/ Rumah Tangga / Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi / Bab 65: Manja yang Membakar

공유

Bab 65: Manja yang Membakar

작가: Rizki Adinda
last update 최신 업데이트: 2025-07-27 12:40:53

"Tama!"

Suara itu melengking manja, serak dibuat-buat, seperti ingin memancing simpati dengan nada tangis yang tak tulus.

Seorang perempuan muda dengan gaun putih mahal yang kini ternoda merah anggur tergesa-gesa mendekat.

Matanya dibuat berkaca-kaca, seolah-olah luka batinnya lebih perih dari noda di bajunya. Tapi langkahnya terhenti oleh tangan Tama yang terangkat dingin, penuh jarak.

"Jangan dekat-dekat. Kamu kotor."

Kalimat itu meluncur datar, tapi tajam. Bagai cambuk halus yang mematahkan niat drama.

Gaun putih yang dipakai perempuan itu kini tampak seperti hasil pertumpahan darah. Anggur merah yang tercecer mengenai kain sutra membuat corak memalukan, memudar ke merah keunguan.

Tapi dia tetap memainkan peran, memamerkan wajah penuh duka seperti korban kejahatan kelas atas.

"Ini semua gara-gara dia!" tudingnya sambil menunjuk Nadira dengan suara tinggi. "Kami cuma ngobrol baik-baik, dia langsung siram anggur! Tama, Mbak Ci

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 70: Harga Sebuah Luka

    Lelang dibuka dengan suara juru lelang yang bergetar di antara denting gelas dan bisik-bisik penasaran."Dibuka dengan harga tiga miliar rupiah!" serunya, suaranya nyaris tenggelam oleh gemuruh pendingin ruangan dan gemerisik kain mahal yang dikenakan para undangan.Nadira duduk tegak, diam. Sorot matanya tenang, tapi jemarinya memainkan tepi kipas di pangkuannya. Ia tak langsung mengangkat papan.Sebaliknya, ia hanya menggerakkan kepalanya sedikit, sebuah isyarat nyaris tak terlihat yang hanya dimengerti oleh satu orang: Danu.Tanpa ragu, Danu mengangkat papan bernomor di tangannya, "Tiga koma tiga miliar."Ruangan terdiam. Beberapa tamu saling pandang, menyamakan keyakinan bahwa pria itu adalah orang yang sama yang barusan menawar kalung antik seharga enam puluh miliar.Sebagian terpaku, sebagian bingung. Apa ia hanya ingin pamer? Atau benar-benar menginginkan mangkuk-mangkuk tua itu?Namun satu hal yang pasti: semua orang tahu Danu

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 69: Aroma yang Masih Tinggal

    Riuh mendadak mereda, seolah suara itu menyayat kesunyian dengan pisau tak kasat mata.“Empat puluh dua miliar rupiah... diketuk!”Palu pelelang menghantam kayu dengan dentuman yang terasa menohok dada Aidan. Di tengah ruangan penuh cahaya kristal dan wangi parfum mahal, semua mata kini terarah pada sosok yang tak terduga: Nadira.Namun, semuanya bermula dari satu suara.Beberapa menit sebelumnya, ruang lelang itu penuh gairah. Lampu gantung menggantung megah dari langit-langit setinggi dua lantai, memantulkan kilau zamrud yang terpajang di podium kaca.Kalung itu—keindahannya seperti embun beku di atas daun teh pagi hari, hijau, dingin, dan tak tersentuh.Lalu seseorang mengacungkan papan, dan tawaran mengguncang seluruh ruangan.Aidan terhuyung. Nafasnya tercekat, matanya langsung mencari asal suara. Duduk agak di belakang, seorang pria berjas panjang hitam tampak bersandar santai, seperti seorang bangsawan di sing

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 68: Harga Sebuah Nama

    Mata Mahesa menangkap cahaya yang memantul dari sebuah benda kecil di atas panggung. Cahayanya menari-nari, menyilaukan namun memikat.Begitu mengikuti arah pantulan itu, tatapannya berhenti pada sosok perempuan yang duduk anggun di pojok ruangan.Nadira.Ia tampak seperti lukisan klasik yang tenang di tengah riuh pesta malam. Gaun malam berwarna zamrud membalut tubuh rampingnya, serasi dengan gelung rambutnya yang ditata rapi namun tetap menyisakan kesan lepas dan pribadi.Tapi bukan itu yang menarik perhatian Mahesa. Kalung yang tadi menghiasi leher Nadira telah berpindah tempat.Sekarang, ia tergolek manis di atas kain beludru hitam di meja lelang, seolah-olah tak pernah menjadi bagian dari dirinya.Lukas, yang berdiri di samping Mahesa, mencolek lengannya, lalu berbisik, “Eh, itu bukan kalung yang dipakai Nadira pas datang tadi? Dia lepas gitu aja? Disumbangin? Wah... gila, dia emang beda level.”Biasanya, acara lelang

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 67: Siluet di Bawah Cahaya

    Suara sang pembawa acara mengalun lembut, seolah menyusup ke celah-celah gaun malam dan tuksedo yang memenuhi ballroom megah itu.Lampu gantung kristal berkilauan di langit-langit, memantulkan cahaya hangat ke dinding-dinding marmer krem yang terkesan mahal namun tidak mencolok.“Barang pertama adalah sepasang gelang zamrud, sumbangan dari Ibu Cinthia Raditya, dengan harga pembuka dua ratus juta rupiah!”Gema suara itu nyaris tenggelam oleh gemuruh bisik-bisik para tamu. Seorang pria dengan jas hitam mengangkat papan kecilnya, “Empat ratus juta!”Satu demi satu angka terus menanjak.“Enam ratus juta!”“Delapan ratus juta!”“Satu miliar!”Baru saja Nadira mengangkat papannya—pelan, nyaris anggun—sang pembawa acara langsung menutup sesi, suara penuh semangat.“Satu miliar sekali! Dua kali! Tiga kali! Selamat kepada Ibu Nadira Wulandaru!”

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 66: Kilatan Dingin

    Saat kerumunan mulai bubar dan lampu-lampu sorot berganti warna seperti nafas yang menyesuaikan tempo musik, Mahesa berdiri agak kaku di pinggir ballroom.Tatapannya terpaku pada pemandangan di seberang ruangan, tempat Tama dengan santainya merangkul pundak Nadira.Sentuhan itu bukan hanya sekadar gestur akrab, tapi menyimpan intensitas—sebuah keintiman yang tidak bisa diabaikan.Ada kilatan dingin dalam mata Mahesa, seperti angin malam yang menggigit tulang.Dengan suara rendah dan terkontrol, hampir seperti bisikan yang ditelan dentuman musik, ia bertanya pada Lukas yang berdiri di sampingnya sambil memegang gelas anggur setengah penuh.“Mereka ada hubungan darah?”Lukas terdiam sejenak. Matanya melirik ke arah yang sama, seolah sedang menimbang sesuatu yang rapuh dan rumit.“Susah dibilang,” jawabnya akhirnya. “Latar belakang Nadira tuh... gelap. Jarang dibahas. Tama juga bukan anak kandung Bu Ra

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 65: Manja yang Membakar

    "Tama!"Suara itu melengking manja, serak dibuat-buat, seperti ingin memancing simpati dengan nada tangis yang tak tulus.Seorang perempuan muda dengan gaun putih mahal yang kini ternoda merah anggur tergesa-gesa mendekat.Matanya dibuat berkaca-kaca, seolah-olah luka batinnya lebih perih dari noda di bajunya. Tapi langkahnya terhenti oleh tangan Tama yang terangkat dingin, penuh jarak."Jangan dekat-dekat. Kamu kotor."Kalimat itu meluncur datar, tapi tajam. Bagai cambuk halus yang mematahkan niat drama.Gaun putih yang dipakai perempuan itu kini tampak seperti hasil pertumpahan darah. Anggur merah yang tercecer mengenai kain sutra membuat corak memalukan, memudar ke merah keunguan.Tapi dia tetap memainkan peran, memamerkan wajah penuh duka seperti korban kejahatan kelas atas."Ini semua gara-gara dia!" tudingnya sambil menunjuk Nadira dengan suara tinggi. "Kami cuma ngobrol baik-baik, dia langsung siram anggur! Tama, Mbak Ci

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status