Share

Satu Rumah Dengan Pelakor

Author: Rasyidfatir
last update Last Updated: 2025-06-25 17:11:50

"Ini apa-apaan, Mas!"

"Kenapa kau bawa perempuan ini ke rumah kita!" Adelia tidak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya.

"Ya, daripada aku bolak-balik ke apartemennya. Lebih bagus kan, jika wanitaku tinggal bersama," kata Adrian tanpa dosa.

"Kamu sudah gila, Mas!"

"Usir perempuan ini!"

"Aku tidak mau tinggal bersama wanita jalang ini!" tolak Adelia. Ia berusaha menutup pintu. Tapi Adrian menahan pintunya.

"Kau berani menghalangiku!" Adrian mendorong pintu itu hingga Adelia jatuh tersungkur.

"Kau siapkan kamar untuknya," perintah Adrian. Ia berjalan melewati Adelia yang masih duduk di lantai karena jatuh. Sedangkan wanita itu menatapnya penuh cibiran.

Adelia tidak bisa membendung tangisnya, ia menangis lagi. Adrian telah bersikap zalim terhadapnya. Suaminya bersikap keterlaluan. Mbok Darsih membantu Adelia berdiri.

"Sudah, Non harus kuat melewati semua ini," kata Mbok Darsih.

Adelia masih saja menangis, ia berjalan memasuki kamarnya. Lagi-lagi matanya di hadapkan pada sesuatu yang memuakkan. Adrian tengah berpagutan dengan Salsa. Dan posisi mereka sungguh menjijikkan.

"Mas, ini kamarku! Berani sekali kalian melakukannya di sini. Ini kamar pernikahan kita, Mas," kata Adelia.

"Lalu kenapa, dia juga sebentar lagi jadi istriku," kata Adrian santai melepaskan pagutannya pada bibir Salsa. Sementara Salsa masih saja nangkring di atas paha Adrian tanpa rasa malu sedikitpun.

"Mas, kamu benar-benar tidak punya perasaan. Kamu tidak menghargai pernikahan kita." Adelia mencoba mendorong tubuh Adrian, tapi lelaki itu mencekalnya.

"Jangan sekali-kali berani menyentuhku. Ingat, aku sudah memberimu waktu. Tapi kau tidak tahu diri, kau tidak bisa memberikanku anak. Jadi, jangan salahkan aku jika menikahi wanita lain!" sentak Adrian.

Salsa melingkarkan kedua tangannya di leher Adrian. Ia memamerkan ciuman panasnya pada Adelia. Bahkan mereka beradu lidah seperti tidak ada orang yang melihatnya.

"Awwh, sayang. Kau mau kita main yang lebih panas lagi," tawar Salsa.

"Boleh, tapi sebaiknya aku usir dulu perempuan ini dari kamar kita," ucap Adrian.

"Kamar kita! Ini kamarku mas!" bantah Adelia. Ia langsung menarik rambut Salsa dari belakang.

"Awwh, mas tolong!" rintih Salsa.

"Rasakan, ini pelajaran karena kamu telah berani merebut suami orang," kata Adelia penuh amarah.

"Singkirkan tanganmu Adelia! Atau kita bercerai sekarang biar orang tuamu terkena serangan jantung!" ancam Adrian.

Tangan Adelia gemetar, ia benci dengan Salsa. Ingin sekali membunuh wanita itu kalau dia sendiri tidak ingat iman. Selalu saja penyakit jantung ayahnya menjadi alasan Adrian menekannya.

Menurut keterangan dokter waktu itu yang memeriksa ayahnya mengatakan jika sampai ada serangan ketiga. Maka kondisi ayahnya tidak akan terselamatkan.

"Bagaimana, kau mau ku telepon ayahmu sekarang. Dan kurasa malaikat maut sudah berdiri di sampingnya," kata Adrian terkekeh.

Air mata Adelia turun semakin deras, terpaksa ia melepaskan tangannya.

"Ingat mas, setiap tindakan ada karmanya. Saat ini kau menyakiti hatiku, Mas. Dan Allah tidak akan tinggal diam melihat hati hambanya di sakiti," ucap Adelia menunjuk pada Adrian di iringi dengan tangis airmata.

"Kalau ingin ceramah di masjid saja, sana. Kau pikir aku takut dengan ancamanmu, hah!" ejek Adrian.

Dengan berat hati Adelia melangkahkan kakinya keluar. Hatinya makin teriris manakala telinganya yang tak mampu berbohong memperdengarkan desahan-desahan suara kedua pasangan haram itu.

Adelia pindah ke kamar bawah, kamar itu biasanya di gunakan untuk tamu. Ukurannya lebih kecil dari kamar yang biasa ia tempati. Hari ini hari terburuknya. Adelia menyaksikan kelakuan bejat suaminya di depan matanya sendiri.

"Ya, Allah ampunilah aku karena membenci suamiku sendiri."

"Hatiku, begitu sakit ya Allah," ucap Adelia lirih. Ia menyeka air matanya, pandangan matanya tertuju pada ponselnya yang sejak tadi bergetar.

Adelia kaget banyak sekali telepon masuk yang tidak di angkatnya. Ia baru ingat jika ia sudah mengubah pengaturannya menjadi senyap tak bersuara. Pantas saja dia tidak tahu ada telepon yang masuk.

"Mbak, segera datang ke sini. Kita ada orderan banyak banget menjelang lebaran," pesan dari asistennya di ponsel.

Buru-buru Adelia menyeka air matanya. Ada sedikit semangat di hatinya. Usaha yang telah ia rintis pelan-pelan menunjukkan hasil. Setidaknya hal ini bisa mengobati rasa kecewanya pada Adrian.

"Kartika, Mbak akan datang sekarang," balas Adelia.

Adelia buru-buru keluar dari rumah neraka itu. Ia tidak minta ijin pada Adrian terlebih dahulu. Untuk apa, lelaki itu pasti sedang bercinta dengan sekretaris jalangnya.

Untung saja taksi online yang di pesan Adelia sudah datang. Jadi, ia tidak perlu menunggu terlalu lama di depan pagar rumahnya.

Sesampainya di gudang, Adelia melihat beberapa karyawannya sedang sibuk packing barang. Seorang wanita muda menghampiri dirinya. Dialah Kartika, asisten sekaligus teman kuliah Adelia yang selama ini membantu usahanya.

"Bagaimana? Apakah stok barang kita mencukupi?" tanya Adelia.

"Alhamdulillah, masih lebih dari cukup. Kita hanya perlu mengirimkannya sesegera mungkin agar tidak overload pengiriman. Karena sebentar lagi lebaran, pasti mereka ingin segera memakai kosmetiknya untuk mempercantik diri," ucap Kartika.

"Kamu benar, kalau begitu tunggu apalagi. Ayo kerja," kata Adelia.

Kartika mengangguk pasti, ia lalu bergabung dengan karyawan lainnya. Tentu saja memberi semangat agar pekerjaan mereka cepat selesai. Menjelang lebaran orderan membludak, tentu saja karyawannya akan mendapat THR yang lumayan.

Selama ini Adelia tidak pelit pada karyawannya. Ia selalu memberikan bonus jika ada peningkatan pendapatan. Tentu saja hal itu membuat karyawannya betah bekerja dengannya.

"Sebenarnya kita perlu tempat yang lebih besar lagi. Karena makin lama pesanan kita makin banyak, membutuhkan ruang yang lebih luas lagi," ujar Kartika.

"Aku juga sudah berpikir sampai kesana. Hanya saja tabunganku belum cukup, jadi bersabarlah dulu. Aku tidak mau karena tergesa-gesa kita jadi terlilit hutang," kata Adelia.

"Iya, semua memang perlu di perhitungkan dengan cermat. Apalagi perusahaan ini terbilang masih muda," imbuh Kartika.

"Terima kasih, kau sudah membantuku cukup banyak. Tanpamu mungkin aku tidak bisa mengatasi semua ini," kata Adelia.

"Aku senang melakukannya. Lagipula kau juga cerdas dan berbakat jadi pebisnis. Apa kau akan terus menyembunyikan ini dari suamimu?" tanya Kartika.

Membahas tentang Adrian wajah Adelia berubah muram dan sedih. Ia muak mendengar orang lain menanyakannya. Lelaki itu sudah sangat menyakitinya.

"Tidak perlu, dia tidak perlu tahu usahaku. Lagi pula untuk apa, aku pasti akan di marahinya. Aku juga tidak mau dia mengekangku ini itu, ujar Adelia.

"Baiklah, itu hakmu tidak mengatakannya. Tapi, ada yang ingin aku tahu darimu," ucap Kartika. Wanita itu mengamati wajah Adelia yang tidak seperti biasanya.

"Kau yakin tidak ada yang ingin kau bicarakan denganku mengenai Adrian?" tanya Kartika.

Adelia menggeleng. Ia sudah sangat sesak jika mendengar sesuatu tentang pria itu. "Kalau begitu, ikut denganku," ajak Kartika menarik tangan Adelia masuk ke dalam ruangannya.

"Ada apa kau menarikku kesini?" tanya Adelia. Kartika menutup pintu ruangannya rapat, membuat Adelia makin curiga. Ia menatap Kartika dengan penuh tanda tanya, merasa tak nyaman dengan situasi tiba-tiba ini.

"Kau tidak ingin tahu seperti apa suamimu di luar sana?" tanya Kartika dengan nada datar tapi tajam, seolah menyimpan bara di balik tiap katanya.

Jantung Adelia mencelos. Kalimat itu menghantam keras ke relung hatinya, membuat tubuhnya seketika membeku. Matanya menatap Kartika tanpa berkedip, mencoba membaca maksud di balik ucapan itu.

"Tidak, aku tidak ingin tahu," jawab Adelia datar memendam lukanya.

---Bersambung---

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mantan Istri yang Kuselingkuhi Dimanja Bos Tajir   Ending

    "Adelia," panggil Arga.Perempuan cantik yang tengah menggendong putranya itu menoleh ke belakang memutar tubuhnya yang ramping hingga berhadapan dengan Arga. Arga mendekat, ia menyerahkan sepucuk kertas hasil tes DNA pada Adelia.Tangan Adelia gemetaran menerimanya, perlahan ia membuka kertas hasil tes DNA itu. Ia baca dengan hati-hati dan tak terlewat sedikitpun, air matanya lolos seketika."I ... ini benar kan, hasilnya positif. Aku tidak mimpi kan?" tanya Adelia sembari menangis.Tuan Dwinata yang ikut hadir di sana menyaksikan pertemuan mereka berdua ikut terharu di buatnya."Benar Adelia, dia memang suamimu, putraku dan juga papanya Langit.""Arga masih hidup, Adelia. Seperti keyakinanmu dulu yang tidak kami percayai."Tuan Dwinata ikut menangis haru, Arga langsung memeluk istrinya dan putranya. Tuan Dwinata melipir keluar pergi diam-diam memberi ruang dan waktu pada mereka."Mas... aku masih tidak percaya kamu masih hidup. Tolong jangan tinggalin aku lagi," isak Adelia.Arga me

  • Mantan Istri yang Kuselingkuhi Dimanja Bos Tajir   Tes DNA

    "Maaf, aku terpaksa mengambil sedikit rambut putra kita untuk tes DNA," kata Arga.Adelia mengangguk setuju, ia juga penasaran apakah pria yang berdiri di depannya itu benar-benar suaminya atau bukan.Setelah mengambil sedikit potongan rambut Langit, Arga berpamitan pergi. Hati Adelia bergetar hebat menatap punggung pria yang mirip dengan suaminya. Ia berharap besar kalau pria itu memang benar suaminya. Meski ia tidak menunjukkannya pada Frans, namun di hati kecil Adelia sangat butuh kehadiran Arga.Di rumah sakit, Cika kelimpungan setengah mati karena tidak menemukan Frans di ruang perawatannya. Ia kemudian menanyakan keberadaan Frans pada perawat."Maaf, pasien yang biasanya di sini kok tidak ada? Apa sudah pulang?" tanya Cika."Harusnya belum, sebentar akan saya bantu mengecek," kata perawat. Di cari dimana-mana Frans tidak ada."Maaf, atas kelalaian kami. Pasien waktu itu masih dalam keadaan koma waktu kami tinggalkan. Jadi, kami tidak kepikiran kalau pasien akan meninggalkan ruma

  • Mantan Istri yang Kuselingkuhi Dimanja Bos Tajir   Pertemuan Mengharukan

    Damian merasa kasihan melihat keadaan Frans yang terbaring lemah tak berdaya. Ia merasa Frans selalu saja mendapatkan musibah."Maaf, saya datang untuk memeriksa kondisi pasien," ucap Dokter yang tiba-tiba muncul dari balik pintu."Siapa Anda?" tanya Dokter."Oh, dia karyawan saya," jawab Damian."Terus, Nona tadi yang bersamanya?" tanya Dokter."Maaf, kalau saya bertanya terus. Saya hanya ingin tahu siapa yanh akan menanggung pembayarannya nanti," terang Dokter."Tenang saja, saya yang akan menanggung semua biaya perawatannya. Gadis yang Anda maksud adalah putri saya. Mereka mengalami musibah, ada penjahat yang menyerang terus pria ini menolong putri saya," ujar Damian."Kasihan sekali, untung saja fisik orang ini kuat. Kemungkinan komanya tidak akan lama, berdoa saja semua akan baik-baik saja," kata Dokter."Ya, semoga saja."Dokter itu telah selesai memeriksa, ia kemudian pamit keluar. Sementara Damian masih saja berdiri memandangi Frans yang tertidur di brankarnya."Aku tidak tahu

  • Mantan Istri yang Kuselingkuhi Dimanja Bos Tajir   Gara-Gara Di Pukul

    Asisten pribadi Tuan Dwinata kaget bukan main bertemu dengan Frans. Sosok yang sama dengan putra tuannya. Tubuhnya bergetar hebat, kakinya melangkah mundur ke belakang sampai membuat vas bunga yang di taruh di atas meja jatuh berantakan.Prang!Gendis maju ke depan, mau membereskan pecahan gelasnya. Namun di cegah Frans, dengan memberikan isyarat gerakan tangan."Ma ... maaf, Anda siapa?" tanya Asisten Dwinata gugup. Ia seolah melihat mayat hidup kembali."Perkenalkan, saya Frans utusan dari Tuan Damian." Frans mengulurkan tangannya. Asisten itu melirik tangan Frans sesaat lalu menatapnta dari atas hingga ke bawah."Tuan Arga, ini benar Anda?" tanya asisten."Maaf, Anda keliru. Nama saya Frans, bukan Arga," jelas Frans."Anda masih hidup? Atau kah saya tengah bermimpi?" Asisten Dwinata itu yang bernama Roy menampar pipinya sendiri. Hal itu malahan membuat Gendis tertawa."Tuan ini aneh, masa menampar diri sendiri," gumam Gendis."Aduh, sakit juga. Berarti ini tidak mimpi."Roy mengita

  • Mantan Istri yang Kuselingkuhi Dimanja Bos Tajir   Keputusan Menyelidiki

    Asisten pribadi Tuan Dwinata kaget bukan main bertemu dengan Frans. Sosok yang sama dengan putra tuannya. Tubuhnya bergetar hebat, kakinya melangkah mundur ke belakang sampai membuat vas bunga yang di taruh di atas meja jatuh berantakan.Prang!Gendis maju ke depan, mau membereskan pecahan gelasnya. Namun di cegah Frans, dengan memberikan isyarat gerakan tangan."Ma ... maaf, Anda siapa?" tanya Asisten Dwinata gugup. Ia seolah melihat mayat hidup kembali."Perkenalkan, saya Frans utusan dari Tuan Damian." Frans mengulurkan tangannya. Asisten itu melirik tangan Frans sesaat lalu menatapnta dari atas hingga ke bawah."Tuan Arga, ini benar Anda?" tanya asisten."Maaf, Anda keliru. Nama saya Frans, bukan Arga," jelas Frans."Anda masih hidup? Atau kah saya tengah bermimpi?" Asisten Dwinata itu yang bernama Roy menampar pipinya sendiri. Hal itu malahan membuat Gendis tertawa."Tuan ini aneh, masa menampar diri sendiri," gumam Gendis."Aduh, sakit juga. Berarti ini tidak mimpi."Roy mengita

  • Mantan Istri yang Kuselingkuhi Dimanja Bos Tajir   Putraku Masih Hidup

    Asisten pribadi Tuan Dwinata kaget bukan main bertemu dengan Frans. Sosok yang sama dengan putra tuannya. Tubuhnya bergetar hebat, kakinya melangkah mundur ke belakang sampai membuat vas bunga yang di taruh di atas meja jatuh berantakan.Prang!Gendis maju ke depan, mau membereskan pecahan gelasnya. Namun di cegah Frans, dengan memberikan isyarat gerakan tangan."Ma ... maaf, Anda siapa?" tanya Asisten Dwinata gugup. Ia seolah melihat mayat hidup kembali."Perkenalkan, saya Frans utusan dari Tuan Damian." Frans mengulurkan tangannya. Asisten itu melirik tangan Frans sesaat lalu menatapnta dari atas hingga ke bawah."Tuan Arga, ini benar Anda?" tanya asisten."Maaf, Anda keliru. Nama saya Frans, bukan Arga," jelas Frans."Anda masih hidup? Atau kah saya tengah bermimpi?" Asisten Dwinata itu yang bernama Roy menampar pipinya sendiri. Hal itu malahan membuat Gendis tertawa."Tuan ini aneh, masa menampar diri sendiri," gumam Gendis."Aduh, sakit juga. Berarti ini tidak mimpi."Roy mengita

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status