Share

Benarkah Deo?

Penulis: Liya Mardina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-27 09:17:27

'Siapa pria itu?!'

Ela tak berani menyimpulkan, meski bibir pria tampan tersebut sedikit mirip dengan milik Deo.

Namun Ela kembali terbelalak saat telah berhasil menyusun sedikit teka-teki itu. 'Bu-bukankah pria itu adalah pria yang memanggilku di dalam mimpiku hari ini?!'

Ela kembali dihantui oleh sesosok pria dengan wajah berlumuran darah yang memanggilnya dari arah kursi kemudi.

Bayangan-bayangan itu membuat kepalanya terasa berdenyut nyeri. Ketakutan yang tidak berdasar membuat matanya terasa sedikit memanas. Hingga tanpa sadar mengeluarkan cairan bening dari kedua manik hitamnya.

"Ela? Apa yang terjadi? Apa kepalamu terasa sakit lagi?" Wajah panik Matthew, sang ayah, tak bisa ditutupi, kala melihat tubuh sang putri duduk meringkuk dengan tatapan waspada.

Kedua tangan Ela mengepal kuat, hingga membuat selang infus kini berubah menjadi merah sebab darahnya mulai bercampur dengan cairan.

Ketakutan luar biasa tak lagi mampu Matthew sembunyikan dari wajah keriputnya. Membuat pria berusia lima puluh tahun itu berlarian tak tentu arah, sebab kepanikan luar biasa yang mulai melanda.

"Darren sudah pergi, apa yang harus aku lakukan? Ayo berpikir Matthew!" Kebingungan hebat mulai dirasa saat melihat darah pada selang infus tak kunjung turun. "Ah, Deo! ... tunggu sebentar, Ela, Papa akan memanggil Deo untuk menghilangkan darah dari selang infusmu."

Matthew segera berlari cepat keluar dari dalam kamar tanpa menunggu jawaban.

Namun raut wajah penuh ketakutan itu mendadak berubah penuh penyesalan dalam sekejap. 'Apa-apaan ini? Aku membuat orang lain khawatir karena kebodohanku sendiri?'

Mata lelah itu terpejam erat seraya mengigiti bibir bawahnya. Mendongakkan kepalanya dengan helaan nafas berat.

Detik berikutnya, terlihat pintu kamar terbuka paksa dari arah luar. Nampak Deo yang tengah duduk di atas kursi roda didorong cepat oleh Matthew memasuki ruangan itu.

"Deo, bisakah kamu menghilangkan cairan merah dari selang infus itu?" ucap Matthew khawatir dengan bibir sedikit bergetar. Melayangkan jari telunjuknya ke arah selang infus yang menempel di punggung tangan putrinya.

Meski bukan seorang dokter, namun Deo mengerti tentang sedikit ilmu medis yang ia pelajari dari adiknya, Darren.

"Jangan khawatir, Om Matthew. Ini tidak terlalu serius," ucap Deo menenangkan pria paruh baya itu. Memutar roda kursinya sendiri mendekati Ela yang masih terdiam membisu.

Wajah serius dari Deo membuat Ela tak tahan untuk tidak meliriknya.

Mata tajam, hidung mancung, dan bibir tipis, terlihat begitu manis dari balik topeng saat pria tampan itu tersenyum.

Namun, tunggu dulu! Ela mendapati sesuatu yang sedikit ganjil. Sebuah bekas luka goresan di area pipi kanan itu mengingatkannya akan bayangan wajah pria tampan yang sekilas mampir dalam ingatannya.

Bayang-bayang ingatan atau mimpi itu terus berputar. Memperlihatkan seorang pria yang tengah mengulurkan tangan di kursi kemudi mobil. Tubuhnya yang terjepit dengan darah yang berlumuran di wajahnya membuat pria itu tak bisa melakukan apa pun selain berteriak memanggil namanya.

"Deo." Gumaman lirih dari bibir Ela tak sengaja terdengar oleh sang pemilik nama. Hingga Deo pun menjawab gumaman lirih yang menurutnya lebih mirip dengan sapaan, "Iya?"

Ela tertegun sesaat setelah tersadar dari lamunan. Setelahnya dengan cepat wanita itu memalingkan wajahnya saat kedua mata itu tak sengaja kembali bertemu.

Deo nampak mengerinyitkan alis dengan tatapan penuh tanya. "Apakah sakit? Aku bahkan tidak menyentuh tanganmu sama sekali."

Dengan perasaan panik, Ela mengedarkan pandangan matanya. "Ti-tidak, Anda salah dengar. Saya tidak memanggil nama Anda," ucap Ela berdalih dengan sedikit tergagap.

Sementara Deo hanya diam tak bergeming. Sebelum kembali fokus ke sebuah benda pipih kecil yang terletak di bagian bawah botol infus.

Perlahan darah pada selang infus itu seolah mengalir kembali ke tempat asalnya.

"Sudah, Om Matthew sekarang bisa tenang," ucap Deo kemudian.

"Deo ... Berapa kali saya bilang padamu? Jangan panggil Om. Panggil Papa!" ucap kesal pria paruh baya itu dengan nada sedikit meninggi.

"Om ... Saya dan Ela belum menikah. Saya rasa hal itu sedikit tidak sopan jika benar-benar saya lakukan," jawab Deo dengan sopan. Bibirnya kembali menunjukkan garis lengkung yang begitu Ela tunggu-tunggu.

Entah kenapa, tapi senyuman itu seolah membuat Ela kecanduan. Hingga tak bisa memalingkan sedikit pun pandangan matanya saat Deo mulai tersenyum.

Dan Matthew, pada akhirnya tak bisa melakukan apa pun, selain mencoba mengerti. "Baiklah, Deo. Terserah kamu saja."

Sementara Ela masih terhanyut dalam lamunannya. Sebuah perasaan rindu yang tak berdasar membuat dadanya terasa sesak. Namun seketika terobati sesaat setelah melihat senyuman manis itu.

Debaran jantung yang mulai tidak beraturan kembali terasa. Membuat nafasnya terengah tanpa sebab.

"Ela." Panggilan itu membuat Ela kembali tersadar.

"Ada apa? Kenapa menatap Deo matamu sampai tidak bisa berkedip seperti itu?" ledek Matthew dengan tawa yang tertahan.

Ela pun sontak menundukkan wajah. Pipinya memerah dengan perasaan menahan malu.

'Apa aku benar-benar terlihat tidak berkedip sama sekali, tadi? Akh! Malunya aku ...'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Kelahiran putra pewaris

    "Tidak perlu. Berdebat dengan orang bodoh hanya akan menambah orang bodohnya jadi dua," cibir Ela seraya melengos pergi."Setelah operasinya selesai, Laura akan dipindahkan ke ruang rawat inap selama satu minggu. Seluruh administrasi rumah sakit sudah saya tanggung. Setelah ini jangan cari saya dengan alasan apa pun. Saya sudah tak memiliki hubungan dengan kalian," pungkas Deo sebelum menyusul langkah sang istri meninggalkan rumah sakit. Tak ia hiraukan tatapan tak berdaya dari ayah Laura.****Lima bulan kemudian.Setelah putusan sidang mengenai kasus penculikan dan pembunuhan berencana Pram dan Arsenio, yang kini dihukum penjara seumur hidup, Ela dan Deo pada akhirnya bisa hidup dengan tenang.Bahkan Laura pun tak lagi terdengar kabarnya setelah kejadian hari itu."Kenapa sekarang kita tinggal di sini? Apa Darren tidak kesepian tinggal sendiri?" tanya Ela sesaat setelah memasuki kediamannya."Dari pada dia, aku lebih memikirkan kamu. Kalau ada apa-apa pas aku tidak ada di rumah baga

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Laura keguguran

    "Tidak! Tunggu, Tuan Deo! Tolong jangan hiraukan ucapan Istri saya. Dia memang terbiasa berkata tanpa berpikir terlebih dahulu. Tolong, jangan tinggalkan Laura dalam keadaan seperti ini." Ayah Laura berlari ke arah Deo dan bersimpuh di kakinya.Belum sempat Deo menimpali, suara derit pintu ruang rawat yang terbuka membuat seluruh pasang mata menatap ke arahnya.Seorang dokter wanita terlihat muncul dari balik pintu yang kembali ditutup rapat. "Apakah ada keluarga Pasien di sini?""Saya Mamanya, Dok!" Ibu Laura gegas berlari menghampiri dokter."Begini, Bu. Dengan berat hati saya sampaikan bahwa, janin yang dikandung Putri Ibu tak dapat diselamatkan. Saya meminta persetujuan keluarga untuk segera melakukan tindakan operasi pengangkatan janin. Karena jika itu sampai telat dilakukan, nyawa Ibunya pun akan terancam," jelas dokter."Lakukan segera, Dok. Lakukan apa pun agar nyawa Putri saya selamat.""Baik, Bu. Silakan tanda tangani berkas ini setelah Anda melunasi administrasinya." Dokter

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Jatuh dari tangga

    ****Empat bulan kemudian."Bagaimana perkembangan kasusnya, Sayang?" tanya Ela pada Deo yang baru memasuki kamar, setelah selesai menghadiri sidang kasus kematian Clarissa."Ternyata pelaku adalah teman masa kecil Mama. Dia menyukai Mama sejak lama, tapi Mama tak pernah membalas perasaannya. Hal itu yang memicu pelaku melakukan penganiayaan, saat tak sengaja menjadi Dokter di rumah sakit jiwa tempat Mama dirawat. Dengan bukti-bukti yang telah terkumpul, pada akhirnya Hakim telah memvonis hukuman yang setimpal setelah beberapa kali persidangan," jawab Deo panjang lebar. Pria itu melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya sebelum merebahkan diri di atas tempat tidur."Apa hukumannya?" tanya Ela penasaran seraya berjalan mendekat."Penjara seumur hidup dan denda.""Itu tidak setimpal! Seharusnya orang itu mendapatkan hukuman mati! Kenapa kamu tidak membiarkan aku ikut ke persidangan hari ini?" geram Ela tak terima."Kamu hamil. Lihat perutmu sudah sebesar apa? Aku tidak ingin kesehata

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Ela hamil

    "Rasanya aku sudah tidak ada tenaga untuk berjalan. Tubuhku rasanya lemas sekali."Deo gegas berjalan mendekati sang istri. Tanpa pikir panjang, Deo segera membopong Ela di depan tubuhnya dan membawanya ke luar. "Aku akan menggendongmu, jangan khawatirkan yang lain, yang paling penting kamu harus segera sembuh."Namun sesaat setelah Deo baru sampai di ujung tangga, Laura dengan cepat menghadangnya dengan merentangkan kedua tangan. "Mau ke mana?" ketusnya dengan tatapan mengintimidasi. Namun Deo bersikap acuh. Setelah menatap sengit wajah Laura untuk sekilas, Deo segera melangkah menerobos pertahanan Laura. Namun lagi-lagi Laura menghentikan langkah Deo kembali. "Mau ke mana?" ucapnya mengulangi pertanyaan awal."Minggir, ini tidak ada urusannya denganmu," jawab Deo datar tanpa ekspresi."Tentu ada. Aku adalah Istrimu."Deo yang pada akhirnya kehabisan kesabaran menampakkan kilat amarah dalam tatapannya. "Aku bilang, minggir!" bentak Deo lantang.Laura seketika itu membeku dengan wajah

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Kesehatan Ela terganggu

    Dalam balutan pakaian tidur transparan, seluruh bekas merah yang Deo ciptakan terekspos sepenuhnya.Hal tersebut tentunya membuat Laura diam mematung dengan tatapan tak percaya. "I-itu ... kalian benar-benar melakukannya di belakangku?" geram Laura tak terima.Ela lantas mengerinyitkan dahi sejenak. Hingga wanita itu sepenuhnya mengerti jika yang tengah dimaksud Laura adalah bekas cupang di leher dan dadanya. "Maksudmu ini? Mau aku melakukannya di hadapanmu sekarang? Boleh," sindir Ela seraya menunjuk bercak merah di lehernya.Setelah lama bersabar pada akhirnya stok kesabaran Laura pun habis. Wanita itu mendorong tubuh Ela keras hingga membuat Ela berdiri terhuyung dan hampir terjungkal ke belakang. "Minggir! Aku mau bicara dengan Deo!"Namun sayangnya aksi Laura gagal setelah Ela gegas menarik gagang pintu hingga membuat Laura tak bisa memasuki celah yang sempit. "Heh! Kamu yang harusnya minggir! Untuk apa memasuki kamar orang?! Sana, pergi ke kamarmu sendiri!" bentak Ela dengan lan

  • Mantan Istri Yang Amnesia Ternyata Orang Kaya   Malam pertama

    Ela mengerinyitkan dahi. Merasa geli mendengar kalimat yang baru saja memasuki gendang telinganya."Astaga ... tidakkah kamu merasa sadar diri? Deo menikahimu hanya karena terpaksa. Papamu terus berlutut di bawah kakinya, berharap kamu mendapatkan pengobatan tanpa sedikit pun mengeluarkan uangnya. Dia juga memohon agar Deo tidak langsung menceraikanmu saat itu, bernegosiasi agar kalian bercerai setelah anak yang kamu kandung lahir, agar tak membuat aib di keluarga," jelas Ela panjang lebar.Sontak Laura kembali dibuat mematung. Tak menyangka akan mendapatkan suguhan dari kebusukan ayahnya dari mulut Ela."Itu tidak mungkin! Ini adalah Anak Deo! Tanggung jawabnya.""Cih! Semua orang sudah tahu kebusukanmu dan Arsenio, termasuk aku. Jadi tidak perlu mengungkit aibmu jika kamu masih memiliki rasa malu. Tanpa persetujuan dariku pun, Deo sudah membuangmu dari jauh-jauh hari," pungkas Ela sebelum kembali memasuki ruangan dan menutup pintu kamar dengan keras. Merasa tak ada lagi yang perlu d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status