Iya Bu," ucap Adelia ragu.
Setelah mengobrol dengan Ibu Hana, Adelia pamit pulang karena sudah malam.
"Saya pulang dulu ya Bu," ucap Adelia.
"Biar Eric mengantarmu pulang," ucap Ibu Hana.
"Makasih sebelumnya Bu, tapi saya bisa naik taksi," ucap Adelia.
Eric masuk ke ruang makan saat Adelia pamitan.
"Adelia biar aku yang mengantarmu pulang," ucap Eric.
"Iya Adelia, sudah malam. Biar Eric mengantar pulang," ucap Ibu Hana.
"Baik Bu," ucap Adelia.
Eric mengantarkan Adelia kembali ke rumahnya. Sepanjang perjalanan Adelia terlihat murung. Mungkin karena ucapan ibunya membuatnya sepeti itu.
"Adelia tidak usah dipikirkan apa yang ibuku katakan, lakukanlah semua yang ingin kau lakukan jangan terbebani," ucap Eric.
"Terimakasih Kak Eric," ucap Adelia.
&
Eric sedang istirahat di ruangannya saat jam istirahat datang. Dia sedang memikirkan sesuatu untuk mendekati Adelia. Tak mudah memulai kembali sebuah hubungan yang telah lama terputus apalagi meninggalkan luka mendalam. Pendekatannya kali ini harus penuh pertimbangan, dia tidak ingin membuat Adelia tak nyaman. Jangan sampai kedua mantan suaminya lebih unggul dan baik dari pada dirinya. Dia harus jadi winner.Eric sudah pernah pacaran tapi tidak tahu cara mendekati Adelia kembali. Dia takut salah tingkah dan aneh jika salah langkah. Di tengah kegalauannya, perawat masuk ke ruangan Eric untuk meletakkan berkas pasien di meja Eric."Suster Tari saya boleh bertanya?""Tanya apa Dok?" Suster Tari penasaran, dia merasa pertanyaan ini serius, terlihat dari ekspresi sang Dokter.Eric ingin tahu pendapat Tari karena dia seorang wanita seperti Adelia. Kebetulan Eric lumayan dekat dengan Tari.
Raisa melihat Adelia yang baru saja datang."Kak Adelia pas banget udah pulang, Kak ini Kak Frey," ucap Raisa menunjuk ke arah Frey."Adelia, perkenalkan saya Frey," ucap Frey mengenalkan diri pada Adelia."Iya, saya Adelia," ucap Adelia.Eric menatap lelaki yang ada di depannya. Dia mulai menyadari lelaki itu juga menginginkan Adelia, sekarang total rival menjadi tiga. Semakin sulit jalannya untuk jadi winner."Eh ada Kak Eric juga," kata Raisa."Iya, selamat sore Raisa," sapa Eric."Sore Kak Eric," balas Raisa.Frey menatap Eric, dia merasa lelaki di samping Adelia memiliki tujuan yang sama dengannya. Jalannya untuk mendekati Adelia tak akan mudah."Kak Frey, ini lho mantan suami pertama Kak Adelia, Kak Eric namanya," ucap Raisa memperkenalkan Eric pada Frey."Pe
Eric pulang dengan mobilnya selepas mengantarkan Adelia. Mukanya sedikit cemberut karena kesal bertemu dengan Frey tadi. Eric tak tahu kenapa ada rival lain lagi dalam memperebutkan Adelia. Dulu Adelia pernah jadi istrinya tapi sekarang mau menjadikannya istri kembali sepertinya tak semudah yang dibayangkannya. Rivalnya juga memiliki peran dan kelebihannya masing-masing. Tristan seorang CEO dari perusahaan besar, Irfan seorang Dosen Akuntansi di universitas ternama dan Frey seorang anggota kepolisian yang masih muda. Usaha Eric mendekati Adelia bisa saja gagal, Adelia mungkin akan memilih selain dirinya."Frey sepertinya juga menyukai Adelia, aku harus bersaing dengan tiga rival sekaligus. Bagaimana caranya aku mendekati Adelia?" Eric bingung, posisinya sekarang sulit, peluangnya satu banding empat. Adelia juga belum terlihat merespon perhatiaannya.Sampai di rumah Eric langsung pergi ke kamarnya. Eric mencari kembali foto pernikahanny
Pagi itu Adelia berangkat bekerja ke perusahaan tempat dia bekerja. Dia naik bus ke tempat kerjanya. Sampai di perusahaan Adelia mulai absen dan naik ke lantai atas menggunakan lift. Di dalam lift ada beberapa orang, salah satunya Sasa. Adelia berdiri bersampingan dengan Sasa. Dia cemberut melihat Adelia, dia kesal karena kemarin dimarahi Tristan cuma karena Adelia.Lift mulai terbuka, ketika Adelia berjalan lebih dulu, Sasa sengaja mendorong Adelia biar terjatuh tapi saat Adelia terdorong dan hampir jatuh, di luar lift ada Tristan, dia langsung menangkap tubuh Adelia."Sial, kenapa mereka malah pelukan sih," batin Sasa. Dia semakin tidak menyukai Adelia, bukannya Adelia celaka malah semakin nempel sama Tristan.Tristan masih memegang tubuh Adelia, mereka berhenti sesaat, kedua mata mereka bertautan satu sama lain.Deg!Jantung keduanya berdebar kencang. Tristan menyadari h
Adelia masih diam, ini membuat Tristan penasaran. Dia coba memanggil Adelia. Mungkin saja Adelia sedang memikirkan jawabannya."Adelia ... Adelia ....""Ya, apa?""Pertanyaanku yang tadi.""Pertanyaan apa?"Sepertinya Adelia tidak mendengar pertanyaan yang tadi dilontarkan Tristan."Bukan, gak penting kok.""Oh ....""Sabar Tristan, pasti momennya belum pas," batin Tristan.Akhirnya mereka sampai di rumah Tristan. Segera Tristan langsung turun duluan dan membukakan pintu mobil untuk Adelia. Hal yang dulu tak pernah dilakukan Tristan. Perubahan ini sangat dirasakan Adelia, Tristan yang sekarang lebih terbuka dan perhatian. Adelia keluar dari mobil, Tristan mempersilahkan Adelia jalan bersamanya. Mereka masuk ke dalam rumah, di ruang tamu Pak Tio sudah menunggu mereka dari tadi.
Tristan keluar ke halaman depan, ada dua orang menemui Tristan. Mereka melaporkan pekerjaan mereka sudah beres. Semua yang dipesan Tristan sudah diletakkan di tempat yang diinginkan Tristan."Bos tugas kami sudah selesai, semua sudah tertata dengan rapi dan benar," ucap Iman."Bagus, ini upah untuk kalian dan pembayaran untuk semua yang aku pesan," ucap Tristan sambil memberikan amplop berisi uang."Makasih Bos," ucap Iman."Iya," ucap Tristan.Kedua orang itu meninggalkan rumah besar. Tristan kembali masuk ke dalam rumah. Dia menuju ke dalam dapur, melihat Adelia yang sibuk memasak bersama Bi Siti. Tristan mengeluarkan handphone-nya lalu memfoto Adelia tanpa diketahuinya. Tristan menjadikan foto yang diambilnya itu menjadi wallpaper handphonenya. Dia duduk di meja menunggu Adelia memasak dengan Bi Siti. Tak lama Adelia menghidangkan Gurame asam manis di meja makan.
Tristan mengantarkan Adelia pulang ke rumahnya. Sampai di depan rumah Adelia Tristan ikut turun bersamanya. Adelia masuk ke dalam rumahnya bersama Tristan. Ibu Ayu sedang duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Tristan langsung mengucapkan salam. Dari dulu walau sikapnya acuh, cuek dan tidak peduli dengan Adelia saat menikah dulu tapi Tristan selalu menghormati Ibu Adelia."Nak Tristan terimakasih sudah mengantarkan Adelia pulang," ucap Ibu Ayu."Iya Bu ..., Papa tadi titip salam untuk Ibu dan Raisa," ujar Tristan."Oya, titipkan salam Ibu juga untuk Papamu nak," ucap Ibu Ayu."Baik, saya sekalian pamit untuk pulang. Selamat malam Ibu dan Adelia," ucap Tristan."Malam," jawab Adelia dan Ibu Ayu bersamaan.Tristan meninggalkan rumah Adelia dengan perasaan yang senang. Sementara itu di dalam rumah Ibu Ayu mengajak Adelia mengobrol berdua. Dia tahu akhir-akhir ini
Sampai di halte bus, Adelia turun dari bus, berjalan menuju perusahaan tempatnya bekerja. Baru sampai lobi perusahaan, beberapa orang menatap Adelia dengan sinis. Ada juga yang berbisik-bisik sambil melihat ke arahnya, Adelia tidak tahu mengapa mereka seperti itu padanya.Adelia terus berjalan masuk ke dalam lift, beberapa karyawan perempuan menjaga jarak dengan Adelia. Mereka yang biasa tersenyum dan menyapanya terlihat diam dan acuh padanya. Tak lama Adelia keluar dari lift menuju ke ruangan akunting, dia tak sengaja menguping tiga orang karyawan sedang membicarakannya."Adelia itu janda, pantas saja bisa kerja di sini. Paling juga godain Manajer HRD," ujar Ina."Bukan cuma godain Manajer HRD, tapi lebih dari itu. Dia menggoda Presdir kita," tambah Aca."Iya, kemarin katanya ada yang melihat Adelia jalan dengan Presdir," ucap Dara."Paling juga ke hotel, biasa kalau janda