Zayn bertanya, "Jadi kamu ingin pulang ke hotel tempat kita menginap tadi?"Dalam menghadapi pertanyaannya, aku benar-benar tidak tahu bagaimana menjawabnya.Karena persiapan kehamilan itu pada awalnya merupakan kebohongan baginya.Malam ini, aku tidak berniat melakukan hal semacam itu padanya.Namun, jika aku mengatakan yang sebenarnya sekarang, bukankah Zayn akan membunuhku?Mata Zayn menjadi lebih gelap dan lebih menakutkan.Zayn menarik diri sambil mengamatiku dengan mata gelapnya.Aku takut melihat ekspresinya.Setelah beberapa lama, Zayn berkata dengan dingin, "Melihat sikapmu seperti ini, jadi kamu bohong saat bilang akan mempersiapkan kehamilan?"Saat menanyakan hal itu, sekilas tatapan dingin segera muncul di mata Zayn dan tangan yang melingkari pinggangku tiba-tiba mengencang.Aku begitu takutnya hingga aku cepat-cepat menggelengkan kepala. "Aku tidak bohong padamu, aku hanya lapar."Zayn sedikit tertegun. "Kamu lapar?"Aku mengangguk dengan cepat. "Ya, aku lapar. Kamu juga l
Itu adalah toko yang khusus menjual kerajinan tangan dan komoditas kecil.Produk-produknya tampak indah dan menarik.Ada banyak kekasih muda yang berkeliling di dalam.Saat aku masuk, Zayn mengikutiku dari belakang dan bertanya dengan cuek, "Bukannya kamu bilang lapar dan mau cari makan?""Tidak perlu buru-buru. Keliling dulu," jawabku tanpa menoleh ke belakang.Zayn mendengus. Dia berkata dengan nada suara dingin, "Kamu tidak buru-buru, aku buru-buru! Audrey, kuberi tahu, jangan mengulur waktu. Malam ini ....""Aduh, cukup."Aku tidak tahan lagi sehingga berbalik badan dan memotong perkataan Zayn.Isi pikiran Zayn hanya tentang memproduksi anak.Ada banyak orang di dalam toko. Jika aku tidak memotong perkataan Zayn, mungkin Zayn akan mengumumkan kepada semua orang bahwa kami akan memproduksi anak pada malam ini.Pria ini benar-benar tidak punya rasa malu.Zayn menatapku dengan ekspresi mata dingin. Wajahnya suram.Zayn menyeringai, lalu berujar dengan suara dingin, "Apakah aku terlalu
Aku berkata dengan murung, "Kamu selalu berpikir aku punya niat buruk. Lalu, kenapa kamu membiarkanku berada di sisimu? Mencari masalah?""Apakah kamu tidak tahu? Terkadang, menyiksa seseorang juga adalah sebuah kesenangan."Aku menyeringai sinis di dalam hati.Maksud Zayn, dia memaksaku tetap berada di sisinya untuk menyiksaku.Berbicara dengan pria ini sungguh menyebalkan.Aku menundukkan tatapan dan merapatkan bibir, tidak ingin berbicara lagi.Tiba-tiba, tanganku yang lunglai di sisi tubuh digenggam oleh sebuah tangan yang hangat.Aku mendongakkan tatapan, tetapi hanya melihat punggung Zayn.Zayn menarikku berjalan ke depan. "Jangan bertele-tele. Kalau kamu sakit maag karena kelaparan, jangan salahkan aku."Aku menatap tangan Zayn dengan bengong.Tangan Zayn sangat bagus, bersih, ramping, dan memiliki sendi-sendi yang jelas.Tangan Zayn sepenuhnya membungkus tanganku.Tangan Zayn hangat sekali. Hanya sebentar saja, tanganku yang dingin menjadi hangat.Bagaimanapun, aku memiliki ras
Tangan penjual gemetar.Sup itu tumpah ke badan Zayn.Penjual terkejut. Dia buru-buru menaruh mangkuk dan mengambil tisu untuk membantu Zayn mengelapnya.Penjual terus meminta maaf, "Maaf, maaf, terlalu panas tadi. Tidak sengaja tumpah. Maaf sekali.""Minggir!"Zayn menepis tangan penjual. Dia bergegas mengambil tisu untuk mengelap sup yang tumpah ke badannya.Penjual segera meminta maaf, "Maafkan aku. Aku gratiskan makanan kalian. Maaf sekali.""Pergi sana!"Zayn berteriak tanpa mendongakkan kepala. Auranya sangat mengerikan.Aku buru-buru memberi isyarat mata pada penjual agar dia segera pergi.Penjual pergi dengan sedih.Zayn terus mengelap noda di syal, tampak sangat cemas.Zayn bahkan melepas syal dan mengelap syal dengan hati-hati, seolah-olah syal itu adalah barang berharga miliknya.Akan tetapi, saat aku memberikan syal itu pada Zayn, nada suara Zayn cuek. Jadi, dugaan semacam itu sama sekali tidak mungkin.Aku merapatkan bibir, lalu berkata, "Sudah, jangan lap lagi. Itu bukan
"Tidak apa-apa, itu hanya masalah kecil. Jangan simpan di hati."Aku menghabiskan sup akar teratai, lalu berkata, "Tolong bungkus satu sup akar teratai."Saat aku pergi, penjual enggan menerima bayaran dariku. Aku tetap membayar tiga sup akar teratai itu. Bagaimanapun, usaha kecil juga susah.Begitu kembali ke tempat mobil di parkir, aku melihat Zayn bersandar pada mobil dan melamun.Dulu, Zayn pasti merokok. Hari ini, Zayn sudah beberapa kali ingin merokok, tetapi tidak jadi.Jangan-jangan Zayn ingin berhenti merokok demi persiapan hamil?Perasaan hatiku menjadi kompleks.Aku berjalan ke sana membawa bungkusan makanan."Kenapa tidak duduk di dalam? Di luar dingin."Aku berusaha memasang senyum ketika melihat wajah Zayn yang dingin.Zayn menatapku selama beberapa detik, lalu bertanya dengan cuek, "Sudah selesai makan?""Ya," jawabku sambil mengangguk.Zayn membukakan pintu mobil dan berkata dengan nada datar, "Ayo pergi, sudah lewat tengah malam.""Tunggu!"Aku buru-buru menghentikan Z
Sudah beberapa kali aku hampir membuat Zayn marah. Aku tidak bisa mengelak lagi, baik secara terbuka maupun diam-diam.Jadi, ketika Zayn menanyaiku tentang hotel kali ini, aku tidak lagi menghindar. Aku langsung menyuruh Zayn kembali ke hotel sebelumnya.Bagaimanapun, barang-barang masih di hotel itu. Lebih praktis untuk mandi dan ganti pakaian.Sesampainya di hotel, Zayn menyuruhku pergi mandi.Aku mengambil pakaian ganti dan memasuki kamar mandi dalam diam.Tubuhku diselubungi hawa dingin karena baru pulang dari luar.Aku merasa sangat nyaman dan hangat karena mandi air panas.Setelah mandi, aku memakai piama dan keluar.Begitu pintu kamar mandi dibuka, Zayn langsung menoleh padaku.Zayn memalingkan tatapan setelah melihatku sekilas. Dia pergi mengambil pakaiannya di koper.Suasana tiba-tiba menjadi hening. Kami melakukan persiapan dalam diam. Entah mengapa, ada rasa canggung di dalam hatiku.Zayn sudah berjalan kemari. Aku buru-buru bergeser ke samping agar Zayn bisa masuk.Begitu m
Zayn sangat dekat denganku, hampir bersentuhan dengan punggungku.Begitu berbalik badan, aku meraba dada Zayn dan seperti berada di dalam pelukannya.Aku bergegas menarik tanganku. Aku berbisik, "Zayn, apa kamu sudah tidur?""Ada apa?"Zayn menanyaiku dengan cuek. Aku termangu.Bukankah Zayn mengatakan ingin ... melakukan itu pada malam ini?Apakah Zayn berubah pikiran?"Sudah malam, tidur saja," ucap Zayn dengan suara datar.Aku terbengong.Apa maksud Zayn?Hanya aku sendiri yang meyakinkan diriku dan berpikir tidak-tidak barusan, tetapi Zayn sama sekali tidak berminat?Berpikir demikian, pipiku makin panas.Sungguh menyebalkan.Zayn benar-benar aneh. Saat aku tidak mau, Zayn selalu memaksaku.Sekarang ketika aku sudah menerimanya dan mulai berpikir tidak-tidak, Zayn malah tidak mau.Jadi, Zayn suka menggunakan kekerasan?Ketika aku sedang melamun, Zayn tiba-tiba berbalik badan dan memelukku.Dada Zayn yang hangat bersentuhan dengan dadaku, panas sekali.Zayn bertanya dengan suara ser
Zayn tiba-tiba membuatku berbaring telentang dan menindih tubuhku.Cahaya bulan masuk melalui celah gorden.Aku samar-samar dapat melihat mata Zayn yang hitam kelam, seperti ingin menyedot jiwa orang ke dalamnya.Zayn mencondongkan tubuh ke depan untuk berbisik di telingaku. Suaranya tidak lagi mendominasi, melainkan lembut.Zayn tersenyum. "Oke, oke, kamu tidak mau. Aku yang mau."Aku terdiam.Kelembutan Zayn yang tiba-tiba membuatku tidak bisa marah.Tanpa sadar, piamaku dilepas oleh Zayn.Zayn mencium bibirku. Dia merayuku dengan suara serak, "Kamu juga harus aktif, oke? Aku suka keaktifanmu."Entah mengapa, Zayn seperti berubah menjadi orang lain. Zayn sangat lembut, bahkan terasa tidak nyata.Aku tanpa sadar meraba pipi Zayn.Zayn tiba-tiba menggenggam tanganku, mengecup telapak tanganku dengan bibirnya yang hangat. Hatiku tersentak kaget.Di dalam kegelapan, Zayn sepertinya berubah.Zayn mencondongkan tubuh ke depan, lalu menahan tanganku di atas kepala dan menyilangkan tangan de
Zayn berkata dengan serak tanpa mengangkat kepalanya."Aku sedang merancang gaun pengantinmu."Aku tertegun sejenak, hatiku tiba-tiba terasa sangat manis.Aku berkata, "Kamu istirahatlah lebih awal. Kamu tidak harus merancang gaun pengantinnya sekarang, kita masih punya banyak waktu di masa depan."Zayn sudah selesai membuat sketsa di atas kertas.Zayn meletakkan pensil, lalu bersandar di sandaran kursi sambil meregangkan pinggangnya. Dia berkata sambil tersenyum, "Butuh waktu yang lama untuk buat gaun ini, jadi aku harus segera menyelesaikan rancangannya."Setelah terdiam sejenak, Zayn tiba-tiba menatapku lekat-lekat, kemudian berkata dengan suara yang rendah dan lembut, "Aku mau kasih tahu seluruh dunia kalau kamu adalah satu-satunya istriku yang kucintai."Meskipun kami sedang melakukan panggilan, aku tetap merasa malu saat seorang pria mengucapkan kata-kata yang romantis dengan begitu serius padaku.Wajahku sedikit memerah setelah mendengar ini. Aku mengalihkan tatapanku, kemudian
Zayn mengatakan jika situasi ibunya sangat stabil. Selain itu, Zayn juga mengatakan jika ibunya sangat merindukanku dan ingin menemuiku.Aku berencana untuk menjenguk Agatha setelah ibuku selesai menjalani operasi pada tanggal 20.Omong-omong, aku hampir melupakan satu orang, yaitu Cindy.Cindy sangat pendiam akhir-akhir ini, dia bahkan tidak membuat masalah.Berdasarkan sikap Cindy sebelumnya, dia pasti sengaja muncul di sisi Zayn saat aku tidak sempat bertemu dengan Zayn selama beberapa hari ini. Kemudian Cindy akan memotret foto, lalu mengirimkannya padaku untuk pamer dan juga untuk membuatku salah paham.Hanya saja Cindy sama sekali tidak melakukan apa pun, yang terasa sangat aneh.Aku sama sekali tidak percaya jika Cindy sudah berpikir dengan jernih dan berubah menjadi orang baik.Pepatah pernah mengatakan jika anjing yang suka menggonggong tidak akan menggigit orang, tapi anjing yang bisa menggigit orang tidak akan menggonggong.Jadi aku semakin merasa tidak tenang saat orang sek
Aku tanpa sadar menatap Irvin, tapi matanya menatap lurus ke depan.Dengan kata lain, Irvin sama sekali tidak sadar jika pacarnya baru saja berjalan melewatinya.Aneh sekali.Irvin begitu mencintai Sella, dia seharusnya sangat senang saat tiba-tiba bertemu dengannya.Hanya saja, Irvin tidak hanya tidak membuat reaksi apa pun, dia bahkan juga tidak melirik Sella. Irvin terus berjalan ke kamar pasien ibuku seperti biasa.Saat aku sedang kebingungan, Irvin menoleh untuk menatapku, "Kenapa?"Aku menatapnya lekat-lekat, lalu berkata, "Tadi aku lihat pacarmu."Irvin tertegun, lalu tanpa sadar menatap sekeliling, "Di mana? Kenapa aku tidak melihatnya?"Aku menatap Irvin sambil mengerutkan keningku, "Tadi dia baru saja jalan di depan kita, apakah kamu tidak melihatnya?"Terdapat kilatan cahaya di mata Irvin, dia berkata sambil tersenyum, "Tadi aku sedang memikirkan masalah Ayah dan masih marah karena perbuatannya, jadi aku tidak terlalu memerhatikan keadaan sekitar."Aku menatap Irvin lekat-le
"Anggap saja kamu bantu Ayah minta modal 200 miliar pada Zayn.""Ayah janji akan mengembalikan uang ini padamu kalau proyek ini berjalan dengan lancar."Aku menepis tangannya, lalu berkata dengan datar, "Aku tidak akan pinjam uang pada Zayn, terserah kamu mau menolong Ibu atau tidak. Kami juga tidak akan memaksamu kalau kamu tidak mau menolongnya, semuanya tergantung pada hati nuranimu!""Benar sekali, aku tidak akan meremehkanmu kalau kamu tidak minta uang. Sayangnya di matamu cuma ada uang dan kekasihmu."Irvin memelototi ayahku dengan tajam, "Cepat pergi, jangan pernah muncul di hadapan kami lagi. Kalau tidak, aku tidak akan sungkan-sungkan padamu!"Ayahku memasang ekspresi sedih, dia menggerakkan bibirnya untuk mengatakan sesuatu, tapi aku sudah ditarik hingga ke depan lift oleh Irvin.Saat sedang menunggu lift, aku tidak bisa menahan diri untuk melirik ayahku.Ayahku sedang menelepon, entah dia sedang bertelepon dengan siapa sampai bersikap sesopan itu.Aku khawatir ayahku akan me
Ibuku dulu sangat mencintai ayahku.Hingga semua dunianya adalah ayahku.Saat itu, ibuku memikirkan ayahku dalam segala hal dan bergantung padanya dalam segala hal.Namun kini, Ibuku tidak memendam apa pun selain kebencian terhadap ayahku. Hal ini menunjukkan betapa buruknya Ayah yang sudah menyakiti Ibu.Setelah menghibur ibuku, aku keluar dari bangsal dan melihat ayah serta kakakku bersandar di jendela di koridor, seolah sedang menungguku.Aku menghampiri ayahku lalu bertanya, "Untuk apa kamu datang hari ini?"Ayahku terisak, berkata dengan wajah sedih, "Aku tidak menyangka ibumu akan sakit parah. Kalian juga sama. Kalian tidak memberitahuku bahwa hal sebesar itu terjadi."Kakakku mencibir, "Kalau aku ceritakan hal ini, apa kamu akan meninggalkan kekasihmu dan kembali lagi?""Kalau aku ceritakan hal ini, apa ibuku akan membaik? Lagi pula, ibuku jadi sakit karena kamu.""Kalau kamu tahu diri, pergilah dari sini, berhentilah berpura-pura sayang pada kami.""Kenapa kamu bicara pada ayah
Ya, kakakku memang benar.Menceritakan hal-hal ini pada seseorang yang sudah berubah pikiran tidak akan menyelamatkan apa pun.Keesokan paginya, aku dan kakakku pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibuku.Begitu sampai di pintu, aku dengar suara pertengkaran dari arah bangsal ibuku.Aku juga samar-samar mendengar suara ayahku.Aku dan kakakku saling memandang dan bertanya, "Bagaimana Ayah tahu?""Siapa yang tahu? Sial, aku tahu kedatangannya akan menimbulkan masalah bagi ibu kita," kata kakakku sambil mendorong pintu bangsal.Aku melihat ayahku berdiri di samping tempat tidur dengan tangan di pinggangnya, wajahnya penuh dengan kemarahan.Ibuku duduk di ranjang rumah sakit, menyeka air matanya dalam diam.Kakakku langsung marah, lalu berlari ke depan dan mendorong ayahku, "Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa kamu menindas ibuku lagi?"Aku bergegas menghampiri, memegang bahu ibuku dan bertanya apa yang terjadi.Ibu tidak mengatakan apa pun, hanya menggelengkan kepalanya.Kakakku makin
Untungnya, aku baru saja menginjak anak tangga pertama.Begitu aku bergerak mundur, ada tanah datar di belakangku hingga membuatku kehilangan keseimbangan.Setelah bergoyang dua kali, akhirnya aku berhasil berdiri tegak.Aku mendongak dengan kaget, ternyata itu adalah kakakku."Apa yang kamu lakukan? Kamu tiba-tiba berlari ke bawah, hampir saja menjatuhkanku."Kakakku melirik ke arah Zayn pergi dan mendengus, "Kenapa kamu turun ke bawah? Aku sudah berdiri di sini tanpa bergerak dari tadi.""Kamu sedang memikirkan suamimu begitu serius hingga menabrak aku!"Aku menatapnya tanpa berkata apa-apa.Apa artinya 'memikirkan suami'? Aku mendapati kata-kata Irvin semakin lama semakin keterlaluan.Hah?Eh, salah!Kalau kakakku berdiri di sini sepanjang waktu, bukankah akan melihat dan mendengar semua yang baru saja kami lakukan, saat Zayn mencium serta memelukku dan mengucapkan begitu banyak kata-kata mesra?Tepat saat aku memikirkan hal ini, kakakku datang, menyentuh hidungnya dan tersenyum pad
"Ingat kirim pesan padaku setiap hari. Kalau ada waktu, telepon aku.""Betapa pun sibuknya aku, aku akan mengangkat teleponmu.""Ya."Keengganan Zayn membuat hatiku luluh.Pada saat ini, aku sepenuhnya merasakan cintanya yang begitu kuat.Namun cintanya tampak bercampur dengan sedikit kekhawatiran.Hatiku juga mulai merasa agak sedih serta gelisah.Aku bertanya padanya, "Apa yang kamu khawatirkan? Apa karena operasi ibumu?"Zayn menggelengkan kepalanya. "Dokter bilang untuk jenis operasi ini, selama ginjalnya cocok, tingkat keberhasilannya sangat tinggi.""Lalu apa yang kamu khawatirkan?" Aku bisa dengan jelas merasakan ketakutannya.Jadi aku tidak mengerti, selain penyakit ibunya, apa lagi yang ditakutkan oleh orang seperti dia?Zayn menatapku dengan serius, membelai pipiku dan berbicara dengan suara yang keras."Tidak apa-apa. Aku hanya merasa sedikit tidak nyaman. Aku khawatir tidak akan bisa melihatmu lagi.""Dasar bodoh!"Aku melemparkan diriku ke dalam pelukannya, memeluk pinggan
Malam harinya, Zayn datang untuk makan malam bersamaku.Zayn pertama-tama pergi ke bangsal untuk menjenguk ibuku lalu membawa aku ke restoran yang sudah direservasi terlebih dahulu.Tahun ini bisa dikatakan sebagai tahun terdingin di Kota Jenara.Angin dingin yang menggigit terasa bagai pisau yang menyayat wajah orang.Zayn menutupiku dengan syal sambil menuntunku ke dalam mobil.Akhir-akhir ini aku tidak sering mengunjungi ibunya karena urusan ibuku.Aku mengencangkan sabuk pengaman dan bertanya padanya, "Apa akhir-akhir ini ibumu baik-baik saja?"Zayn mengangguk. "Setiap hari menerima suntikan serta perawatan tepat waktu, sekarang hanya menunggu operasi pada tanggal 20 saja."Aku berkata, "Pada tanggal 20, aku mungkin tidak bisa mengunjungi ibumu, aku juga tidak bisa menemanimu sampai operasi ibumu selesai.""Aku mengerti." Zayn memegang tanganku erat sambil tersenyum lembut padaku. "Pada hari itu, ibumu juga harus menjalani operasi. Meskipun kamu adalah istriku dan menantu ibuku, ka