Share

Bab 6

Author: Author Rina
last update Last Updated: 2023-12-06 13:38:25

Bab 6 Pov Alya

Karma itu nyata!

Di tengah-tengah rasa bimbang kemana aku harus melangkahkan kakiku tiba-tiba.

Cit,

Bunyi ban bergesekan dengan aspal dan Brak...

"Ya Tuhan."

Semua menjadi gelap setelah itu.

________

"Alhamdulilah, Mbak sudah sadar, maaf tadi saya belum sempat hubungi majikan Mbak," ujar seorang lelaki yang sepertinya tadi ada di antara teman Bang Aldi.

Tangannya sigap mengambil ponsel. Namun, segera ku cegah.

"Gak usah Mas," ujarku.

"Tapi Mbak, saya jadi gak enak kalau nanti Aldi tanya. Masa saya gak ada tanggung jawabnya, sekalipun Mbak ini cuma pembantu di rumah teman saya tapi Mbak juga tetap harus Saya hargai juga."

Ada yang perih di dalam sini mendengar kata-kata Mas ini, aku ingin marah tapi aku sadar ini bukan salahnya. Dia hanya mendengar dari apa yang di katakan Bang Aldi.

"Saya bukan pembantu Bang Aldi, Mas," ujarku lirih. Dadaku sudah sesak, mataku memanas, ada bulir bening yang menetes di sudut netra ini. Pedih sungguh hati ini bagai teriris.

"Terus Mbak ini siapa?" tanya lelaki itu. Kami belum sempat bekenalan tadi jadi aku belum tahu namanya.

"Saya..," aku diam sesaat. " Saya istrinya Mas."

"Hah!"

Seperti dugaanku lelaki ini tampak terkejut mendengar pernyataanku, pundaknya sampai berjengkit, mulutnya terbuka tanpa kata. Sebentar kemudian dia memperhatikan aku dari atas sampai bawah, mungkin juga dia tak percaya aku istri Bang Aldi.

Siapa juga yang mau percaya, Bang Aldi yang gagah dan tampan memiliki istri yang kusam dan dekil seperti aku, walau itulah kenyataannya.

"Kamu serius?"

"Saya tahu Mas pasti gak percaya, tapi itulah kenyataanya Mas, saya istri yang gak di anggap oleh Bang Aldi."

"Tega sekali Aldi!" gumamnya. Namun, masih sempat terdengar.

"Bang Aldi malu Mas, dia yang tampan, seorang manager, bersih dan berpendidikan, punya istri dekil, kusam dan bod*h macam saya."

Lekaki itu diam, dia tampak menarik napas berat. "Keterlaluan Aldi, baru beberapa bulan jadi manager aja sudah sombong."

"Biasalah, Mas..?" ujarku.

"Panggil saja saya Aldo Mbak?"

"Biasalah Mas Aldo, orang kalau sukses suka lupa dari mana dia berasal, dia juga lupa bagaimana orang-orang berjuang demi kesuksesannya."

Aku kemudian menceritakan semua pada Mas Aldo, mulai dari kami bertemu yang saat itu Mas Aldo hanyalah karyawan biasa. Aku kemudian ikut banting tulang mati-matian menyekolahkan dia. Namun, setelah sukses aku justru dibuang selayaknya sampah.

Mas Aldo menggeleng beberapa kali "aku gak nyangka Aldi orangnya seperti itu," kata Aldo.

Ku susut air mataku dengan jari, baru sadar rupanya aku saat ini berada di sebuah ruangan Rumah Sakit. Sepertinya tadi saat pingsan lelaki bernama Aldo ini membawaku kemari. Aku ingat tadi aku pingsan saat hampir saja mobil Aldo menabrakku, bunyi keras dari gesekan ban dengan aspal tadi mengagetkan aku, beruntung Allah masih melindungi nyawaku.

"Oya nama Mbak siapa?"

"Alya Mas."

"Mbak Alya mau makan apa?"

"Mm apa ajalah Mas," jawabku pelan. Jujur aku canggung. Namun, cacing-cacing dalam perutku juga sudah mulai protes minta makan.

"Kalau gitu saya pergi dulu ya, Mbak," pamit lelaki yang aku perkirakan tak jauh dari umurku itu yang kemudian melangkah keluar.

"Mas!"

Mas Aldo menoleh ketika tiba-tiba aku memanggilnya.

"Ya Mbak?"

"Tolong, jangan bilang pada Bang Aldi kalau Mas Aldo ketemu saya!" seruku yang dibalas anggukan oleh Mas Aldo.

________

Beberapa menit kemudian Mas Aldo datang dengan membawa bungkusan di tanganya.

"Tadi kebetulan ada tukang bubur ayam di depan. Mbak suka kan bubur ayam?"

Ya Allah harum banget bau bubur ini, sudah cukup lama aku tak makan makanan ini, padahal ini adalah makanan kesukaanku. Dulu aku selalu mikir dua kali untuk jajan, sayang uangnya dari pada buat jajan bisa di tabung untuk membayar uang semester Bang Aldo dan setelah berhasil menjadi manager tetap aku juga harus mengikat pinggang demi bayar hutang, meski pada akhirnya hartaku juga habis di sita Bank karena hutang yang kian menggunung.

"Mbak ada saudara di sini?"

Aku menghentikan makanku sesaat dan kemudian menggeleng lemah.

"Terus Mbak mau kemana?" tanya Aldo.

"Aku gak tahu Mas, aku gak punya arah tujuan, pulang ke rumah Bude juga gak mungkin."

Ya, Budeku sudah tak lagi menganggap aku keponakan lagi sejak tanah dan rumah di kampung aku jadikan jaminan pinjam Bank tepatnya Bang Aldi yang memakainya untuk jaminan. Bude tak setuju karena hanya itu peninggalan satu-satunya orang tuaku.

"Bang Aldi lagi perlu Bude," kataku saat itu melalui panggilan telpon. Bude menelpon dan memarahiku sesaat setelah pihak Bank menyita rumah dan tanahku.

"Kamu itu keterlaluan Al, semua keinginan suamimu kamu turuti. Ingat kata-kata Bude Al, suamimu itu hanya memanfaatkan kamu saja, kelak dia sukses kamu pasti dibuang dan ditendang, sudah berapa kali Bude bilang Al, suamimu itu bukan lelaki baik-baik.'

"Tapi Alya cinta Bude," ujarku lirih.

"Mulai sekarang Bude gak akan mau ikut campur lagi masalah kamu Al, Bude capek! Jika kelak terjadi apa-apa, kamu tanggung sendiri Al!"

Aku menarik napas berat mengingat kata-kata Bude waktu itu. Betapa bodohnya aku yang telah dibutakan oleh cinta padahal dari awal Bude sudah tak setuju ketika aku minta izin menikah dengan Bang Aldi. Kata Bude, Aldi itu sepertinya orang terpelajar dan aku hanyalah lulusan SMP, pasti kelak ini akan jadi masalah.

"Mbak!"

Panggilan Aldo yang mungkin sudah keberapa kalinya membuyarkan lamunanku.

"Iya Mas?"

"Mbak tinggal saja di rumah saya sementara waktu, Ibu Saya pasti suka jika ada yang membantu pekerjaan rumahnya, nanti saya gaji."

"Ya Allah, Mas. Terima kasih banyak ya."

Sungguh aku bersyukur ketemu orang sebaik Mas Aldo.

***

Tak terasa sudah beberapa bulan aku bekerja di rumah Mas Aldo. Keluarga Mas Aldo bahkan tak pernah memperlakukan aku sebagai pembantu, malah aku diperlakukan selayaknya keluarga. Terkadang dunia ini memang lucu, pembantu di perlakukan selayaknya keluarga dan keluarga di perlakukan selayaknya pembantu.

"Al, kamu bersihin meja kerja Mas Aldo ya!" seru Bu Retno, Ibu Mas Aldo. Khusus ruangan ini aku memang tak akan masuk kalau gak diperintah.

Saat aku sedang merapikan berkas-berkas Mas Aldo perhatianku tertuju pada sebuah undangan yang sangat mewah dan harum.

Hatiku berdesir lirih saat membaca nama di kertas undangan itu.

Aldi&Alda

Semoga kamu bahagia, Mas, walaupun jujur aku masih tak rela, aku yang bekerja keras tapi orang lain yang memetiknya.

Ingat Mas! Karma itu nyata!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
lah jago juga Aldi bisa bayar uang panaik ngutang barangkali ntar nunggak disita barang agunan tinggal kolor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mantan Istri Yang Kuhina Jadi Nyonya    bab 26

    "kami sudah berusaha sebaik mungkin nyonya, tapi kami tidak tahu kenapa tiba-tiba terjadi trouble dan sekarang tuan Irsyad dalam keadaan koma."Alya diam hanya mulutnya yang menganga tulang-tulangnya terasa lemas bahkan dia terduduk. Seketika dia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan tidak menangis ataupun berteriak, dia hanya diam."Maafkan kami nyonya, kami siap berusaha sebaik mungkin tapi sepertinya takdirku kata lain. Sekarang ini Tuan Irsyad sedang dalam keadaan kritis semoga ada keajaiban," ucap dokter itu . Dia menatap sendut ke arah Alya yang hanya diam dan bersimpuh. Cukup lama wanita itu hanya terdiam dan menatap kosong lurus ke depan. "Nyonya, anda tidak boleh menyerah. Saya yakin Tuan pasti dia akan menyerap itu saja dia pasti akan berjuang untuk Anda apalagi sekarang dalam rahim Anda ada keturunannya," ucap Arya memberikan kekuatan pada Alya."Kenapa Tuhan tidak adil padaku, kenapa di saat aku ingin merasakan kebahagiaan dia justru merenggutnya secara paksa. Kenapa Arya?"

  • Mantan Istri Yang Kuhina Jadi Nyonya    bab 25

    Bab 25 Nina menoleh ke arah sumber suara dengan jantung yang berdetak dengan cepat, walau bagaimanapun dia dokter baru di sini kalau sampai ketahuan dia memiliki niat jahat ini bisa membahayakan karirnya."Iya, dok?"jawab Nina dengan suara yang sedikit gemetar."Tadi anda bilang soal Karma, Siapa yang kena karma?"tanya dokter muda yang berwajah tampan itu. Tatapannya terlihat mengintimidasi. "Enggak, Dok! Saya tadi hanya asal bicara saja," jawab Nina mengelak. "Oh," dokter itu menganggukkan kepalanya. "Saya pikir anda memiliki niat jahat,"ucapnya. "Tentu saja tidak dok, bagaimana mungkin seorang dokter memiliki niat jahat. Bukankah dokter di sumpah untuk menyembuhkan pasiennya. Bukan sebaliknya." Nina menatap dokter muda itu, Dia terlihat tampan dengan iris mata coklat. "Iya itu betul, kita sebagai seorang dokter memang tugas kita adalah untuk berikan pertolongan kepada pasien Bukan sebaliknya. Oh ya. Jadi bagaimana? Apa anda sudah memiliki jadwal untuk mengambil tindakan pada T

  • Mantan Istri Yang Kuhina Jadi Nyonya    bab 24

    Bab 24 KarmaNina yang tadi tersenyum dengan angan-angannya kini mencoba memasang wajah biasa saja, wanita itu pura-pura berpikir agar terlihat lupa. "Irsyad yang mana ya?" tanya Nina. "Tuan Irsyad, kekasih Cik Farah nona," jawab Arya yang seketika membuat hati Nina terasa sakit dan sesak. Terbayang di pelupuk mata bagaimana menderitanya Farah akibat sakit yang dia derita akibat kecelakaan itu yang bahkan untuk sekedar duduk saja Farah harus menahan sakit, tak ada satu detikpun tanpa jeritan Farah waktu itu. Saat akan mandi, di pindahkan posisi bahkan ketika Nina atau yang lainnya mengganti popok, Farah akan menjerit kesakitan. Nina menderita cedera setelah kecelakaan dan Iryad juga tak peduli sama sekali. Semua itu sungguh membuat hati Nina terasa sakit dan sesak, hati kakak mana yang tak hancur melihat hal itu. [U datang saja ke sini, nanti I yang akan bayar semua ongkos you naik taxi] Nina mengamati pesan adiknya waktu itu yang dialamatkan kepada Irsyad, saat ini Farah sedang

  • Mantan Istri Yang Kuhina Jadi Nyonya    bab 23

    Bab 23 Kedatangan NinaNina datang ke Indonesia karena ada urusan pekerjaan, dia sekarang bekerja sebagai dokter ahli bedah dan untuk beberapa waktu dia mendapat kontrak di Indonesia."Selamat datang Cik Nina, semoga betah di sini," sambut karyawan rumah sakit tempat dimana dia akan bertugas Sementara, katanya rumah sakit ini kekurangan tenaga medis dan ada seorang pasien yang berkewarganegaan Malaysia memerlukan bantuannya. Awalnya pihak rumah sakit menawarkan untuk operasi saja ke hospital di Malaysia, tapi pihak pasien menolak dengan alasan istrinya saat ini sedang hamil dan memperlukan kehadirannya. Semua serba dadakan bahkan Nina tak sempat berpikir lagi membuat Nina mau tak mau datang juga ke Indonesia dengan hati yang bertanya-tanya sehebat apa pasiennya ini karena gak mungkin kalau hanya orang biasa ."Mari Cik Nina, kita langsung saja ke ruangan direktur untuk membahas pasiennya," ucap seorang dokter yang menyambut kedatangan Nina."Baiklah, mari!" Nina dibawa ke sebuah ruan

  • Mantan Istri Yang Kuhina Jadi Nyonya    bab 22

    Bab 22Masa Lalu jika tidak diselesaikan akan jadi bumerang dikehidupan mendatang."Tuan tadi Cik Farah, mencari anda," ucap Riyan yang saat itu masih bekerja di Malaysia sebagai TKI dan dia bekerja sebagai sopir pribadi keluarga Irsyad. Orang tua Irsyad adalah pejabat di kerajaan Malaysia.Mendengar nama Farah disebut Irsyad membulatkan matanya segera dia menarik sopir pribadinya itu menjauh, dia seperti takut pembicaraannya didengar orang lain. "Ada apa, aku sudah bilang sama kamu berapa kali ya kamu jangan pernah menyebut nama perempuan itu di rumah ini bisa gawat, ngerti nggak!" teriak Irsyad dalam logat bahasa Melayu. "Maaf Tuan, saya lupa."Irsyad melepaskan pegangan tangannya di kerah baju Ryan."Ada apa, apalagi yang perempuan itu mau?"tanya Irsyad dengan nada sinis."Dia tanya kenapa Tuan tidak datang mengunjunginya padahal sudah satu minggu berlalu dan dia juga sudah pulang dari rumah sakit tapi kenapa Tuan tidak juga melihat keadaannya.""Memangnya kenapa Apa perlu aku me

  • Mantan Istri Yang Kuhina Jadi Nyonya    Bab 21

    Bab 21"ada apa Yan?" tanyaku kepada Ryan sopir pribadiku, hatiki mulai tidak enak melihat wajah pucatnya, berbagai macam pikiran buruk melintas di kepalaku."Tadi waktu ke ruang perawatan untuk merawat Tuan saya melihat Tuan kesakitan, lalu beliau pingsan,"jawab Ryan dengan wajah panik."Ya Tuhan." Aku ingin bangun tetapi buru-buru Rian mencegahku."Jangan nyonya keadaan nyonya masih belum sembuh benar saya takut kalau terjadi apa-apa dengan nyonya." Ryan membujukku, wajah sopirku itu terlihat cemas."Tapi aku ingin melihat keadaan Tuan aku tidak bisa jika aku tidak melihat keadaannya bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya."aku mulai khawatir takut terjadi apa-apa dengan suamiku sekarang aku tidak memiliki siapa-siapa, selain suamiku hanya dia yang aku punya jika nanti terjadi apa-apa dengan Bang Irsyad Lalu bagaimana dengan hidupku kepada siapa lagi aku harus bersandar, aku tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya setelah apa yang terjadi padaku dengan Bang Aldi dulu."Saya tahu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status