Kamipun bergegas menuju tas yang menumpuk di ujung sana. Masing-masing mengambil bekalnya, begitu juga aku, dan kembali ke tempat duduk kami masing-masing.
Panitia mempersilahkan kami menyantap hidangan makan siang. Aku melirik Anggi yang kebetulan duduk di sampingku. Dia seperti kebingungan.
"Kenapa Nggi,?" tanyaku.
"Nnggg...anu Teh. Ini, tadi perasaan nasi goreng bekal saya udah dimasukin deh. Tapi koq gak ada ya,"ucapnya.
"Mana uda laper, teh. Untung masih ada cemilan lain ini," ucapnya lagi.
Aku menggeser dudukku.
"Ini, ambil sebagian punyaku," ucapku sambil menyodorkan nasi uduk buatan Ibuku.
"Eeh.. gak usah Teh, nanti Teteh gak cukup," jawabnya.
"Cukup koq. Banyak gini. Lauknya juga dilebihin sama Ibuku tadi," ucapku sambil memberikan sebagian nasi udukku kepadanya.
"Ma kasih atuh Teh. Alhamdulillah, Anggi makan ya Teh," ucapnya.
"Ya," jawabku tersenyum.
Waktu menunjukkan pukul 1 siang dan
Besok dan seterusnya aku akan berjuang hingga mendapatkan gelar itu. Gelar yang akan membawa ku menuju mimpiku, mimpi Bapak, dan mimpi mu wahai bidadari tak bersayapku. ππππππππππ Acara selesai. Aku pamit kepada Anggi dan teman-teman lainnya. Kuperiksa gawaiku. Ternyata Rangga dan Mira juga baru selesai dengan acara mereka. Rangga : "gue otw, elo selesai?" Abel : "ya. Gue uda di gerbang. Rangga : "5 menit." Abel : "OK. Tak lama, Rangga muncul dengan wajah lusuhnya. Aku segera masuk ke mobilnya. "Bagaimana tadi?" tanyanya padaku. "Perkenalan aja. Elo sendiri gimana? Mir?," tanyaku. "Samalah. Ngenalin ruangan, bagi kelompok," jawab Mira. "Owh, ternyata sama ya," ucapku. "Ya iyalah, sekarang kan gak boleh yang aneh-aneh kayak zaman dulu. Kalo dulu tuh namanya perploncoan," jawab Rangga. "Elo koq tau Ngga?"tanyaku. "Halah, sekarang apa sih yang gak bisa dari g*
Hari ini adalah hari mendebarkan bagi anak SMU PELITA Jakarta, khususnya siswa kelas 12. Karena mereka semua akan berkumpul untuk mendengarkan pengumuman kelulusan dan pengumuman beasiswa, siapa saja yang beruntung mendapatkan beasiswa di Universitas impian mereka. "Ayo, Bu. Buruan. Ntar telat lho. Uda mau jam 8 ini," ajak Bella kepada Bu Warsih. Ibu kesayangannya. "Iya, sebentar. Ibu panteskan begini?" Tanyanya sambil merapikan gamisnya. "Pantes,Bu. Pantes. Ibu yang paling cantik deh ntar di sana. Ayoo.. Buruan Bu!" Bella agak sedikit memaksa. "Halah, kamu paling bisa ngambil hati ibu," ucapnya sambil mengunci rumah. "Yuk." "Mau pada kemana Bu Warsih? Koq pagi gini udah rapi? Gak jualan kah?" Tanya ibu sebelah sambil menenteng rantang. "Mau ke sekolahannya Abel bu. Ini mau pengumuman kelulusan sama beasiswa sekolahnya Abella Bu," jawab ibu. "Oalah, ini udah bawa rantang dua mau beli nasi uduknya Ibu. Anak-anak dirumah
Acara penutupan selesai dan kami pun menuju rumah masing-masing dengan menyimpan sejuta kenangan.Sesampai dirumah, Ibu langsung duduk bersujud, menangis bahagia. Aku terharu dan ikut meneteskan air mata."Alhamdulillah, ya Gusti Allah. Engkau kabulkan permohonan hambamu," ucapIbu sambil menarikku ke dalam pelukannya.Aku terisak juga melihat bidadariku menangis. Bukan karena sedih, tapi aku yakin karena keberhasilanku mendapatkan beasiswa yang aku idamkan selama ini. Aku sadar bahwa seandainya aku tidak berhasil mendapatkan beasiswa itu, rasanya mustahil untuk duduk di bangku kuliah."Ibu bangga denganmu Abel," ucap Ibu. "Ini juga berkat doa Ibu," aku mengeratkanpelukanku. Terima Kasih ya Allah!"Bel, besok kita sedekah yuk. Kita buat jualan nasi uduk kayak biasa dan jualan lainnya, tapi sesiapa yang datang jangan kita ambil uangnya. Kemudian, kita bikin lebih untuk panti asuhan langganan kita. Anak-anak disana pasti
Dan azan berkumandang. Kami mengikuti Ibu panti ke mesjid yang dimaksud dan melaksanakan shalat berjamaah. Setelah shalat, semua melakukan doa bersama yang ditujukan kepadaku aku dan Ibuku."Aamiin, semoga apa yang didoakan akan dikabulkan dan di permudah oleh Allah," batinku sambil mengusapkan kedua telapak tanganku ke wajahku.Setelah selesai semua urusan di panti, Rangga mengantarku dan Ibu pulang. Sesampainya dirumah, Rangga membukakan pintu buat Ibuku karena Ibu duduk dibelakang, sedangkan aku duduk disamping Rangga membuka pintu untuk diriku sendiri."Sudah sampai Bu De," ucapnya."Ma kasih ya Nak Rangga udah capek-capek ngantarin kita. Mampir dulu Nak,"tambah ibuku."Sama-sama Bu De. Rangga langsung pamit ya. Kan ntar malam mau kesini lagi jemput Bella. Rangga juga mau bantuin mama di kafe buat ntar malam," tolak Rangga sopan."Abel, setelah isya ya gue jemput Lo," tambahnya.Aku menggangguk."Pamit Bu De,
Mereka pun meninggalkan Kafe Mutiara, kafe mama Rangga sesuai namanya. Ya, tante Mutiara adalah mama Rangga. Terkenal dengan kesupelannya dan mudah bergaul dengan teman-teman anak semata wayangnya.Aku dan Rangga tiba di rumah. Ternyata, Ibu sudah menungguku."Assalamualaikum," ucapku sambil menyalami Ibu."Walaikumsalam," jawab Ibu."Bu De, maaf agak telat, tadi ada insiden dikit di kafe Mama," sesal Rangga."Gak apa, baru lewat 15 menit," jawab Ibuku."Kalau gitu, Rangga pamit ya Bu De. Bel, minggu depan kita urus berkas bareng Mira ya," tambah Rangga."Iya, hati-hati ya," ucapku."Assalamualaikum," ucap Rangga sambil menyalami tangan Ibuku.Ibu tersenyum, "Walaikumsalam," balas Ibu.Aku dan Ibu masuk seraya memeriksa pintu dan jendela. Ibu memandangku penuh selidik."Pacarmu Abella?" ucapnya.Jika Ibu sudah memanggil nama lengkapku berarti Ibu perlu penjelasan dariku."Nggak,Bu. Untuk saat
Dengan bersenandung aku membereskan semua dan mengelap meja dan kursi dan memindahkannya ke pojok ruangan. Dan menutup warung, dan segera mengikuti Ibu dari belakang."Pesan grab Neng, kita ke pasar sekarang," titah Ibu."Siap," jawabku.Aku segera mendeal aplikasi grab dan memesan taksi. Berselang 15 menit grab pun datang."Ke pasar ya Cempaka Putih ya Bang," ucap Ibuku."Baik Bu," ujar si sopir.Sepanjang perjalanan aku memainkan gawaiku. Tiba-tiba notif berbunyi.Mira :" Hallo Abella, sorry chatmu baru masuk. Aku ganti HP soalnya."Aku :" Cie...cie... yang HP baru. Pasti merk buah digigit kan?Mira :"tau aja. Hadiah dari papa. Trus...trus... gimana kelanjutan Rangga?"Aku :"Rangga kemaren kerumah sama mamanya."Mira : "Hah!!! Ngapain? Jangan bilang pengen ngelamar elo ya? Ha...ha...ha...Aku : "Huzzz... ngawur. Tante Muti ngasi Ibu job. Ini lagi mau
Ibu, bidadari tak bersayapku, akan aku jaga sampai akhir menutup mata.Sehatkan beliau ya Allah. Hanya Ibu harta yang aku punya. Seribu berlian pun tak akan bisa menggantikan posisinya di hatiku.Lamunanku buyar ketika notif gawaiku berbunyi.Rangga :" Abel."Aku : "ya. Kenapa?"Rangga : "Udah cek Fb dan IG gak?"Aku : "Belom, Ngga. Kenapa? Aku sibuk bantuin Ibu minggu-minggu ini.Rangga : "Cek deh, buruan".Aku : "Tapi aku lagi gorengin kerupuk nih "Rangga : "Buruan , gak pake tapi!!"Aku : "Iya, bawel!!!"Aku mematikan kompor. Segera membuka sosmed ku. Aku scrool gak ada yang istimewa. Tapi begitu makin kebawah.πππππππππππππππππ"Nasi uduk terenak seantero Jakarta hanya ada di Kafe Mutiara, jalan daan Mogot, *******
Ibu, keberhasilan ini hadiah untuk mu, wahai bidadari tak bersayapku.Tiba didepan rumah, Rangga dan Mira tidak ikut turun. Aku memakluminya. Mereka juga pasti ingin menyampaikan kabar baik ini kepada orang tua mereka.Begitu juga aku.Tok...tok...tok..."Assalamualaikum,"ucapkuSepi, tak ada jawaban.Bahkan suara Ibu yang biasa bersenandung walau hanya na...na...na... saja tidak ada.Kreeeeek... Kubuka pintu.Hening. Aku berjalan terus ke dalam.Ternyata Ibu sedang mencuci."Assalamualaikum, ucapku sambil memeluk ibj dari belakang."Abella," ucap Ibu."Koq nangis?" Tanyanya lagi.Aku menyodorkan berkas yang kudekap."Ini Bu, Abel sama teman-teman lolos administrasi. Inshaallah minggu depan kita udah ke kampusnya," jawabku terisak."Alhamdulillah. Ibu membereskan cuciannya. Masuk yuk," tambahn