Bab7 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi Nyonya
Hobi Bikin Ngeri"Ya dan itu belum termasuk mahar. Alda minta seratus juta untuk mahar dan biaya nikah serta lain-lain kami minta 200 juta jadi total kami minta 500 juta."'lima ratus juta,'Mendengar itu mendadak kepalaku menjadi pusing dan pandanganku berkunang-kunang.'Mahar bikin tepar,'_______"Kok mahal kali biaya nikahnya Dik?" kataku pada Alda saat orang tuanya masuk ke dalam kamar dan tinggal kami di ruangan itu.Tanganku tak ada hentinya memijat pelipis untuk meredakan kepalaku yang pusing berdenyut-denyut seperti di palu mertua. Entah dari mana aku mau dapat uang sebanyak itu sedangkan uang gajiku saja sudah habis buat DP mobil."Hah, mahal? Ada yang minta panaik 500 juta biasa saja di suku kami, orang tuaku cuma minta 200 juta, untunglah kamu," kata Alda ketus.Untung katanya? Remuk iya. Oalah Mak-mak gini amat pingin punya bini cantik."Waktu dulu aku nikahin Alya cuma modal dua juta cukup dek, beliin cincin satu gram sama syukuran orang se RT. Nikah kita ke KUA, gratis gak bayar.""Ya jangan samakan dong aku sama wanita udik itu, jelas kita beda kelas!" seru Alda melotot ke arahku membuat hatiku tiba-tiba ngeri-ngeri sedap."Mak-maksudku bukan gitu lo.""Heh! Al, aku ini cantik, menarik, modis, sexsi, pendidikan aku juga tinggi, ya wajarlah kalau Papa minta panaik tinggi. Beda sama mantan istri kamu yang dekil dan bod*h itu, sekolah aja cuma lulus SMP, miskin pula."Kulirik Alda sekilas, iya sih dia lebih cantik tapi maslahnya, aku harus nyari uang dimana?"Iya sih kamu lebih cantik dari mana-mananya tapi uang sebanyak itu dapat dari mana Dik? Gajiku saja sudah habis buat Dp mobil.""Bodo amatlah! Itu urusan kamu dan awas ya kalau kamu gak nikahin aku! Aku santet pusakamu jadi hilang kek di cerbung-cerbung itu," kata Alda melotot padaku. Mendadak aku ngeri membayangkanya."Memang ada santet begituan?" tanyaku dengan suara sedikit gemetar."Ya adalah, di kalimantan banyak dukun sakti dan kenalanku di sini banyak orang kalimantan."Aku menelan ludahku yang terasa kering, ngeri juga kalau aku di santet begituan sama Alda. Aku masih ingat Alda pernah cerita tentang cerbung yang dia baca di sebuah platform tentang seorang wanita yang menyantet suaminya hingga pusakanya selalu mengekret jika di pakai ber aye-aye sama wanita lain. Sungguh aku begidik ngeri membayangkannya.***Beberapa minggu kemudian.Pernikahanku dengan Alda akhirnya terlaksana juga walaupun aku harus mengorbankan sertifikat rumah, mobil dan juga hutang uang ke perusahaan untuk bayar uang mahar dan panaik serta biaya nikahan. Tak apa ku korbankan semua itu dari pada pusakaku di santet Alda.Aku berdiri bak raja dan ratu di istana yang megah, semua mata memandang kagum ke arah kami. Berbagai pujian dilontarkan pada kami."Wah Bro, selamat ya." kata temanku. Untung aku bisa ngeles ke mereka kalau selama ini kami belum sempat adakan resepsi karena mereka tahunya Alda adalah istriku sejak sebelum pesta ini berlangsung. Untung pula aku mengaku kalau pernikahanku dengan Alda belum satu tahun."Selamat ya Aldi, semoga bahagia dengan istrimu. Semoga apa yang kamu dapat ini sebanding dengan yang kamu buang, hingga nanti kamu gak menyesal telah membuang sebongkah berlian," bisik Aldo. Aku mengernyitkan alisku tak mengerti dengan ucapan Aldo. Namun, belum sempat ku tanya Aldo sudah keburu berlalu dan tamu lain sudah menyalamiku.***Beberapa hari kemudian."Lo Dik, sarapanya mana?" tanyaku saat melihat meja makan kosong mlompong tiada apapun makanan di atasnya. Padahal dulu waktu bersama Alya, tiap bangun semua sudah siap diatas meja."Ya gak adalah, pembantu kamu gak ada," jawab Alda cuek."Kan memang kita gak ada pembantu Dik, ya kamulah yang masak," ujarku lembut."Enak aja, bisa rusak dong kuku mahalku. Belum nanti bau asap, bau bawang lagi.""La terus ini gimana Dik?""Ya carilah pembantu!" seru Alda ketus."Iya tapi kan sekarang belum ada Dik, kamu buatinlah aku sarapan," ujarku lembut sambil nyengir."Gak mau!" ujar Alda ketus membuatku menghela napas berat. Ingin marah tapi ku tahan. Coba kalau Alya dulu yang begini sudah kumaki dia."Ya sudah aku makan di kantin saja," kataku sambil mengulurkan tangan bermaksud agar Alda mencium punggung tanganku selayaknya suami istri. Namun, lama aku mengulurkan tangan, Alda tetap masa bodoh."Ehm, ehm," aku berdehem. Tanganku masih terulur dan berharap Alda mau menyambutnya."Apaan?!" sinis Alda."Aku mau kerja, kamu gak mau nyium tanganku?"_______Di kantor tempatku bekerja"Wih pengantin baru," goda temanku."Gak baru Bro, kan aku udah nikah lama," jawabku berbohong."Ouh iya lupa, tapi tetap ada malam pertama kan? Malam pertama setelah resepsi maksudnya?""Ada dong," jawabku membusungkan dada."Aldi, datang keruanganku sekarang!" ujar Aldo tiba-tiba membuyarkan candaan kami. Entah kenapa sikap Aldo akhir-akhir ini berubah padaku, apalagi setelah aku menikah dengan Alda.Apa mungkin Aldo dulunya menaruh hati pada Alda saat aku sering mengajak Alda ke pesta jadi dia patah hati saat Alda memilihku?Beberapa menit kemudian aku sudah ada di ruangan Aldo."Iya Al?""Saya rasa kamu cukup paham sekarang ini posisi kita di mana, apa perlu saya ingatkan?" ujar Aldo tegas padaku.'Ck sombong!' batinku."Eh iya Pak, maaf.""Kinerja Anda sekarang ini menurun drastis, saya harap Anda bisa segera memperbaikinya. Di luar sana masih banyak yang mengantri jabatan Anda."GlekAku menelan ludah mendengar ucapan Aldo, ancamankah ini?Aku akui akhir-akhir ini aku memang kurang maksimal dalam bekerja, aku sibuk melayani Alda sampai lupa kerja."Anda mengerti kan maksud saya?" ujar Aldi menatap tajam padaku."Iya Pak, saya paham."Sejak saat itu aku mulai konsentrasi penuh kembali ke kerjaku, aku juga sudah mengambil pembantu untuk membantu kerja Alda. Mungkin memang beginilah resiko punya bini cantik.***Beberapa hari kemudian."Paket."Aku yang sedang duduk santai di teras segera melongokkan kepala melihat ke arah pintu pagar. Tampak pemuda tanggung yang dari pakaianya adalah pengantar paket berada di balik pintu pagar."Dik, paket kamu itu," teriakku. Selama tiga jam aku di sini sudah tiga petugas yang mengantar paket kemari.SedetikDua detikAlda tak muncul. Akupun dengan malas bangkit dan menemui pengantar paket itu."COD ya Pak," kata pemuda itu."Iya Mas berapa ya?""Sepuluh juta Pak .""Hah!"Mendengar nominal itu aku melongo. Gila sepuluh juta sekali paket apa kabar kalau sampai dua atau tiga paket?"Mau bayar kes atau tranfer Pak?" tanya tukang paket itu."Transfer saja Mas."Ku keluarkan ponselku dan menuju aplikasi M-Banking untuk transfer."Makasih Pak," kata pemuda itu kemudian melangkah pergi.Mendadak aku ingin melihat saldoku, aku was-was karena Alda kemarin sempat memakai kartu ATM ini untuk belanja."Alda!" teriakku begitu note M-banking masuk."Ada apa sih Mas?" ujar Alda."Kamu kemanakan uangku, kemarin saldoku masih 60 juta tadi aku buat bayarin belanja kamu 10 juta. Kenapa saldoku tinggal 70 ribu?" tanyaku sambil melotot ke arah Alda."Ya aku pakailah," jawab Alda jutek."Aku sudah kasih kamu separoh gajiku, masak kurang?" kataku geram."Ya kuranglah, kamu kan tahu aku hoby belanja dari dulu, kamu juga bilang kan gak keberatan dengan hoby belanjaku.""Ya tapi kira-kira dong Dik, masa gajiku dua bulan kamu habiskan, habis ini kita mau makan apa kalau begini?" kataku frustasi."Bodo amat, dan ingat ya jangan coba-coba menentang hobyku!" seru Alda mengingatkan.'Ya Tuhan, Hobby bikin ngeri,'"Mas!"Teriak Alda sebelum dunia kurasa berputar dan semua menjadi gelap."kami sudah berusaha sebaik mungkin nyonya, tapi kami tidak tahu kenapa tiba-tiba terjadi trouble dan sekarang tuan Irsyad dalam keadaan koma."Alya diam hanya mulutnya yang menganga tulang-tulangnya terasa lemas bahkan dia terduduk. Seketika dia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan tidak menangis ataupun berteriak, dia hanya diam."Maafkan kami nyonya, kami siap berusaha sebaik mungkin tapi sepertinya takdirku kata lain. Sekarang ini Tuan Irsyad sedang dalam keadaan kritis semoga ada keajaiban," ucap dokter itu . Dia menatap sendut ke arah Alya yang hanya diam dan bersimpuh. Cukup lama wanita itu hanya terdiam dan menatap kosong lurus ke depan. "Nyonya, anda tidak boleh menyerah. Saya yakin Tuan pasti dia akan menyerap itu saja dia pasti akan berjuang untuk Anda apalagi sekarang dalam rahim Anda ada keturunannya," ucap Arya memberikan kekuatan pada Alya."Kenapa Tuhan tidak adil padaku, kenapa di saat aku ingin merasakan kebahagiaan dia justru merenggutnya secara paksa. Kenapa Arya?"
Bab 25 Nina menoleh ke arah sumber suara dengan jantung yang berdetak dengan cepat, walau bagaimanapun dia dokter baru di sini kalau sampai ketahuan dia memiliki niat jahat ini bisa membahayakan karirnya."Iya, dok?"jawab Nina dengan suara yang sedikit gemetar."Tadi anda bilang soal Karma, Siapa yang kena karma?"tanya dokter muda yang berwajah tampan itu. Tatapannya terlihat mengintimidasi. "Enggak, Dok! Saya tadi hanya asal bicara saja," jawab Nina mengelak. "Oh," dokter itu menganggukkan kepalanya. "Saya pikir anda memiliki niat jahat,"ucapnya. "Tentu saja tidak dok, bagaimana mungkin seorang dokter memiliki niat jahat. Bukankah dokter di sumpah untuk menyembuhkan pasiennya. Bukan sebaliknya." Nina menatap dokter muda itu, Dia terlihat tampan dengan iris mata coklat. "Iya itu betul, kita sebagai seorang dokter memang tugas kita adalah untuk berikan pertolongan kepada pasien Bukan sebaliknya. Oh ya. Jadi bagaimana? Apa anda sudah memiliki jadwal untuk mengambil tindakan pada T
Bab 24 KarmaNina yang tadi tersenyum dengan angan-angannya kini mencoba memasang wajah biasa saja, wanita itu pura-pura berpikir agar terlihat lupa. "Irsyad yang mana ya?" tanya Nina. "Tuan Irsyad, kekasih Cik Farah nona," jawab Arya yang seketika membuat hati Nina terasa sakit dan sesak. Terbayang di pelupuk mata bagaimana menderitanya Farah akibat sakit yang dia derita akibat kecelakaan itu yang bahkan untuk sekedar duduk saja Farah harus menahan sakit, tak ada satu detikpun tanpa jeritan Farah waktu itu. Saat akan mandi, di pindahkan posisi bahkan ketika Nina atau yang lainnya mengganti popok, Farah akan menjerit kesakitan. Nina menderita cedera setelah kecelakaan dan Iryad juga tak peduli sama sekali. Semua itu sungguh membuat hati Nina terasa sakit dan sesak, hati kakak mana yang tak hancur melihat hal itu. [U datang saja ke sini, nanti I yang akan bayar semua ongkos you naik taxi] Nina mengamati pesan adiknya waktu itu yang dialamatkan kepada Irsyad, saat ini Farah sedang
Bab 23 Kedatangan NinaNina datang ke Indonesia karena ada urusan pekerjaan, dia sekarang bekerja sebagai dokter ahli bedah dan untuk beberapa waktu dia mendapat kontrak di Indonesia."Selamat datang Cik Nina, semoga betah di sini," sambut karyawan rumah sakit tempat dimana dia akan bertugas Sementara, katanya rumah sakit ini kekurangan tenaga medis dan ada seorang pasien yang berkewarganegaan Malaysia memerlukan bantuannya. Awalnya pihak rumah sakit menawarkan untuk operasi saja ke hospital di Malaysia, tapi pihak pasien menolak dengan alasan istrinya saat ini sedang hamil dan memperlukan kehadirannya. Semua serba dadakan bahkan Nina tak sempat berpikir lagi membuat Nina mau tak mau datang juga ke Indonesia dengan hati yang bertanya-tanya sehebat apa pasiennya ini karena gak mungkin kalau hanya orang biasa ."Mari Cik Nina, kita langsung saja ke ruangan direktur untuk membahas pasiennya," ucap seorang dokter yang menyambut kedatangan Nina."Baiklah, mari!" Nina dibawa ke sebuah ruan
Bab 22Masa Lalu jika tidak diselesaikan akan jadi bumerang dikehidupan mendatang."Tuan tadi Cik Farah, mencari anda," ucap Riyan yang saat itu masih bekerja di Malaysia sebagai TKI dan dia bekerja sebagai sopir pribadi keluarga Irsyad. Orang tua Irsyad adalah pejabat di kerajaan Malaysia.Mendengar nama Farah disebut Irsyad membulatkan matanya segera dia menarik sopir pribadinya itu menjauh, dia seperti takut pembicaraannya didengar orang lain. "Ada apa, aku sudah bilang sama kamu berapa kali ya kamu jangan pernah menyebut nama perempuan itu di rumah ini bisa gawat, ngerti nggak!" teriak Irsyad dalam logat bahasa Melayu. "Maaf Tuan, saya lupa."Irsyad melepaskan pegangan tangannya di kerah baju Ryan."Ada apa, apalagi yang perempuan itu mau?"tanya Irsyad dengan nada sinis."Dia tanya kenapa Tuan tidak datang mengunjunginya padahal sudah satu minggu berlalu dan dia juga sudah pulang dari rumah sakit tapi kenapa Tuan tidak juga melihat keadaannya.""Memangnya kenapa Apa perlu aku me
Bab 21"ada apa Yan?" tanyaku kepada Ryan sopir pribadiku, hatiki mulai tidak enak melihat wajah pucatnya, berbagai macam pikiran buruk melintas di kepalaku."Tadi waktu ke ruang perawatan untuk merawat Tuan saya melihat Tuan kesakitan, lalu beliau pingsan,"jawab Ryan dengan wajah panik."Ya Tuhan." Aku ingin bangun tetapi buru-buru Rian mencegahku."Jangan nyonya keadaan nyonya masih belum sembuh benar saya takut kalau terjadi apa-apa dengan nyonya." Ryan membujukku, wajah sopirku itu terlihat cemas."Tapi aku ingin melihat keadaan Tuan aku tidak bisa jika aku tidak melihat keadaannya bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya."aku mulai khawatir takut terjadi apa-apa dengan suamiku sekarang aku tidak memiliki siapa-siapa, selain suamiku hanya dia yang aku punya jika nanti terjadi apa-apa dengan Bang Irsyad Lalu bagaimana dengan hidupku kepada siapa lagi aku harus bersandar, aku tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya setelah apa yang terjadi padaku dengan Bang Aldi dulu."Saya tahu