Share

5. Terhalang Jodoh

Kedua netra Seina dan Laras saling bertatapan.

"Aku tidak akan membiarkan kamu mengkhianati sahabatku," ucap Laras.

"Auh ... Aku takut, katakan apa yang ingin kau katakan kepada Arya. Perlu kau ingat, meski dia sahabatmu, kau tidak berhak mencampuri urusan pribadinya."

"Jelas aku harus mencampuri urusan pribadinya karena dia sahabatku!" oceh Laras semakin panas.

"Kalau kau mau mengurusi urusan pribadinya, kenapa tidak sekalian kau urus cicilan mobil, apartemen, listrik, air dan hutangnya yang lain. Kau hanya ikut campur masalah hubungannya denganku. Kenapa, apa kau cemburu kepadaku?"

Laras kehabisan kata-kata, temannya yang ada di sana mencoba menenangkan Laras dan menyuruhnya untuk kembali ke meja mereka. Sedangkan Seina menatap tajam ke arah Laras yang kembali duduk di kursinya.

Darel tersenyum melihat wajah Seina yang penuh dengan emosi.

"Jadi siapa yang kalah?" tanya Darel. “Melihat wajahmu aku yakin dia yang kalah. Kau memang tidak pernah berubah.”

"Kau tidak lihat tadi aku berubah menjadi Ultraman!"

Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ...

Darel tersedak minumannya mendengar ucapan Seina. Dengan santainya Seina menyendok makanan kemulutnya tanpa mempedulikan Darel yang tersedak.

Setelah selesai makan, Darel mengajak Seina pulang. Sepanjang perjalanan, Darel melirik ke arah Seina yang sibuk mengetik di ponselnya.

"Apa pacarmu marah?" tanya Darel.

"Tidak, aku hanya sedang mengetik," jawabnya.

“Tolong ambilkan plastik buku yang akau beli di belakang,” ucapnya.

Saina mengambil plastik tersebut dan memberikannya kepada Darel. Darel mengambil novel yang tadi ia beli. Sebelumnya novel itu sudah di pegang oleh Seina, Darel pikir Seina menginginkan novel tersebut

"Ini untukmu." Mata Seina melihat ke novel yang Darel simpan di lahunannya.

"Hahaha ... sepertinya ada kesalahpahaman di sini, aku tidak menginginkan novel ini, Darel. Tadi aku hanya ingin melihat harga novel ini, asal kau tau ini salah satu novel karyaku," ucap Seina penuh kebanggaan.

"Benarkah, kau seorang penulis?" ujar Darel terkejut di buatnya.

"Lebih tepatnya, si pengagum imajinasi. Sepertinya buku ini cocok untukmu, jadi kau simpan saja."

Seina tersenyum, lalu kembali mengetik di ponselnya. Kejadian tadi restoran dengan Laras, membuat imajinasi Seina berjalan dengan baik. Ia kemudian menumpahkan semua yang ada di otaknya ke dalam tulisan.

Dua puluh menit kemudian, mobil mereka sampai di gedung apartemen. Darel memarkirkan mobilnya, sedangkan Seina keluar lebih dulu di ikuti Darel dari belakang. Mereka berdua masuk ke dalam lift, dengan Seina yang masih fokus dengan ponselnya.

Pintu lift terbuka. “Tunggu, ini bukan lantai apartemen kita,” oceh Seina.

“Memang bukan, tadi kau menekan lantai sembilan,” tukas Darel.

“Kenapa kau tidak memberitahuku!” kesal Seina.

“Aku hanya ingin tau sefokus apa saat kau sedang bekerja. Ternyata, hahaha ... kenapa kau tidak menekan lantai dua puluh,” cibir Darel. Kedua pun kembali masuk ke dalam lift yang akan turun.

Pintu lift kembali terbuka, Seina dan Darel tertawa bersama. Mereka saling menggoda menertawakan Seina. Tanpa mereka sadari seseorang sedang memperhatikan mereka berdua.

"Kak Darel."

Seorang wanita berlari ke arah Darel dan memeluknya. Seina yang ada di sana berangsur menjauh, membiarkan mereka berdua.

"Se- Seina ...!" Langkah Seina terhenti lalu membalikkan tubuhnya. "Terima kasih," ucap Darel sambil menyingkirkan tangan wanita yang menempel di perutnya.

"Iya sama-sama."

Seina bergegas masuk ke dalam apartemen setelah berhasil menekan passwordnya. Dibalik pintu Seina menempelkan telinganya, mencoba mendengarkan percakapan Darel dan wanita itu.

"Aku penasaran siapa wanita itu, oh my God ... apa dia kekasih Darel atau mungkin istrinya."

Seina bergidik ngeri sambil mengusap-usap lengannya lalu masuk ke dalam kamar.

***

Arya sudah siap pulang dari kantornya, ia juga sudah memesan makanan untuk di bawa ke rumah Seina. Arya terus mengukir senyum di pipinya, begitu bahagia bisa bertemu dengan Seina dan bermesraan dengannya.

Namun, langkah Arya terhenti saat melihat Laras sedang menunggunya di depan mobil pribadinya.

"Hai Arya," sapa Laras.

Beberapa teman Arya melirik ke arah mereka, sebenarnya ini bukan kali pertama Laras datang ke kantor Arya. Hal itu pun menjadi bahan gosip anak-anak di kantornya, bahkan Arya di tuduh selingkuh ketika mengatakan jika Laras bukan kekasihnya.

"Untuk apa kau datang ke sini?" tanya Arya.

"Ah ... tadi aku ikut pulang bersama dengan Clara, tapi dia malah menurunkan aku di depan kantormu, karena kekasihnya menyuruhnya datang ke apartemennya."

"Oh ...."

Arya hanya ber-ohria mendengar penjelasan Laras. Laras menyeringai, ia tahu jika saat ini Arya kembali masuk perangkapnya.

Tanpa permisi Laras masuk ke dalam mobil Arya, saat Arya membuka mobil di sebelah kemudi. Arya lalu menyimpan makanan Seina di sampingnya.

"Ah Arya, kau tahu saja kalau aku sedang lapar," oceh Laras.

Arya menarik makanan yang akan di buka oleh Laras, kemudian memasukkan lagi ke dalam plastik.

"Itu makanan Seina, jika kau lapar kau makan saja di rumahmu."

Laras mencebikkan bibirnya, kesal dengan penolakan yang Arya lakukan kepadanya.

"Apa kau mau ke rumah Seina?" tanya Laras.

"Hm ...," jadwal Arya singkat sambil mengemudikan mobilnya. "Jadi turunlah di halte depan, karena aku akan ke apartemen Seina.

"Tak bisakah kau mengantar aku ke rumah?" rengek Laras.

"Maaf aku sudah janji dengan Seina."

Terlihat jelas kekesalan dari wajah Laras, kali ini Arya tidak mau Seina marah lagi kepadanya hanya karena Laras.

Arya memberhentikan mobilnya di depan halte, ia lalu mempersilahkan Laras untuk keluar dari mobilnya.

"Kamu yakin mau meninggalkan aku di sini?" tanya Laras sebelum keluar dari mobil Arya.

"Ayolah Laras, Seina saat ini sedang menungguku," titah Arya.

"Tapi Arya, aku ini sahabat kamu."

"Iya aku tau kamu sahabat aku, tapi Seina calon istri aku. Jadi cepat turun karena aku tidak mau terlambat. Dan satu lagi, jangan pernah berkata yang tidak-tidak tentang Seina."

Mau tidak mau Laras keluar dari mobil Arya, dengan rasa dongkol dalam hatinya. Mobil Arya berjalan dengan cepat meninggalkan Laras yang sedang berdiri di halte. Laras mengepalkan tangannya, baru kali ini Arya tidak mempedulikan permintaannya.

Apartemen Glory

Ketika pintu lift terbuka Arya melangkahkan kakinya keluar dari dalam lift, saat bersamaan ada seorang pria dan wanita yang masuk ke dalam lift.

Sepintas Arya ingat dengan wajah pria itu, iya ... pria yang tadi siang bersama Seina di restoran. Arya mengingat jelas wajah pria yang di kirimkan fotonya oleh Laras. Arya mencoba mengenyahkan pikirannya, lalu tangannya memencet bel.

"Sayang, kau datang?" sapa Seina membukakan pintu.

Seina berhamburan memeluk tubuh Arya, lalu menariknya masuk ke dalam apartemen.

"Ini aku bawakan makanan kesukaanmu, tapi maaf sudah tidak panas lagi," ungkap  Arya menyesal.

"Tidak apa-apa, terima kasih sayangku."

Arya tersenyum lalu mengusap rambut Seina. Ingatan Arya kembali pada sosok pria yang berpapasan dengannya tadi.

"Ehm ... sayang apa temanmu baru saja dari sini?" tanya Arya hati-hati.

Seina berpikir sejenak, ia mencoba mencerna ucapan Arya sambil menyendok makanan ke dalam mulutnya.

"Ah, maksudmu Darel. Dia tinggal di samping apartemenku, apa kalian sudah bertemu?"

"Iya tadi kami berpapasan."

"Wah, sepertinya Laras memberitahumu dengan detail, sampai kau tau dengan wajah pria yang makan siang bersamaku."

"Maaf, Laras memang orangnya seperti itu. Tapi aku percaya kepadamu, kau tidak mungkin mengkhianatiku."

Seina menyeringai menanggapi ucapan Arya. "Aku akan melakukan apa yang kau lakukan kepadaku Arya," batinnya.

***

Darel mencoba menghilangkan pikirannya tentang Seina, ia sadar saat ini Seina sudah memiliki tunangan dan mustahil kembali kepadanya.

"Sayang, kau kenapa?" tanya Diana.

"Ah tidak apa-apa, oh ya kau mau pesan apa?"

Diana kembali fokus dengan menu makanan yang ada di tangannya.

Diana merupakan calon istri Darel, mereka berdua sudah di jodohkan oleh orang tua mereka saat masih sekolah.

Hal itulah yang membuat Darel dulu memutuskan hubungannya dengan Seina, sepihak. Ia tidak mau jika hubungannya terlalu jauh, Seina akan terluka nantinya.

Sudah hampir lima tahun berpisah, Darel pikir perasaannya untuk Seina sudah hilang. Nyatanya saat ia kembali bertemu dengan Seina, rasa cintanya untuk Seina masih ada. Bahkan Darel berharap Seina juga membalas cintanya yang masih tersimpan hingga saat ini.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Skuka_V
betul, masih ada rasa buat mantan
goodnovel comment avatar
Dewy Saras
bener dugaanku kalau darel masih punya rasa sama Seina
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status