Share

Episode 3

Penulis: Lisa Kagayaki
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-14 13:53:49

Gue benar-benar gak habis pikir sama nih cowok. Bisa-bisanya bersikap seolah yang paling benar.

"Gak gentleman banget lo yah win. Lo jelasin dong siapa dia? Lo kasih tau juga ke dia siapa kita" sialan, nada bicara gue terdengar kayak udah mau nangis.

"Sayang, maksud tukang pancake ini apa sih? Dari tadi dia gak jelas banget ngomong" Dilla dengan santai nya bicara seolah cewek polos sambil makan pancake durian.

"Van, sorry banget yah gue udah sembunyikan ini dari Lo selama ini." Winanta sedikit mengangkat dagunya.

"Kenalin, dia Fadilla Natasyah. Pacar gue" Winanta memeluk Dilla dengan satu tangan. Lagi, Dilla masih sok polos.

"Bisa-bisanya lo ngomong gitu ke gue sambil peluk nih pelakor?!" Gue udah gak bisa nahan emosi lagi.

"Pelakor apaan bangsad!!?" Akhirnya Dilla menunjukkan sifat aslinya.

"Lo dari tadi gue baikin.. gue panggil mbak, aku-kamu, malah makin mengada-ngada yah!"

"Udah, cukup Dil.. masuk yukk makan pancake nya" Winanta yang sok cool

Benar-benar gak habis pikir gue.. bisa-bisanya pacaran sama cowok yang sok cool itu selama tiga tahun.

"Kalo emang lo dah bosen sama gue, gak gini juga caranya win. Gue tau kok gue ini cengeng dan lo paling ilfeel sama cewek yang cengeng. Gue juga tau gue ditinggalin Papa gue yang selingkuh, sehingga latar belakang gue kurang jelas." Nafas gue terengah-engah karena air mata gue akhirnya terjun.

Gue masih mau ngasih pidato cowok bangsad ini, tapi dia nya malah.."yaudah, udah jelas kan sekarang? Lo udah sadar diri juga. Kita putus" ucap Ezra Darma Winanta yang seolah gak merasa bersalah.

"Gampang banget lo ngomongnya ya" baru kali ini gue kayak gak ada harga diri, nangis didepan dua sejoli yang gak punya otak.

Gue masih mau maki-maki nih cowok, tapi dering handphone gue berbunyi dari Mama.

"📞Halo ma?" Sebisa mungkin gue berusaha untuk gak ketahuan kalau lagi nangis.

"📞Kamu dimana Van? Udah setengah lima kok belum selesai juga ngantar pesanannya? Barusan juga mama di telpon, katanya pesanan yang di pusat kota belum sampai."

Hah... gara-gara Winanta gue jadi telat ngantar pesanan. Lagian kenapa waktu jalannya cepat banget sih!

"📞Oh... iya ma, ini udah mau berangkat kok"

"📞Yaudah, cepat yah"

"📞Iya ma"

telepon berakhir.

Winanta dan cewek itu benar-benar gak punya otak kali yah? Bisa-bisanya masuk dan ninggalin gue sendiri di saat lagi terima telepon. Masalah kami juga belum selesai, Cemen banget mereka lari dari masalah.

*******

Setelah pesanan pancake nya tinggal satu, di tengah jalan hujan turun tiba-tiba. Hujan yang turun lumayan deras, tapi untunglah masih bisa gue terjang tanpa terlalu basah kuyup, karena rumah buk Vina : pelanggan setia kami sejak merintis usaha dari nol, berada di pinggir jalan.

"Astaga kamu sampai kehujanan Vanessa"

"Hehe gak apa-apa buk, kan pakai helm, jadi cuma badan doang yang basah"

"Yaudah makasih ya"

"Iya buk sama-sama, tapi maaf banget yah buk karena telat"

"Gak apa-apa kok"

"Kalau gitu saya pamit pulang yah buk" gue sedikit balik badan

"Eh? Mau pulang? Masih hujan loh. Bahkan hujannya lumayan deras. Gak nunggu sini aja dulu, sampai hujannya reda?"

"gak usah deh buk, makasih. Pengen mandi hujan juga haha"

"Yaudah deh hati-hati ya"

Gue dengan sengaja membuka helm, biar gue bisa nangis tanpa ketahuan berkat air hujan.

sepanjang jalan gue maki-maki Winanta dan menangis tersedu-sedu. Walaupun bisa aja kalau ada orang yang liat gue, gue di sangka punya gangguan jiwa, tapi bodo amat. Semua pendapat orang gak penting bagi cewek yang patah hati.

Di dalam hati gue, gue merasa bahkan langit pun mengerti tentang perasaan gue dan mendukung gue. Derasnya air hujan tanpa petir, seolah memang untuk menemani gue yang lagi mewek mewek nya.

Sesampainya di rumah, gue ngasih uang ke Mama dan buru-buru mau mandi, habis itu mengurung diri di kamar. Mama yang heran pun bahkan sampai gak sempat tanya kenapa gue bisa sampe basah kuyup, karena gue berjalan secepat kilat menuju kamar mandi.

Setelah sholat Maghrib, baru lah gue keluar dari kamar dan menuju ruang makan untuk makan malam. Gue yang biasanya makan cuma satu centong nasi dan gak penuh, karena patah hati gue jadi ngambil nasi sampai tiga centong yang padat. Kalau soal lauk dan sayur, gak heran.. itu selalu gue ambil banyak.

"Vanessa, kamu kesambet apa makan sampai banyak baget begitu?" Ucap Mama yang di kira kalau anaknya lagi kesurupan.

"Gak apa-apa ma, lagi laper banget habis hujan-hujanan" gue segera makan sesuap.

"Lagian kamu sih, kenapa bisa sampai basah kuyup. Bukannya berhenti dulu meneduh"

gue mengacuhkan ucapan mama dan terus makan.

Selesai makan, gue nonton TV dulu sama mama, tapi pikiran gue entah kemana. Gak lama, gue masuk kamar ninggalin mama. Rasanya masih sesak aja, gue masih pengen nangis ngeluarin emosi.

Segala macam gue lakuian. scroll I*******m, tiktok, F******k, nonton Utube, tapi tetap aja pikiran gue gak fokus. Rasanya pengen nangis lagi. Namun gue berusaha nahan, karena kalau malam ini nangis, bisa-bisa besok pagi mata gue sembab dan Winanta jadi terlalu percaya diri kalau gue nangisin dia semalaman.

Akhirnya gue pilih tidur sambil dengerin musik.

*******

"Morning jomblooo~!" Gue bangun pagi dengan badan segar bugar seakan gak pernah terjadi apa-apa.

Gue bergegas berdiri dan berkaca di depan cermin besar yang ada di pintu lemari.

"Oke, baiklah Vanessa Fransiska.. saat ini lo udah resmi jadi jomblo. Lo harus jadi jomblo happy" gue sambil berkacak pinggang dengan penuh percaya diri.

"Tunjukkan pesona mu wahai jomblo!!" Seru gue sebelum bergegas ke kamar mandi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mantan Posesif   Episode 29

    "Yaudah tante, Farez izin pulang-" "Ehh tunggu, tunggu!. masa main pulang gitu aja. udah nerima martabak, tapi belum tau kalian habis darimana dengan waktu sesingkat ini." Mampus gue! Padahal gue udah siapin jawaban kalau mama nanya, tapi malah nanya Farez. Mana gue belum bilang Farez lagi.. soal pertemuan gue dan Papa rahasia. "Kami gak darimana-mana kok tante." Farez memberikan jawaban. "Eh??" batin gue. "Tadi emang katanya Vanessa lagi mau makan martabak. Udah lama gak beli katanya." ucap Farez lagi yang udah pasti bohong. "Hah? Loh??" gue tambah bingung. "Oh.. yaudah." respon Mama gue. "Ma, mama masuk duluan aja. Makan martabaknya. Ada yang mau Vanes omongin sama Farez." "Mau ngomong apa kalian?" "Iiih.. Mama kepo." Tanpa sahutan lagi, Mama langsung masuk. Tapi sebelum itu, Farez pamit lagi ke Mama, "Farez pamit ya tante" dan di 'iya' kan Mama. "Eh, elo kok bisa lancar sih bohongnya?" gue sedikit melankan suara. "Yah logika aja sih. Aku gak ada mikir

  • Mantan Posesif   Episode 28

    "Sorry ya, lama" ucap gue setelah kami berjalan menuju parkiran. Sebelumnya Farez udah pamit ke Papa dari jauh, dengan senyum dan menganggukkan kepala. "Gak kok.. gak lama. Lagian pasti kalian jarang jumpa. Jadi harusnya lebih lama dari ini." Gue mendengus lalu senyum, "Haha" tawa gue yang gak ikhlas. "Kenapa?" tanya Farez sambil menyalakan motor. "Gak.. udah yuk jalan" ucap gue. Setelah kami Pergi, gak lama Farez ngomong, "Mama kamu suka martabak gak?" tanya nya. "Yah manusia mana sih yang gak suka martabak?" tanya gue bercanda. Jelas Mama gue suka. "Aku gak suka" ucap Farez. Yang bener aja! Farez gak suka martabak?! MARTABAK?!!. "Tapi martabak telur suka sih" lanjut nya. Gue diam. Teringat kalau Winanta juga paling suka martabak telur. Dan anehnya daripada pakai saus khusus martabak telur, Winanta lebih suka pakai saus botolan. "Apalagi di makan pakai saus botolan" -Farez. JLEB!! "A-apa apaan ini?! Kenapa pas banget?" Teriak gue dalam hati. "Y-yauda

  • Mantan Posesif   Episode 27

    Walaupun kejadian kemarin membuat Farez sedih, tapi berkat ucapan gue kalau gue gak mau kehilangan dia sebagai teman, dia bersikap seperti biasa. Dan malam ini gue minta temani Farez keluar buat ketemu papa. Papa sore tadi nelpon, minta ketemu sama gue. Kami jarang ketemu dan Papa juga jarang ngasih gue uang. Padahal Papa kerja sebagai mekanik di salah satu perusahaan mobil. Udah pasti kan, gaji nya lumayan. Tapi gue ikhlas aja kok, kalau misalnya Papa lebih milih keluarga baru nya. Apalagi anak dari isteri baru papa, alias anak dari selingkuhan Papa ada dua. Yang cewek seumuran gue, kelas tiga SMA dan yang cowok masih kelas dua SMP. "Ma, Vanes izin keluar dulu ya sama Farez" ucap gue sambil menyalami tangan mama. Kami bertiga udah di teras rumah. "Iya, jangan terlalu malam ya pulangnya" ucap Mama mengizinkan gitu aja tanpa tanya tujuan kami mau kemana. "Hati-hati ya Farez, jagan ngebut" ucap Mama lagi, di iringi Farez yang juga salam ke Mama gue. "Iya tante, kami pamit y

  • Mantan Posesif   Episode 26

    "Lo mau nembak Vanessa?" tanya Winanta setelah melihat apa yang Farez genggam. Sebuket bunga dengan ukuran tidak terlalu besar, pas di genggam. Pertanyaan itu sukses membuat kami bertiga membeku, khususnya Farez. "Kalau iya, jangan harap Lo bisa" lanjut Winanta lagi sebelum Farez sempat jawab. Farez sedikit kesal dengan apa yang Winanta ucapin barusan. Dia menekuk kedua alisnya dengan tidak terlalu kuat. "Kenapa?" tanya Farez dengan nada bicara yang gak kayak biasanya gue denger,, nada bicara yang sedikit dingin. Belum sempat Winanta buka mulut, gue yang masih belum sadar saat ini situasi apa, langsung spontan nanya Farez, "T-tunggu..! Farez, ini ada apa sebenernya?" "Lo tadi izin pigi sebentar buat beli bunga itu? buat gue?" tanya gue lagi. Farez diam. "Haha kok diam? Takut di tolak duluan ya?" ucap Winanta sengaja memancing emosi Farez. "Lo bisa diem gak? makin hari mulut lo makin kayak cewek tau gak?" gue tanpa sadar ngeluarin kata - kata yang pasti bikin sakit hat

  • Mantan Posesif   Episode 25

    craaasss Gue merasakan dingin dari atas kepala gue. Dingin dan lengket, yang mengalir ke wajah gue. Gak langsung marah, gue membeku dan bertanya sendiri dalam hati situasi macam apa sekarang ini. "Gimana? Enak? Kaget ya?" Dilla membuka suara. "L-lo!! Maksud elo apa-apaan?!!" Belum sempat gue dapat penjelasan dari Dilla, temannya menyambar, "Astaga, kurang kali Dil.." Elisa berjalan menuju air pancur yang gak jauh dari kami berdiri. Dia lalu membawa air itu dengan cup minumannya yang sedikit besar. Byuurrrr Belum lagi cappucino tadi kering, kini sebagian tubuh gue terasa dingin dan basah kuyup. "Ahahah Rasain!" Mereka bertiga kompak tertawa. "Itu akibatnya karena lo udah bikin hancur hubungan gue dan Winanta!" Apa? Apa katanya? "Maksud lo apa?" walaupun kesal, tapi bukannya marah karena udah di siram, gue malah lebih penasaran apa maksud dari perkataan Dilla barusan. Maksudnya dia udah putus? "Lo lagi mikir apaan cewek j*lang! Jangan berpikir kalau kami ud

  • Mantan Posesif   Episode 24

    Aneh.. benar-benar aneh. Padahal Winanta dengar sendiri kalau ntar malam gue dan Farez mau keluar. Bahkan nanti malam, malam kamis. Yang seharusnya malam dimana orang yang pacaran yang keluar. Apalagi kami mau ke taman, tapi kenapa dia gak sibuk atau posesif kayak biasanya?. Jam istirahat udah mau selesai, tapi dia gak ada nyamperin gue untuk ngelarang. Bahkan tanda-tanda dia gelisah juga gak ada. Sebenarnya cowok satu itu kenapa sih? Kadang posesif nya minta ampun, tapi kadang juga cuek dan biasa aja. Heran gue. "Hei Vanessa!" ucap Kayla sambil melambai-lambaikan tangannya di depan mata gue. "H-hah?" Spontan gue terbangun dari lamunan. "Lo kenapa? Kok ngelamun ke arah Winanta??" Ya, Gue ngelamun sambil liat ke arah Winanta yang lagi pesan jajan gak terlalu jauh di depan gue. "Hah? Apaan sih lo? siapa yang liatin dia coba?" "Heh Vanessa! Gue gak ada bilang yah kalau lo itu lagi liatin Winanta. Gue cuma nanya lo itu kenapa? Lagi ada masalah apa sampai-sampai ngelamun, ta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status