Share

Bab 77: Gigit atau Ditelan

Author: Rizki Adinda
last update Huling Na-update: 2025-08-02 12:29:29

Perintah itu datang seperti cambuk yang membelah udara.

Dengan suara tenang tapi menusuk seperti belati tipis, Nadira memerintahkan para pelayan untuk menempelkan selembar kertas besar di dinding dan satu lagi di kepala tempat tidur Tina.

Tulisan pada kertas itu—tebal, rapi, dan tak berampun—adalah 100 Aturan Wulandaru. Kertas itu tampak seperti manifesto dari zaman perang, bukan aturan rumah tangga.

“Ada seratus peraturan. Dengan otakmu, dua hari cukup untuk hafal,” ujarnya datar, matanya tajam seperti kucing hutan.

“Dua hari lagi, aku akan tes. Salah satu saja tidak hafal, kau kena pukulan. Salah baca pun kena. Kalau berani memaki atau mengubah isinya, kau kena tampar.”

Nada suaranya tidak meninggi, tapi dinginnya lebih tajam dari bilah es. Ia lalu menoleh pada Senja yang berdiri kaku di dekat pintu.

“Seperti tadi malam. Suruh dua orang jaga dia. Kalau bandel, beri sedikit pelajaran.&rdquo

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 93: Diam Sebelum Badai

    Sinar matahari siang masih menyusup malas lewat celah tirai kantor pusat Wulandaru Group ketika Mahesa melangkah masuk ke ruang rapat utama.Jasnya belum sempat dilepas, dasinya masih terikat rapi, dan aroma kopi pahit yang menempel di napasnya menandakan pagi yang tak sempat selesai.Ia bahkan melewatkan makan siang, sebuah kebiasaan yang makin sering terjadi sejak konflik antarperusahaan mulai menghangat.Beberapa petinggi perusahaan sudah duduk di sekeliling meja bundar, menunggu. Ketegangan terasa tipis di udara, seperti benang halus yang siap putus.Saat Mahesa duduk, tak ada pembukaan basa-basi, hanya suara ketikan laptop dan debar jantung yang seolah bisa terdengar.Rafael masuk membawa kotak makan siang, namun wajahnya menunjukkan bahwa bukan itu tujuan utama kedatangannya.Kotak itu hanya sekadar titipan basa-basi.“Pak Mahesa,” ucap Rafael sembari meletakkan kotak makan di atas meja kaca, “istri Anda diserang habis-habisan d

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 92: Mulut Kotor

    "Ada yang bisa jelasin, siapa sih Nadira dari keluarga Wulandaru ini? Bukannya Ketua Wulandaru Group, Pak Rafka Wulandaru, cuma punya satu anak perempuan, Tina Wulandaru? Dan dia jelas bukan yang ini."Suara-suara tajam dari netizen bermunculan seperti kabut pagi yang menyelimuti layar gawai. Mereka menulis tanpa ragu, penuh semangat, seolah sedang memburu sesuatu yang berdarah.“Kebetulan banget, gue pernah ketemu Tina di pesta. Orangnya sopan, manis. Beda banget sama cewek di video ini.”“Coba lihat daftar donatur! Si Nadira ini nggak nyumbang sepeser pun. Ngapain dateng ke gala amal fashion? Cuma mau pamer dan ngerendahin orang lain, ya?”“Kita harus cari tahu siapa dia sebenarnya, dan paksa dia minta maaf!”Setuju.Langit digital mendung, dipenuhi komentar pedas dan emoji marah. Nama Nadira Wulandaru menghiasi kolom trending, ditemani hujan tagar dan cercaan yang semakin mengalir deras.Namun di dalam ruangan yang remang

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 91: Siraman yang Elegan

    Sebelum rapat benar-benar usai, denting notifikasi memecah konsentrasi. Layar ponsel Nadira menyala, menampilkan nama Tama.Ia menggeser layar dan menjawab cepat, suaranya tetap pelan namun tegas.“Aku lagi rapat. Nanti aja ya.”Namun suara Tama langsung menyusul, nyaris mendesak.“Tenang, jangan marah. Urusan bocah-bocah nggak tahu diri itu, biar aku yang urus. Kamu nggak usah repot!”Sambungan terputus tanpa sempat dijawab. Nadira mematung sejenak, lalu mengernyit.“Apa lagi ini?”Seolah alam ikut bermain, ponsel Danu pun berdering. Ia membaca pesan dengan alis merapat, lalu melangkah pelan mendekati Nadira dan membisikkan sesuatu.Ekspresinya berubah drastis, dari datar menjadi tegang seperti seseorang yang baru saja menerima berita buruk.Nadira tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut meraih tabletnya. Beberapa ketukan cepat membawanya ke laman berita hiburan, dan di sana—di sana nama Nadira terpampang di daf

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 90: Jangan Jatuh Cinta Terlalu Gampang

    Ia mengeluarkan cap mawar milik Nadira dari saku jasnya, benda kecil yang anggun dengan ukiran halus, di bawahnya tertulis nama: Mahesa Pradana.Jari-jarinya memutar-mutar cap itu pelan, seolah setiap putaran menggali kembali serpihan waktu yang tercecer.Ada getar halus di dadanya, getir yang diam-diam menyesap perlahan.Apakah manusia memang harus kehilangan dulu, baru bisa belajar menghargai?“Gila, gue kenyang banget!”Lukas menepuk-nepuk perutnya dengan gaya berlebihan, langkahnya santai saat keluar dari restoran "Rasa Rakyat" di jantung Kemang.Udara sore menyelimuti jalanan dengan aroma pohon ketapang dan lalu lintas yang tak pernah benar-benar tidur.Cahaya matahari menembus sela-sela dedaunan, menyinari wajahnya yang penuh kepuasan, seakan bumbu dan santan dari masakan barusan masih menari di lidahnya.Ia menoleh ke arah Nadira yang berjalan di sampingnya, lalu bertanya sambil mengangkat alis, &ldq

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 89: Permata yang Tak Terlihat

    Lukas ternganga, wajahnya seperti anak kecil yang baru pertama kali melihat kembang api meledak di langit malam.Ini... ini sebenarnya apa yang sedang terjadi?Ruang dapur yang tadi tampak biasa saja kini seolah berubah menjadi panggung drama penuh misteri dan kehormatan.Cahaya lampu gantung menyorot ke meja kerja stainless steel, memantulkan kilau lembut yang mempertegas aura yang memancar dari sosok Nadira.Duduk tenang dengan kedua tangan terlipat anggun di pangkuan, ia seperti seorang ratu yang tak membutuhkan mahkota.Lukas akhirnya menutup mulutnya yang terbuka sejak tadi, tapi tatapannya masih curiga, seolah menunggu dua tokoh di depannya tertawa dan berkata bahwa semua ini hanya sandiwara."Pak Nashiruddin," ia bertanya, suaranya tertahan antara tidak percaya dan penasaran, "bukankah keluarga Anda biasanya hanya menurunkan ilmu memasak ke anak laki-laki?"Teguh, sang chef yang dikenal tajam dan tegas, justru mengangguk lembut

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 88: Selevel dengan Ayahmu

    "Aku sudah tahu ke mana arah pikiranmu," potong Nadira dengan suara lembut namun tegas, seolah mencoba menahan badai sebelum datang.Matanya, gelap seperti bayang-bayang mendung, menatap Lukas tanpa berkedip."Tapi dia bukan pilihan."Lukas menghela napas panjang, bahunya sedikit merosot, tapi tak ada tanda ia akan mundur. "Kenapa? Ini soal bisnis. Dilihat dari kekuatan modal dan pengaruhnya, Grup Pradana tetap pilihan terbaik. Lagi pula, Mahesa sendiri tertarik. Bukankah itu sempurna?"Ruangan tempat mereka duduk penuh nuansa krem hangat dan cahaya redup dari lampu gantung berbentuk kristal yang menggantung tenang di langit-langit.Musik piano klasik mengalun pelan, tapi ketegangan yang mengambang di udara membuat setiap not terasa seperti detak jam sebelum ledakan.Nadira menunduk, jemarinya meraba-raba pinggiran gelas anggurnya yang masih utuh. Suaranya turun beberapa oktaf, dingin seperti angin malam di puncak Lembang."Aku tidak

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status