Share

10. Menapaki mimpi

Ah...bidadariku. Selalu setia di depan pintu disaat aku belum pulang. Menunggu harta karun, jawabnya jika kutanya kenapa.

Love you Bu. Kasih sayangmu tak tergantikan dengan apapun.

"Baru pulang dari kampus?" tanya Ibu.

"Gak Bu, tadi udah kelar jam 1. Trus Mira dan Rangga ngajakin ke Mall, makan siang disana sambil cuci mata," jawabku.

"Nih Bu, kesukaan Ibu," ujarku sambil menyodorkan bungkusan k*fc kepada Ibu.

"Ah kamu. Masih ingat aja kesukaan Ibu dan Bapak,"balas Ibuku.

"Ibu, mana mungkin Abel lupa sama favoritnya Ibu dan Bapak," ujarku mewek.

"Sudah...sudah...jangan mewek. Jangan sedih. Sekarang bukan saatnya bersedih. Kita harus bahagia,Nduk. Melihat kedepan meskipun kenangan di belakang kita selalu kita ingat," nasihat Ibu kepadaku.

Aku tersenyum.

"Sudah mau maghrib, mandi gih," titah Ibu.

"Baik Bu De Warsih," jawabku iseng.

Ibu tersenyum. Dan aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan diri.

πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯

POV IBU.

Pak, anak kita semakin dewasa. Bapak harus bangga memiliki anak seperti Abella. Disaat anak-anak seusianya jalan-jalan dengan teman sebayanya, anak kita justru memilih bantu-bantu jualan Ibu.

Sekarang jualan Ibu udah memasuki ranah kafe anak muda, Pak. Kafenya Mama Rangga, teman dekat anak kita saat ini. Dia juga berhasil mewujudkan cita-citanya mendapatkan beasiswa kedokteran Pak. 

Berkat kegigihannya belajar, dia masuk ke dalam 5 besar beasiswa di Universitas Trisakti, universitas dan jurusan impiannya.

Alhamdulillah, dan Bapak yang tenang disurga ya. Ibu janji akan menjaga anak kita sampai akhir hayat Ibu.

πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯

Aku keluar dari kamar mandi. Kulihat Ibu menangis sambil memeluk foto Bapak. Segera aku mendekatinya. 

"Ibu," ucapku menahan sedih.

"Sini Nduk," ibu menarik tanganku dan menangis di pundakku.

"Ibu kenapa?" tanyaku.

"Ibu tiba-tiba ingat Bapakmu, Abel. Seandainya beliau masih ada, pasti bangga dengan pencapaianmu saat ini," Ibu menangis sesegukan.

"Tuntaskan belajarmu ya Nduk, capai cita-citamu agar bisa membuat Ibu dan Bapak bangga," ujarnya lagi.

"Ibu, Abel pasti mewujudkan impian Ibu. Gak akan pernah bikin Ibu kecewa, Abel janji, setelah selesai study, Abel akan jadi seorang dokter yang dermawan seperti impian Bapak, tidak seperti Dokter yang menangani Bapak waktu sakit, sampai...sampai...," ucapanku terputus karena Ibu menutup mulutku.

"Sudah takdir Abel. Kita gak bisa melawan apa yang sudah di tetapkan Allah. Apa yang terjadi hanya penyebab saja. Kepergian Bapakmu sudah digariskan dari Sana," ucap Ibu bijak.

"Tapi Bu, seandainya..."ucapku lagi

"Sssst... gak baik mengingat dan menyalahkan orang lain. Sudah ganti baju sana. Bentar lagi maghrib tiba," lagi-lagi Ibu memotong kalimatku.

Aku mematuhinya dan segera kekamar. Tak lama, azan berkumandang dan kami pun melaksanakan kewajiban kami.

Keesokan harinya.

Mira : "Bel, elo udah dapat wa grup dari kampus elo?"

Abel : "Tentang apa?"

Mira : "Itu barang-barang yang harus dibawa selama masa perkenalan. Bahasanya itu lho. Membingungkan."

Abel : "Udah sih. Dan kayaknya gampang deh. Kayak, Air desa itu air putih, pulpen cita-cita itu pulpen merk pilot, pasir rakyat jelita +3T itu kan nasi, tahu, tempe, ma telor. Sama satu lagi ini yang gue ingat. Keripik cacar itu peyek. Gampang sih itu.

Mira : "koq elo bisa tahu?"

Abel : "Ya ampun dodol. Tinggal cek g****e kali.

Mira : "Astaga rempeyek, gue koq jadi oon ya. Ha...ha...ha...

Abel : "Rempeyek?"

Mira : " Nah elo nyebut gue dodol, lah elo rempeyek... ha...ha...ha... 🀣

Abel : "Asem".

Mira : "Thanks ya. Gue mandi dulu. ASEM soalnya. Ha...ha...ha...πŸ˜›

Dasar Mira. Kelakuannya gak berubah. Selalu saja lupa dengan hal-hal ringan.

Ting... gawai ku berbunyi lagi.

Anggi : "Assalamualaikum teteh."

Abel : "Walaikmsalam. Anggi pa kabar?"

Anggi : "Baik banget teteh. Mau tanya-tanya boleh?"

Abel : "Boleh banget. Tanya apaan?"

Anggi : "Ini barang yang kita bawa Senin nanti "Ratu Perak" apaan ya Teh?"

Abel : "Owh itu sih coklat Silverqueen

Anggi : "Oalah Teh. Silver = perak, queen = ratu. Gak kepikiran.. he...he...he...

Abel : πŸ˜‡

Anggi : "Teteh udah lengkap semua?"

Abel : "Alhamdulillah sudah. Elo sendiri gimana Nggi?"

Anggi : "Ya, sisa tadi sih. Ma kasih ya Teh. Anggi mau beres-beres dulu.

Abel : πŸ‘Œ

Aku merapikan tempat tidur. Gawaiku berbunyi lagi. Tring...

Rangga : "Bel. Barang yang mau dibawa ke kampue senin nanti udah beres?"

Abel : "Udah semua Ngga"

Rangga : "Yakin?"

Abel : "100 persen".

Rangga : "Ya udah, ntar malam ke kafe Mama yuks."

Abel : "Maaf Ngga. Kali ini gak bisa."

Rangga : "Why?"

Abel : "Mau bantuin Ibu. Soalnya Bu De yang biasa bantuin Ibu sedang sakit. Kadi gue yang bantuin."

Rangga : "Owh ya udah. Uda sarapan?"

Abel : "Udah. Kamu?

Rangga : "Belom. Lagi nungguin Pak Ujang ngambil nasi uduk Bu De Warsih."

Abel : "owh iya. Tadi udah datang koq. Mungkin sekarang udah mau nyampe."

Rangga : "Udahan ya. Itu pasti suara mobil Mama yang dibawa Pak Ujang. Tiada hari tanpa melewatkan nasi uduk Ibumu Bel πŸ₯°. Bye."

Abel : "Bye."

Pukul 8 pagi.

"Bel, bantuin Ibu jaga. Ibu mau ke belakang," pinta Ibu.

"Ya, Bu," sahutku dari kamar.

Aku keluar dan menggantikan Ibu jagain warung.

"Barang-barang di kotak di dapur itu punyamu Abel?" tanya Ibu.

"Buat apa cemilan gituan dibeli?" tanyanya lagi.

"Owh itu untuk keperluan di kampus Bu. Buat pertemuan MABA dengan senior. Kayak perkenalan kampus Bu," jelasku.

"Emang wajib ya bawa cemilan coklat queen apa itu, permen lolipop, kayak anak kecil aja," ujarnya.

"Mungkin buat dibagi Bu. Saling tukar gitu sama MABA lain," jelasku.

"MABA itu apaan sih Bel?" Tanya Ibu penasaran.

"Mahasisa Baru, Bu," ucapku.

Ibu hanya ber oooh saja.

Matahari semakin meninggi. Cuaca semakin cerah. Keringatpun mulai membasahi dahi ku. Perlahan-lahan aku membereskan warung Ibu sambil menunggu pelanggan lain datang. Nasi uduk tinggal beberapa porsi lagi. Ibu sudah mulai berkutat kembali di dapur menanak nasi karena jam 2 Pak Ujang akan kembali menjemput menu untuk kafe Mutiara.

Bertambah teman, bertambah juga rezeki Ibu. Yang artinya rezeki ku juga bertambah. Alhamdulillah, melalui kafe mamanya Rangga, nasi uduk kami semakin terkenal dan laris. Meskipun nasi uduk di kafe mutiara dinamai "nasi uduk spesial mutiara", bagiku tidak masalah.

Semakin bertambah orderan Mama Rangga dan semakin seringnya orderan pelanggan untuk acara-acara kecil, semakin bertambah pula pundi-pundi rupiah yang akan aku dan Ibu dapatkan.

Terima kasih untuk keringatmu Ibu. Abel akan membalasnya dengan kesuksesan Abel nanti.

πŸ’«πŸ’«πŸ’«πŸ’«πŸ’«πŸ’«πŸ’«πŸ’«πŸ’«πŸ’«πŸ’«πŸ’«

Hai...hai...My lovely readers.

Sampai disini dulu Up hari ini.

Besok Thor akan lanjutkan dengan cerita yang semakin gregetan. 

Yang pasti cerita kehidupan Abella di kampus akan semakin dikupas.

Apa saja ceritanya?

Check it out terus ya.

Luv U..

Mom Nury

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status