yang duduk di seberang sofa. "Gak apa-apa 'kan, Bu?" Bocah laki-laki itu lalu berlari menghampiri Almira dan langsung duduk di pangkuan. Almira tentu kebingungan untuk menjawabnya. "Hmm ... Ibu ..." Maniknya melirik Erland yang kebetulan ada di samping papanya. Erland paham dengan situasi sekarang dan langsung tanggap menimpali. "Aaqil sama Aleena kalau mau bobok sama Ib

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Mimpi yang menjadi nyata~

    "Menikah?" Mama Rini nyaris melotot setelah mendengar penuturan Erland barusan. Dia tidak menyangka jika pemuda yang dia kenal sebagai sahabat putrinya itu, ternyata memiliki niat yang sangat baik. Berbeda dengan Mama Rini yang sedikit terkejut, Pak Kusuma justru terlihat tenang dan tak banyak berkomentar. Beliau hanya menghela napas sambil menelisik sepasang manik Erland yang memancarkan ketulusan. Selama ini Pak Kusuma juga diam-diam sudah mengamati sikap dan perilaku sahabat anaknya itu. Kedekatan antara Erland dan Almira memang terlihat sangat tulus. Apalagi, Aaqil yang sepertinya sudah sangat merasa nyaman dengan pemuda sederhana itu. Pak Kusuma cukup salut dengan gaya hidup Erland yang tak pernah menunjukkan siapa dia sebenarnya. Erland tersenyum, lalu mengangguk. "Iya, Tante. Saya harap Tante mau mendukung niat saya ini." "Apa Mira udah tau?" tanya Mama Rini.Erland menggeleng. "Saya belum bicara sama Almira, Tante. Saya memutuskan untuk meminta persetujuan Tante lebih dul

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Bonus chapter-1

    "Ibu ...."Seorang bocah laki-laki yang sangat tampan berlarian ketika baru saja masuk ke dalam rumahnya. Bocah laki-laki berusia empat tahun itu langsung mencari keberadaan sang ibu. Merasa terpanggil, perempuan berpakaian syar'i yang berada di kamarnya itu pun bergegas menemui sang anak. Perempuan yang sejak empat tahun lalu memutuskan untuk berhijrah dan meninggalkan karier cemerlangnya. "Assalamualaikum ...." ucap Almira saat berpapasan dengan putranya. "Wa'alaikumsalam ...." Sang anak menjawab sambil memasang raut tak berdosa serta senyum yang menggemaskan. "Maaf Ibu, Aaqil lupa ucap salam," cicitnya sambil menarik kedua telinganya sendiri. Melihat tingkah lucu anaknya, Almira tentu urung marah. "Kenapa Aaqil lupa terus, ya? Padahal ibu udah sering loh ingetin Aaqil." Tangan Almira meraih tangan kecil putra satu-satunya yang dia beri nama Aaqil Umais, lalu mengajaknya ke dapur. "Aaqil juga gak tau, ibu. Kenapa Aaqil sering lupa. Lain kali, Aaqil gak bakalan lupa, kok .... Se

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Menjadi sosok yang baru~

    Dua bulan berlalu semenjak kejadian mempermalukan Sandi dan Sandra, hidup Almira menjadi lebih tenang. Pasalnya, dia tak lagi harus berpura-pura menjadi istri yang bahagia di hadapan kedua orang tuanya dan mertuanya. Semenjak itu pula, Almira mencoba lebih tegar lagi demi calon buah hati yang sebentar lagi lahir ke dunia. Diperkirakan, Almira akan melahirkan Minggu depan. Segala persiapan pun telah dia lakukan. Namun, ada satu hal yang harus Almira selesaikan terlebih dahulu sebelum dia benar-benar bebas dari pernikahan toxic yang selama bertahun-tahun dia jalani bersama Sandi. Dengan bantuan pengacara, perceraian Almira akhirnya diproses secara kilat. Meskipun dia tengah berbadan dua, Almira tetap meneruskan niatnya tersebut. Dan pada hari ini adalah hari di mana Almira akan melepas statusnya sebagai istri dari Sandi Himawan. Sidang perceraiannya akan dilaksanakan di pengadilan negeri dan akan dihadiri oleh kedua belah pihak. Semuanya akan benar-benar berakhir...tok! tok!"Al, kam

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Dipermalukan!

    Almira membeku di tempatnya, tepat saat sang ibu mertua beranjak dari duduknya untuk menghampiri Sandi dan Sandra yang baru saja hendak memilih tempat duduk. Perempuan itu masih tak percaya jika Mama Laila akan memergoki secara langsung kelakuan anak laki-lakinya. "Sandi!" Mama Laila menyebut nama sang anak dengan nada cukup tinggi. Seketika dia menjadi pusat perhatian para pengunjung di sana. Semua mata tertuju pada ibu mertua Almira itu. "Mama?" Sandi urung menarik kursi, sebab keterkejutannya yang melihat sang ibu sedang berdiri di hadapan. Apalagi cara menatap Mama Laila yang nampak marah. Kenapa tiba-tiba dia bisa bertemu sang ibu di tempat ini? pikir Sandi. Pun sama halnya dengan Sandra, yang terpaku di tempatnya dengan raut pucat pasi. Perut buncitnya dia usap sekilas seraya melirik Sandi yang tak bergeming di sampingnya. Mama Laila maju selangkah, mendekati Sandi. Keberadaan Sandra di sampingnya membuat perempuan paruh baya itu memasang raut sinis. "Apa-apaan ini, Sandi?

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Kepergok!

    "Mira!" Langkah Almira sontak berhenti, saat seseorang memanggil dan menyentuh pundaknya. Dia menoleh ke belakang. "Mama?" Perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik itu tersenyum kepada menantunya. "Tuh, kan ... Mama gak salah orang. Ternyata beneran kamu, Mira." Almira memeluk Mama mertuanya yang terkenal baik dan sayang padanya. "Ya Allah, Ma. Kok, bisa ketemu di sini, sih ...." Mama Laila membalas dengan hangat pelukan Almira. "Namanya juga udah diatur sama yang di atas, ucapnya sambil mengurai pelukan, dan mengusap perut buncit istri anaknya itu. "kamu ke sini sama siapa, Mir? Sama Sandi, ya?" Pertanyaan mama Laila membuat Almira berpikir keras. Apa tidak masalah—jika dia mengatakan bahwa dirinya pergi ke tempat ini bersama Erland? "Hmm ... Mira ke sini sama—" Tiba-tiba ponsel Almira berdering, kemudian dia buru-buru mengambilnya dari tas selempang bawaannya. "bentar, Ma." Mama Laila mengangguk, menunggu Almira menjawab panggilan telepon tersebut. Nama yang tertera di

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status