Share

Mantan Kekasihku Menjadi Bosku
Mantan Kekasihku Menjadi Bosku
Author: Jiriana

Bab 1 Mengakhiri Hubungan

"Nin, tunggu!"

Billy mencengkram tangan Nindy ketika kekasihnya itu terus berjalan tanpa memperdulikan panggilan darinya.

"Lepas!" Nindy menghempaskan tangan Billy dengan kuat dengan mata yang menyala.

Billy nampak terkejut melihat reaksi berlebih yang ditunjukkan oleh Nindy, terlebih saat melihat raut wajah dingin kekasihnya. Dia sempat tertegun, sebelum akhirnya menunduk dan menatap dengan heran ke arah gadis yang berstatus sebagai kekasihnya itu.

"Kenapa beberapa hari ini kamu menghindar dan gak pernah ngerespon pesan dan panggilan dari aku?"

Nindy yang sejak tadi memalingkan wajahnya ke samping, akhirnya beralih menatap Billy dengan sorot mata dinginnya. "Bukannya kamu duluan yang menghindari aku sebelumnya?"

Kamu?

Billy mengerutkan keningnya.

Nindy tidak pernah sekali pun memanggilnya dengan kata itu. Biasanya, dia akan memanggilnya dengan sebutan 'Kakak' atau 'Kak' padanya.

"Aku gak bermaksud menghindari kamu. Aku cuma lagi ada masalah aja waktu itu," terang Billy lembut. "Aku bakal jelasin sama kamu, tapi gak di sini. Ikut aku ke apartemen, ya? Aku jelasin semuanya di sana," bujuk Billy dengan lembut.

"Aku gak mau dengar penjelasan apa pun dari kamu," tolak Nindy dengan tegas.

Billy menautkan kedua alisnya melihat sikap aneh Nindy. Ini pertama kalinya, melihat kekasihnya itu marah dan bersikap ketus padanya.

"Nin, ada apa sebenarnya?" Billy masih berusaha bersikap lembut, meskipun kekasihnya itu bersikap ketus padanya.

"Aku mau kita putus," ucap Nindy spontan.

Netra Billy melebar setelah mendengar itu. "Kenapa tiba-tiba minta putus?"

Melihat Nindy bungkam, Billy semakin membungkuk, memegang kedua bahu Nindy dengan lembut, lalu berkata, "Aku minta maaf kalau selama beberapa hari ini kamu merasa diabaikan. Aku cuma butuh waktu sendiri. Aku janji bakal lebih merhatiin kamu mulai sekarang. Jangan pernah bilang putus lagi, aku gak suka dengernya."

Nindy mendesis dengan wajah mencibir setelah mendengar ucapan Billy. Dia menunduk sejenak dengan senyuman mengejek, lalu mengangkat kepalanya setelah menghilangkan senyuman di wajahnya.

"Jangan pura-pura lagi. Aku sudah tahu semuanya Bill. Kamu sebenarnya udah gak sabar lepas dari aku, kan?"

Billy tiba-tiba mengernyit. "Apa maksud kamu? Memangnya, apa yang kamu tahu?"

Nindy kembali mendesis dengan senyuman miring ketika melihat wajah bingung Billy. Entah dia berpura-pura tidak tahu atau dia memang tidak tahu maksud dari perkataannya.

"Aku tahu rahasia yang selama ini kamu sembunyikan dari aku."

Billy kembali mengernyit. "Rahasia apa maksud kamu? Tolong jelasin sama aku. Aku gak ngerti maksud perkataan kamu, Nin."

"Billy, sejak awal, seharusnya aku gak nerima kamu. Aku memang bodoh karena bisa tertipu sama sikap manis kamu."

Sorot mata Billy menjadi dingin seketika. "Aku gak pernah nipu kamu."

"Penjelasan kamu udah gak penting lagi buat aku. Sekarang, aku cuma mau kita putus."

Billy mengertakkan giginya usai mendengar itu. Bahkan sorot matanya berubah menjadi tajam. "Tidak semudah itu kamu bisa putus dari aku. Beritahu aku dulu alasan kami ingin mengakhiri hubungan kita."

Karena Billy terus mendesaknya, Nindy pun akhirnya menjadi semakin kesal. "Billy, bukannya kamu yang udah gak sabar putus sama aku? Kenapa sekarang kamu gak mau ngelepasin aku?"

"Aku gak pernah bilang kayak gitu. Jangan cari-cari alasan untuk putus dari aku, Nin."

Ingin sekali Nindy berteriak dan menampar Billy untuk meluapkan kemarahannya saat ini. Namun, sekuat tenaga dia tahan karena tidak ingin membuat keributan di tempat umum.

"Kalau aku punya salah, tolong jelasin di mana letak kesalahan aku biar aku bisa perbaiki. Jangan langsung minta putus begini, Nin," ucap Billy lembut. Sejak tadi dia masih berusaha keras untuk menahan dirinya agar emosinya tidak terpancing.

"Kamu gak salah apa-apa. Aku yang salah. gak seharusnya aku percaya sama kamu."

Dia memang bodoh karena mengira kalau Billy mencintainya. Dia pikir sikap lembut Billy selama ini karena dia memang mencintainya, ternyata itu hanya sandiwara saja.

"Sayang, ada apa sebenarnya? Jangan bikin aku bingung."

Menghilang beberapa hari, tidak merespon semua pesan serta telponnya, dan sekarang tiba-tiba ingin mengakhiri hubungan mereka secara sepihak, tentu saja Billy merasa ada yang aneh dan janggal pada kekasihnya.

"Gak ada apa-apa." Tidak sanggup bertatapan lebih lama dengan iris coklat Billy, Nindy akhirnya memalingkan wajahnya ke kiri. "Aku cuma ngerasa bosan sama kamu. Aku udah gak cinta lagi sama kamu."

Rahang Billy seketika mengetat setelah mendengar itu. Dia memicingkan mata, lalu berkata penuh penekanan, "Apa udah ada orang lain di hati kamu, makanya kamu tiba-tiba minta putus?"

"Gak ada."

Setelah mendengar sanggahan Nindy, Billy merasa kalau sikap Nindy semakin tidak wajar. Belakangan ini, mereka tidak pernah berselisih ataupun bertengkar. Nindy pun masih rajin menelpon dan mengirimkan pesan padanya. Billy memang sempat melihat ada sedikit perubahan pada Nindy 3 hari yang lalu, tapi dia abaikan karena dia pikir kekasihnya itu mungkin sedang ada masalah denga keluarga ataupun temannya.

"Kalau gitu, kasih tahu aku, apa alasan kamu sebenarnya minta putus? Aku gak percaya kalau kamu bilang bosan dan gak cinta lagi sama aku."

"Aku memang udah gak cinta sama kamu. Makanya, aku gak mau ngelanjutin hubungan ini lagi. Lagian, dari awal aku pacaran sama kamu cuma buat iseng aja."

Aura di sekujur Billy mendadak menggelap, sorot matanya terlihat sangat tajam dan cengkraman di bahu Nindy semakin kuat usai mendengar itu. "Apa kamu bilang, iseng?"

Dengan berani, Nindy mengangkat kepalanya dan berkata dengan tegas, "Iyaa. Dari awal, aku ga serius sama kamu. Aku cuma kasihan sama kamu, makanya aku terima kamu waktu itu."

Nindy mengerutkan wajah ketika merasakan cengkraman yang sangat kuat di bahunya.

"Nindy, berani sekali kamu mainin perasaan aku." Suara Billy terdengar berat dan penuh penekanan. Seperti sedang menahan sesuatu dalam dirinya agar tidak meledak.

Nindy menunduk, kemudian menarik salah satu sudut bibir dengan ekspresi menertawakan diri.

Sebenarnya, siapa mempermainkan siapa? Dari awal, Billy yang sudah mempermainkan dirinya, menipunya mentah-mentah dan membuatnya seperti orang bodoh hingga dia rela memberikan kesuciannya pada laki-laki itu.

"Terserah kamu mau berpikir apa tentang aku," ucap Nindy dengan wajah acuh tak acuh.

"Kalau gak ada lagi yang mau kamu bicarain, aku permisi. Aku ada kelas sebentar lagi," ucap Nindy dengan wajah malas setelah menyingkirkan tangan Billy dari bahunya.

"Tunggu dulu," ucap Billy dengan raut wajah dinginnya. Dia langsung menghentikan Nindy ketika melihatnya sudah berbalik dan akan melangkah pergi.

"Apalagi?" tanya Nindy dengan raut wajah malasnya.

"Apa kamu beneran mau mengakhiri hubungan kita?" Billy membalik tubuhnya dan melangkah ke hadapan Nindy sambil menunggu jawaban darinya.

Dengan wajah tenangnya, Nindy menjawab, "Ya."

"Gimana kalau aku gak mau putus sama kamu?"

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status