Bersyukur banget gue enggak nangis sambil tidur kemarin. Gue jadi bisa tampil cantik dan segar dengan penuh percaya diri. Harus dong. Gue harus berdiri tegak dan membuktikan ke cowok brengsek itu kalau gue baik-baik aja dan gak perlu ngemis cinta, atau minta balikan. Heran aja sama kebanyakan cewek.. kok mau ngemis cinta, sampai-sampai dia yang minta maaf dan berharap bisa balikan.. Takut gak laku kali yah?
**"Good morning mommy~!" seru gue ketika sampai di ruang makan dan langsung memeluk Mama yang sedang meletakkan sarapan di atas meja."hmm morning" ucap Mama gue datar. Ceh ilehh gak ada romantis romantis nya nih emak-emak, padahal putri kecilnya antusias.Dengan segera gue duduk di kursi dan melihat menu sarapan hari ini. Di meja udah tersedia nasi goreng dengan potongan dadu keju, roti bakar yang sangat renyah dan susu full cream hangat."Ma, nasi goreng nya aku bungkus aja deh. Makan di sekolah aja bareng temen. Kayla suka banget soalnya sama keju.""Kamu gak suka?" tanya Mama sambil makan roti bakar."Suka, yah biar bareng makan bekalnya sama Kayla. kami waktu itu janjian bawa bekal hari ini, jadi biar bisa tukaran gitu""Oh Yaudah boleh. Bawa agak banyak aja yah, Mama kebanyakan soalnya bikin nasi gorengnya"Padahal di balik rencana bawa bekal itu, gue ingin berangkat sekolah cepat. Jangan sampai gue dan Winanta berpapasan. Bahkan kalau bisa, harus gue duluan yang sampai sekolah. Jadi dengan begitu kan dia nya bakalan liat, kalau gue baik-baik aja.Beberapa menit kemudian"Oke Ma, aku berangkat ya!""kok cepat banget? Masih setengah tujuh. Pergi sekolah bareng Winanta ya?" tanya Mama, karena Winanta anak emas sekolah. Otomatis Mama mengira kalau Gue pergi cepat, itu karena perginya bareng si juara satu berturut-turut."Enggak kok ma, mumpung lagi rajin aja hehe"Gue segera salam dan berangkat sekolah.Untung deh rumah Winanta masih kelihatan tertutup pintunya. Motor dia juga belum dikeluarkan.***********Sambil menikmati perjalanan menuju sekolah dengan bus sekolah, gue mencharger handphone di stopkontak yang ada di bus. Baterai handphone gue sekarat karena semalaman dengerin musik."KAYLA!!" Teriak gue yang baru tiba di gerbang sekolah, ketika melihat Kayla yang duluan datang dan menuju gedung sekolah.Kayla pun menoleh ke belakang, "Eh? Lo kok tumben datang cepat Van?" tanya Kayla ke gue yang sambil lari menuju dia."Gak apa-apa lagi pengen aja, biar kita bisa makan nasi goreng yang masih hangat" kami pun berjalan dengan gue yang sambil merangkul pundaknya."Lo bawa nasi goreng? Astaga.. gue lupa bawa bekal Van""ya Allah Kay! Yaudah deh gak masalah, makan ini aja kita. Mumpung banyak juga gue bawa nya. Yah kalau kurang beli makan di kantin""Omong-omong Winanta mana? Kok tumben lo datang gak bareng dia? Di tambah lo hari ini datang cepat. Gue kura bareng Winanta""Tadi masih tutup pintu rumahnya." Jawab gue, yang masih belum siap kasih tau ke Kayla kalau gue dan Winanta udah putus.Kami pun langsung mampir ke kantin, tanpa menaruh tas di kelas."Ini, nasi goreng kesukaan lo. Nasi goreng keju" ucap gue sambil membuka bekal dan meletakkannya di meja kantin."Yee elo mah juga suka kan?" sindir Kayla"Hehe iya dong! Gue kan pecinta keju. Malahan lebih suka keju dibanding cokelat haha""Oh iya Kay, Lo mau minum apa? Gue traktir minum pagi ini""Gue mau capuccino cincau""Oke bentar ya, gue pesan dulu." Gue langsung berdiri dan berjalan menuju kasir kantin."Lo gajian ya? atau dapat transferan dari sugar daddy?" Tanya Kayla begitu gue kembali duduk"Ahaha apaan sih Kay? Sejak kapan gue punya sugar daddy?""Kemarin Mama gue dapat orderan banyak, jadi yah gue kebagian jatah. Lagian lo ngomong gitu seolah gue gak pernah traktir lo aja. Gue kan sering juga traktir elo sama si Ronaldo. Bahkan kita berdua sering ke kafe kalau senggang." Ucap gue yang seolah mengungkit kebaikan diri sendiri. Yah habisnya, siapa yang gak geram coba? Seolah gue gak pernah traktirin sahabat gue."Iya deh iyaa gue salah. Vanessa Fransiska kan super Effort ke sahabatnya dan paling Royal.""Ini pesanan capuccino dan lemontea nya" ucap mbak kantin memotong pembicaraan kami.Setelah nasi goreng kami habis, Kayla memesan camilan ringan untuk dimakan sambil menuju kelas. Namun kami duduk dulu sebentar, lalu saat kami berdiri dan mulai berjalan menuju kelas, kami berpapasan dengan Winanta dan Alvin yang baru datang ke kantin.Gue berusaha untuk gak melihat Winanta samasekali. Kami berpapasan dengan jarak yang dekat. Winanta melihat gue dengan ekspresi yang kayak kaku gitu. Kayla yang heran melihat gue melewati Winanta gitu aja pun langsung bertanya,"Van? Lo kenapa? Lo gak nampak Winanta tadi? pas di samping elo dia nya tadi"Gue lanjut makan camilan."Woy Van, gue lagi ngomong!""Apa sih Kay? Gue lagi ngunyah juga. Ntar tersedak gimana?"Sampai akhirnya kita berdua udah sampai kelas dan duduk di kursi, gue masih diam seribu bahasa dan malah main handphone.Gue tau gara-gara gue Kayla jadi ngambek. Gue masih bingung harus jujur atau enggak. Takutnya kalau gue jujur, Winanta yang malah gak mau ngaku kalau kami udah putus. Soalnya dia paling bucin ke gue dulu, jadinya kan dia pasti malu kalau tau-tau dia yang mutusin gue karena selingkuh. Kalau memang dia gak ngaku, terus gue udah bilang ke Kayla kalau kami putus, jadinya gue terkesan jahat dong? Karena seolah putus sepihak.Gue hanya menggeser geser layar handphone, sedangkan pikiran gue masih memikirkan gue harus lakuin apa."...Emm... Kayla"Kayla menoleh sedikit ke arah gue dan kelihatan kalo dia emang marah bahkan dari tadi diemin gue."......" Gue malah membisu"Apaan Van?!!" kesal Kayla karena gue gak buka mulut."Kay, sebenernya.. gue dan Winanta. Gue dan Winanta sebenernya udah putus" ucap gue yang akhirnya memilih jujur dan dengan cara bicara yang terbata-bata.Kayla Monica membelalak, "Hah?!" Satu kalimat yang keluar dari mulut Kayla, yang udah bisa gue tebak."Yaudah tante, Farez izin pulang-" "Ehh tunggu, tunggu!. masa main pulang gitu aja. udah nerima martabak, tapi belum tau kalian habis darimana dengan waktu sesingkat ini." Mampus gue! Padahal gue udah siapin jawaban kalau mama nanya, tapi malah nanya Farez. Mana gue belum bilang Farez lagi.. soal pertemuan gue dan Papa rahasia. "Kami gak darimana-mana kok tante." Farez memberikan jawaban. "Eh??" batin gue. "Tadi emang katanya Vanessa lagi mau makan martabak. Udah lama gak beli katanya." ucap Farez lagi yang udah pasti bohong. "Hah? Loh??" gue tambah bingung. "Oh.. yaudah." respon Mama gue. "Ma, mama masuk duluan aja. Makan martabaknya. Ada yang mau Vanes omongin sama Farez." "Mau ngomong apa kalian?" "Iiih.. Mama kepo." Tanpa sahutan lagi, Mama langsung masuk. Tapi sebelum itu, Farez pamit lagi ke Mama, "Farez pamit ya tante" dan di 'iya' kan Mama. "Eh, elo kok bisa lancar sih bohongnya?" gue sedikit melankan suara. "Yah logika aja sih. Aku gak ada mikir
"Sorry ya, lama" ucap gue setelah kami berjalan menuju parkiran. Sebelumnya Farez udah pamit ke Papa dari jauh, dengan senyum dan menganggukkan kepala. "Gak kok.. gak lama. Lagian pasti kalian jarang jumpa. Jadi harusnya lebih lama dari ini." Gue mendengus lalu senyum, "Haha" tawa gue yang gak ikhlas. "Kenapa?" tanya Farez sambil menyalakan motor. "Gak.. udah yuk jalan" ucap gue. Setelah kami Pergi, gak lama Farez ngomong, "Mama kamu suka martabak gak?" tanya nya. "Yah manusia mana sih yang gak suka martabak?" tanya gue bercanda. Jelas Mama gue suka. "Aku gak suka" ucap Farez. Yang bener aja! Farez gak suka martabak?! MARTABAK?!!. "Tapi martabak telur suka sih" lanjut nya. Gue diam. Teringat kalau Winanta juga paling suka martabak telur. Dan anehnya daripada pakai saus khusus martabak telur, Winanta lebih suka pakai saus botolan. "Apalagi di makan pakai saus botolan" -Farez. JLEB!! "A-apa apaan ini?! Kenapa pas banget?" Teriak gue dalam hati. "Y-yauda
Walaupun kejadian kemarin membuat Farez sedih, tapi berkat ucapan gue kalau gue gak mau kehilangan dia sebagai teman, dia bersikap seperti biasa. Dan malam ini gue minta temani Farez keluar buat ketemu papa. Papa sore tadi nelpon, minta ketemu sama gue. Kami jarang ketemu dan Papa juga jarang ngasih gue uang. Padahal Papa kerja sebagai mekanik di salah satu perusahaan mobil. Udah pasti kan, gaji nya lumayan. Tapi gue ikhlas aja kok, kalau misalnya Papa lebih milih keluarga baru nya. Apalagi anak dari isteri baru papa, alias anak dari selingkuhan Papa ada dua. Yang cewek seumuran gue, kelas tiga SMA dan yang cowok masih kelas dua SMP. "Ma, Vanes izin keluar dulu ya sama Farez" ucap gue sambil menyalami tangan mama. Kami bertiga udah di teras rumah. "Iya, jangan terlalu malam ya pulangnya" ucap Mama mengizinkan gitu aja tanpa tanya tujuan kami mau kemana. "Hati-hati ya Farez, jagan ngebut" ucap Mama lagi, di iringi Farez yang juga salam ke Mama gue. "Iya tante, kami pamit y
"Lo mau nembak Vanessa?" tanya Winanta setelah melihat apa yang Farez genggam. Sebuket bunga dengan ukuran tidak terlalu besar, pas di genggam. Pertanyaan itu sukses membuat kami bertiga membeku, khususnya Farez. "Kalau iya, jangan harap Lo bisa" lanjut Winanta lagi sebelum Farez sempat jawab. Farez sedikit kesal dengan apa yang Winanta ucapin barusan. Dia menekuk kedua alisnya dengan tidak terlalu kuat. "Kenapa?" tanya Farez dengan nada bicara yang gak kayak biasanya gue denger,, nada bicara yang sedikit dingin. Belum sempat Winanta buka mulut, gue yang masih belum sadar saat ini situasi apa, langsung spontan nanya Farez, "T-tunggu..! Farez, ini ada apa sebenernya?" "Lo tadi izin pigi sebentar buat beli bunga itu? buat gue?" tanya gue lagi. Farez diam. "Haha kok diam? Takut di tolak duluan ya?" ucap Winanta sengaja memancing emosi Farez. "Lo bisa diem gak? makin hari mulut lo makin kayak cewek tau gak?" gue tanpa sadar ngeluarin kata - kata yang pasti bikin sakit hat
craaasss Gue merasakan dingin dari atas kepala gue. Dingin dan lengket, yang mengalir ke wajah gue. Gak langsung marah, gue membeku dan bertanya sendiri dalam hati situasi macam apa sekarang ini. "Gimana? Enak? Kaget ya?" Dilla membuka suara. "L-lo!! Maksud elo apa-apaan?!!" Belum sempat gue dapat penjelasan dari Dilla, temannya menyambar, "Astaga, kurang kali Dil.." Elisa berjalan menuju air pancur yang gak jauh dari kami berdiri. Dia lalu membawa air itu dengan cup minumannya yang sedikit besar. Byuurrrr Belum lagi cappucino tadi kering, kini sebagian tubuh gue terasa dingin dan basah kuyup. "Ahahah Rasain!" Mereka bertiga kompak tertawa. "Itu akibatnya karena lo udah bikin hancur hubungan gue dan Winanta!" Apa? Apa katanya? "Maksud lo apa?" walaupun kesal, tapi bukannya marah karena udah di siram, gue malah lebih penasaran apa maksud dari perkataan Dilla barusan. Maksudnya dia udah putus? "Lo lagi mikir apaan cewek j*lang! Jangan berpikir kalau kami ud
Aneh.. benar-benar aneh. Padahal Winanta dengar sendiri kalau ntar malam gue dan Farez mau keluar. Bahkan nanti malam, malam kamis. Yang seharusnya malam dimana orang yang pacaran yang keluar. Apalagi kami mau ke taman, tapi kenapa dia gak sibuk atau posesif kayak biasanya?. Jam istirahat udah mau selesai, tapi dia gak ada nyamperin gue untuk ngelarang. Bahkan tanda-tanda dia gelisah juga gak ada. Sebenarnya cowok satu itu kenapa sih? Kadang posesif nya minta ampun, tapi kadang juga cuek dan biasa aja. Heran gue. "Hei Vanessa!" ucap Kayla sambil melambai-lambaikan tangannya di depan mata gue. "H-hah?" Spontan gue terbangun dari lamunan. "Lo kenapa? Kok ngelamun ke arah Winanta??" Ya, Gue ngelamun sambil liat ke arah Winanta yang lagi pesan jajan gak terlalu jauh di depan gue. "Hah? Apaan sih lo? siapa yang liatin dia coba?" "Heh Vanessa! Gue gak ada bilang yah kalau lo itu lagi liatin Winanta. Gue cuma nanya lo itu kenapa? Lagi ada masalah apa sampai-sampai ngelamun, ta