Home / Rumah Tangga / Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi / Bab 171: Kabur dan Kepiting

Share

Bab 171: Kabur dan Kepiting

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-08-14 07:05:25

“Enggak usah,” potong Nadira cepat, suaranya agak serak. Tangannya memeluk perut dengan lembut, lalu alisnya bertaut, menandai rasa tak nyaman yang pelan-pelan mencuat dari lambungnya.

“Tadi sore kayaknya kebanyakan kopi. Perih banget, lambungnya. Kalau kamu lapar, pesan aja buat kamu sendiri, ya. Enggak usah repot-repot buat saya.”

Ia menghela napas, sejenak diam. Sorot matanya menerawang, lalu melirik ke arah pintu.

“Osha udah balik?”

“Harusnya udah, Bu. Saya cek dulu, ya,” jawab Danu, cepat tanggap.

Beberapa menit kemudian, Osha muncul bersama Danu. Wajahnya tampak rapi dan tenang, seperti biasa, dengan seragam yang masih licin meski hari sudah larut.

“Bu,” sapa Osha, nada suaranya sopan dan penuh hormat.

“Supnya udah dikasih ke dia?” tanya Nadira, nada suaranya ringan, tapi matanya tajam menelisik.

Osha mengangguk lalu menjelaskan dengan rinci, “Pak Pradana tahu Ibu belum makan. Sekarang dia nunggu di luar. Katanya mau ajak

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 176: Manusia Lebih Memesona

    Danu dan Rafael langsung menunduk serempak, ekspresi mereka berubah seketika. Gaya sok santai yang tadi sempat mereka pertontonkan lenyap begitu saja, tergantikan oleh gerakan cekatan penuh hormat saat mereka membuka pintu mobil.Nadira dan Mahesa melangkah masuk, angin sore menyusup sejenak ke dalam kabin sebelum pintu tertutup kembali.Begitu duduk, Nadira dan Mahesa saling bertukar pandang. Hanya sekejap, tapi cukup untuk menangkap senyum samar di wajah masing-masing.Ada semacam percikan kesepahaman yang tak butuh kata, seolah keduanya sedang membaca kalimat yang sama di halaman yang sama.Mobil melaju melewati jalanan ibu kota yang mulai diterpa warna emas senja. Ketika kendaraan itu berhenti di depan rumah sakit, Mahesa tidak serta-merta turun.Ia justru merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah tiket kecil bergambar mawar merah muda yang dicetak dalam detail anggun.Dengan gerakan ringan tapi penuh niat, ia menyodorkan tiket itu k

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 175: Tatap Dingin di Dalam Lift

    "Enggak cuma ayam, dia juga takut bebek. Pokoknya semua yang punya paruh runcing pasti dia hindarin," ucap Mahesa santai, dengan senyum jahil yang menghiasi wajahnya.Rafael spontan menoleh dan menatapnya tajam. "Lo tuh ya, mulut enggak pernah tahu kapan harus berhenti."Nada protesnya tajam, tapi tak ada amarah sungguhan. Mereka seperti dua anak kecil yang tak pernah selesai saling mengolok.Di sudut ruangan, Nadira mengamati mereka dengan senyum tipis yang menggantung, ekspresinya sulit ditebak.Ada kelucuan di sana, tapi juga secercah sesuatu yang lebih nakal, seolah dalam pikirannya sedang terbentuk sebuah rencana kecil, iseng dan belum diumumkan.Mereka bertiga keluar dari apartemen. Udara siang terasa hangat di lorong, sinar matahari menyusup dari jendela kecil yang menghadap ke taman kota di bawah.Lift hampir menutup saat Rafael berlari kecil dan menahannya dengan cepat, membuat pintu kembali menganga.Begitu pintu terbuka sep

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 174: Harga Sebuah Sup

    Begitu sendok menyentuh bibir dan suapan pertama masuk ke mulut, keheningan seketika pecah oleh desahan pelan yang hampir serempak.Aroma harum dari uap kaldu yang masih mengepul menguar ke seluruh penjuru dapur, menghangatkan udara malam yang mulai lembab.Nadira duduk di ujung meja, tersenyum kecil tanpa berkata apa-apa, hanya memperhatikan ekspresi mereka satu per satu, seolah menunggu pengakuan tanpa perlu diminta.Bahkan Mahesa, yang biasanya kalem dan sukar dibaca, terhenti sejenak. Sendoknya melayang di udara, lalu perlahan-lahan turun kembali ke mangkuk.Matanya menyipit, menatap isinya seolah baru saja menemukan harta karun yang terselip di dasar laut. Ia mengangguk pelan, nyaris tak sadar, seperti sedang berdialog diam-diam dengan kenikmatan yang tak bisa dijelaskan.Rasa sup itu bukan sekadar enak. Ada kedalaman yang tidak bisa ditakar dengan lidah saja. Seolah-olah Nadira berhasil menyelipkan kenangan masa kecil, senyap hujan sore hari,

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 173: Dapur Penuh Rasa

    Brand itu dulu lahir dari tangan Riana Wulandaru dan suaminya, Leo. Sepasang suami istri dengan intuisi bisnis yang tajam dan rasa yang tak kalah tajam.Di tengah kepungan anak usaha yang mulai kehilangan taring, Wools justru tetap berdiri gagah, menyala seperti lilin terakhir yang bertahan saat angin menerpa.Dan di belakang keberhasilan itu, nama keluarga Raditya tak bisa diabaikan. Mereka, dengan caranya masing-masing, ikut menjaga bara itu tetap menyala.Pagi menjelang siang di suite lantai atas. Sinar matahari menelusup malu-malu lewat celah gorden, menimpa lantai marmer yang dingin dan bersih.Di tengah ruang dapur yang bergaya modern, Nadira berdiri sambil mengencangkan talinya apron. Bahan-bahan telah siap, tertata rapi di atas meja dapur: tomat yang merah menggoda, daging yang masih segar, rempah-rempah yang menebar aroma menggoda, dan ikan yang menunggu giliran masuk ke dalam wajan panas.Mahesa, Lukas, dan Danu berdiri di ambang

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 172: Tatapan yang Menempel

    Yang mengejutkan, Mahesa justru tampak senang ketika disuruh-suruh oleh Nadira. Langkahnya mengikuti dari belakang tanpa suara, seperti bayangan yang tak pernah jauh dari sumber cahaya.Di bawah terik pagi yang mulai mengintip dari sela-sela kain tenda pasar, bayangan itu seakan hidup, mengiringi setiap langkah Nadira tanpa ragu.Pasar tradisional itu mulai ramai. Suara tawar-menawar bersahutan dengan denting logam dari timbangan kuno.Udara pagi yang sedikit lembab membawa wangi campuran antara daun pisang, rempah-rempah, dan ikan asin yang baru saja dibongkar dari keranjang anyaman.Seorang ibu penjual sayur dengan celemek lusuh warna hijau menyerahkan ikat bayam terakhir kepada Nadira.Ia menyeka peluh di dahinya, lalu menatap Nadira dengan senyum cerah yang memantul di kerutan matanya.“Wah, banyak banget belanjanya, Mbak,” ujarnya, nada bicaranya ringan tapi menggoda. “Mau masakin buat suami, ya?”Nadira hanya mengangguk singkat,

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 171: Kabur dan Kepiting

    “Enggak usah,” potong Nadira cepat, suaranya agak serak. Tangannya memeluk perut dengan lembut, lalu alisnya bertaut, menandai rasa tak nyaman yang pelan-pelan mencuat dari lambungnya.“Tadi sore kayaknya kebanyakan kopi. Perih banget, lambungnya. Kalau kamu lapar, pesan aja buat kamu sendiri, ya. Enggak usah repot-repot buat saya.”Ia menghela napas, sejenak diam. Sorot matanya menerawang, lalu melirik ke arah pintu.“Osha udah balik?”“Harusnya udah, Bu. Saya cek dulu, ya,” jawab Danu, cepat tanggap.Beberapa menit kemudian, Osha muncul bersama Danu. Wajahnya tampak rapi dan tenang, seperti biasa, dengan seragam yang masih licin meski hari sudah larut.“Bu,” sapa Osha, nada suaranya sopan dan penuh hormat.“Supnya udah dikasih ke dia?” tanya Nadira, nada suaranya ringan, tapi matanya tajam menelisik.Osha mengangguk lalu menjelaskan dengan rinci, “Pak Pradana tahu Ibu belum makan. Sekarang dia nunggu di luar. Katanya mau ajak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status