Share

7. Sepenggal Kisah Lama

Penulis: Skuka_V
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-11 10:15:27

Mata Arya melihat ke sekeliling restoran, tidak ada tempat duduk yang kosong.

"Kita take away saja ya," ucap Arya.

"Makan di sini saja, kita bergabung sama temanku," tukas Seina.

"Teman kamu yang mana?" tanya Arya.

"Itu yang tadi mamanggil namaku, aku ke sana dulu ya," jawab Seina berjalan ke arah meja Darel.

Seina berjalan ke meja Darel. "Hai Darel ... bolehkah aku bergabung di sini? Soalnya tidak ada tempat yang kosong. Boleh ya kak?" lirih Seina menatap Diana.

"Boleh, duduk di sini saja," jawab Diana.

"Makasih banyak."

Seina melambaikan tangan ke arah Arya, tanpa permisi Seina duduk di samping Diana. Tak lama Arya datang sambil membawa makanan mereka.

"Hai, kita boleh bergabung di sini kan?" ucap Arya.

"Boleh, tadi pacarnya Darel sudah mengizinkan kita makan di sini. Oh iya kak, kenalin nama aku Seina," oceh Seina memperkenalkan diri.

Diana menjabat tangan Seina dan berkata, "Namaku Diana, salam kenal."

Arya yang juga memperkenalkan diri kepada Darel dan Diana. Setelahnya, tidak ada yang memulai pembicaraan. Darel terlihat tidak berselera makan sampai ia tidak berselera makanan.

"Oh ya, Seina aku dengar kalian teman saat Sekolah Menengah Atas?" ungkap Diana.

Seina melirik ke arah Darel yang hanya diam, sibuk dengan ponselnya. "Ah iya, kita dulu teman sekolah."

Darel menatap Seina lalu menyimpan ponselnya. Seina memalingkan wajahnya, tak ingin melihat ke arah Darel.

"Ehm ... oh ya, apa kalian sudah lama berpacaran?" tanya Darel kepada Arya.

"Kita sudah bertunangan, dua bulan lagi kami akan melangsungkan pernikahan," jawab Arya.,

"Wah ... Selamat Seina, aku iri kepadamu. Aku sudah lama di jodohkan dengan Darel tapi hingga sekarang dia belum juga melamarku.” Seina terdiam mendengar penuturan Diana.

"Belum waktunya," jelas Darel penuh penekanan. Arya yang sudah selesai makan menatap Seina yang masih mengunyah makanannya. Dengan lembut Arya mengusap noda makanan yang menempel di sudut bibirnya.

Darel melirik ke arah Arya lalu beranjak dari kursinya. "Kami pulang dulu."

Mata Seina fokus ke tangan Darel yang memegang erat tangan Diana, membawanya pergi dari restoran.

"Sayang kau kenapa?" tanya Arya.

"Tidak apa-apa, aku sedang menikmati makanan yang ada di mulutku," elak Seina.

Entah apa yang dirasakan Seina saat ini, yang pasti dia begitu kecewa saat Darel mengatakan hubungannya dulu hanya sebatas teman.

Seina kembali ke apartemen, dengan langkah lunglai ia berjalan keluar dari lift. Rencana weekend bersama Arya pupus sudah, saat temen kantornya meminta Arya untuk lembur. Seina membuka pintu apartemen, tiba-tiba saja Darel masuk ke dalam tanpa permisi, kemudian menarik Seina lalu menutup pintunya.

"Kenapa kau masuk ke apart--"

Belum selesai bicara, Darel membekap mulut Seina. Darel melihat Diana dari lubang intip. Tanpa ia sadari, Seina merasakan detak jantungnya yang begitu kencang, ketika tubuhnya dan Darel begitu dekat tanpa celah. Bahkan Seina merasakan lengan Darel yang menyentuh squishy kembarnya. 

Setelah melihat Diana keluar dari apartemen, Darel melepaskan tangannya dari mulut Seina. Dengan kencang Seina menendang kaki Darel hingga ia mengaduh kesakitan.

"Aw, sakit.” Darel mengaduh kesakitan. “Seina, bolehkah aku tinggal di sini sebentar?" mohonnya.

"Kamu punya apartemen sendiri kenapa kamu harus bersembunyi di sini, jika kamu memiliki masalah dengan Diana, selesaikan jangan jadi pengecut."

"Kau tidak tau masalah sebenarnya," desis Darel mengikuti Seina.

Seina membuka sepatunya, berjalan ke dapur. Ia mengambil dua minuman kaleng dan memberikan satu untuk Darel. 

"Dari dulu kamu tidak pernah berubah, selalu lari dari masalah."

"Bukan lari, hanya saja--" Darel menghentikan ucapannya menatap manik mata Seina. Keduanya pun saling bertatapan, tetapi mulut mereka seperti terkunci.

Bandung, 03 April 2014

“Aku menyukaimu Seina," ucap Darel sambil memegang kedua tangan Seina.

"Sudah berapa wanita yang kamu kasih harapan palsu?" tanya Seina.

"Asal kamu tahu saja, aku belum pernah sekali pun berpacaran dengan siswi di sini."

Seina memicingkan matanya, tidak percaya dengan ucapan Darel. "Buat aku jatuh cinta kepadamu, kalau kamu berhasil aku akan menerimamu di depan semua orang."

"Oke ...."

Sejak mengungkapkan perasaannya, Darel gencar menunjukkan perhatiannya kepada Seina. Bahkan dia terlihat protektif kepada siapa pun yang mendekatinya.

"Pagi," sapa Darel saat melihat Seina berjalan di koridor.

"Hm," jawab Seina singkat.

Darel mengikuti langkah Seina meski dia terlihat malas dengan tingkahnya. Seperti biasa Darel akan mengantarkan Seina sampai masuk ke kelas, setelah itu dia akan kembali ke kelasnya yang tak jauh dari sana.

Tepat pukul dua belas siang, bel berbunyi. Semua siswa dan siswi keluar dari kelas mereka. Namun, Seina masih bertahan di kelas, enggan keluar dari sana. Seina tidur di meja, menggunakan tangan sebagai tumpuan kepalanya.

“Gaes ... ayo keluar, siswa sebelah nyerang kita lagi," seru seorang siswa.

Terdengar riuh, suara para siswa dan siswi yang berjalan keluar dari kelas. Seina mengangkat kepalanya karena merasa terganggu dengan kebisingan.

"Seina ... ayo keluar, geng sekolah kita kalah," ucap Dino.

"Biarkan saja, bukan urusanku," ketus Seina.

"Darel terluka, mereka membawa senjata tajam."

“Apa!”

Seina bergegas keluar dari kelas untuk melihat keadaan Darel. Dengan langkah kaki yang cepat, akhirnya Seina sampai di tempat mereka berkelahi. Mata Seina memicing mencari keberadaan Darel. Tangan Seina mengepal saat melihat siswa sekolah sebelah memukul wajah Darel tanpa henti.

"Darel," desisnya. Darah segar keluar dari mulut Darel serta pelipisnya. Seina berlari ke arah Darel, menendang siswa yang memukul Darel hingga tersungkur. Seina mengeluarkan ponselnya lalu merekam kejadian di sana kemudian mengirimkan ke guru BK.

"Darel, Darel, sadarlah." Seina terlihat panik karena darah terus keluar dari hidungnya. Seketika tubuh Darel luruh ke lantai. "Darel, bangun!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dewy Saras
mereka masih memiliki perasaan satu sama lain tapi terhalang dengan pasangan mereka masing-masing ya thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mantan Tampanku Di Pintu Sebelah   33. Mempelai Pengganti - Tamat

    Seina menatap pria yang sedang duduk sambil menikmati kopi di depannya. Sudah satu minggu lebih ia tak mendapat kabar dari Arya. Namun, sekalinya ia mendapat kabar dari sepupunya yang melihat Arya sedang bersama seorang wanita. "Brengsek ...!" gumam Seina sembari mengepalkan tangannya. Dengan langkah yang cepat Seina mendekati Arya. "Oh jadi gini kelakuan kamu di belakang aku. Wah ... jadi ini yang katanya sahabat, tapi selingkuh!" "Seina." Arya berusaha memegang tangan Seina, tapi dengan cepat Seina menepis tangan Arya. "Jangan sentuh aku. Ternyata selama ini kamu bohongin aku, tega kamu ya. Kalau kamu memang udah bosan sama hubungan kita, ngomong aja jangan seperti ini." Arya memegang erat tangan Seina mencoba menahannya, sedangkan Laras yang tak lain sahabat Arya sekaligus duri di hubungan mereka pun berjalan mendekati Arya. "Cukup Arya!" Laras menahan tangan Arya lalu menatap Seina dengan tajam. "Aku sedang hamil anak Arya." "Laras ...!" Bagai dihantam batu yang begitu bes

  • Mantan Tampanku Di Pintu Sebelah   32. Pengakuan Cinta

    Hanya tinggal menghitung hari saja, Seina akan resmi berstatus menikah. Biasanya para pengantin sudah mulai mempersiapkan pernikahan mereka, tapi tidak dengan Seina. Ia begitu santai sampai banyak yang menduga jika pernikahan mereka batal meski undangan sudah disebar. “Ayo, pulang. Kau itu harus dipingit, supaya pas nikahan nanti terlihat pangling,” ucap sera terus membujuk Seina untuk pulang ke rumah orang tuanya. Seina tak bergeming, ia menikmati sarapannya dengan tenang. Sera yang melihat Seina bersikap acuh pun menyimpan sendoknya di atas piring lalu memegang dahi Seina. “Kenapa?” tanya Seina melihat sepupunya itu menyamakan suhu tubuhnya. Sera hanya bergumam lalu menyendok makanan ke mulutnya. “Ternyata suhu tubuhmu masih normal, aku pikir kamu sedang memikirkan Darel.” Seina berdecak. “Apa hubungannya!” kesal Seina yang sudah mulai terpancing emosi. Tak bisa di pungkiri sejak pertemuan semalam, wajah Darel terus berputar di pikiran Seina membuatnya ragu untuk menikah. Entah

  • Mantan Tampanku Di Pintu Sebelah   31. Bimbang

    Mengingat apa yang dilakukan Darel semalam cukup membuat Seina takut bertemu dengannya. Bukan karena hal itu saja, ia juga merasa harus menjauh dari Darel karena sebentar lagi akan menikah dengan Arya. "Apa dia sudah berangkat kerja?" gumam Seina selihat dari lubang intip yang menempel di pintunya. Perlahan Nidya membuka pintu apartemennya sembari membawa sampah. Ia pun menutup pintu sepelan mungkin agar Darel tidak mendengar suaranya. Dengan cepat ia melangkah ke lift berharap segera turun ke lantai dasar. Seina bernapas lega karena ia tidak bertemu dengan Darel. Saat lift berhenti di lantai dasar Seina bersiap untuk keluar, tapi saat pintu terbuka ia diam meatung karena tepat di depannya ada pria yang ia hindari sedang berdiri di depannya. 'Darel,' batinnya. Keduanya kompak mengalihkan pandangan mereka lalu melangkah keluar dan masuk ke dalam lift secara bersamaan. Hati Seina berdesir ketika berpasan dengan Darel, ia terus berjalan mencoba mengabaikan Darel dan perasaannya. "

  • Mantan Tampanku Di Pintu Sebelah   30. Gara-gara Mabuk

    Sesaat keduanya saling berpandangan sebelum akhirnya dering ponsel menyadarkan keduanya. Darel menggeser"Halo, Mah. Ada apa?""Kamu yakin mau membatalkan pertunangan kamu dengan Diana?" tanya Mira yang tak lain Ibu Darel. Darel menoleh ke arah Seina yang masih ia genggam tangannya dengan erat. "Mah, diantara kita tidak ada kecocokan. Lagian aku hidup di zaman modern, aku tidak mau mengikuti perjodohan.""Iya tapi, ini semua janji antara Papah dan Ayahnya Diana." Mira masih ngotot agar Darel mau menikahi"Yang membatalkan pertunangan ini dari pihak Diana, bukan aku mah berarti yang memiliki masalah dengan kita itu mereka bukan aku."Darel mematikan panggilannya sepihak, ia menyandarkan punggungnya diatas sofa. Seina menepis tangan darel. Ia tak ingin bertanya, tetapi mulutnya gatal ingin mengeluarkan kata-kata yang sinkron dengan otaknya."Apa pertunangan kamu dengan Diana batal?" tanya Seina dengan hati-hati."Iya, pertunangan kami batal," jawab Darel."Apa kamu tidak mau mempertahan

  • Mantan Tampanku Di Pintu Sebelah   29. Perselingkuhan

    "Tenang semuanya tenang," teriak Arya mencoba menenangkan. Namun bukannya tenang, penyusup tersebut malah melakukan hal-hal yang merugikan mahasiswa. "Den perintahkan semua mahasiswa kita untuk mundur, ada penyusup di antara kita." "Oke," ucap Deni. Tangan Arya masih tertaut dengan tangan Seina. Seina mencoba melepaskan tangannya dari pria itu, tetapi Arya malah merekatkan pegangannya membawa Seina pergi dari sana. "Kamu enggak apa-apa Seina?" Seina terdiam ketika melihat seorang pria yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, tetapi dia tau namanya. "Kamu mengenalku, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Seina. "Apa kamu lupa denganku?" ucap Arya. "Ah, aku pria yang membayar buku yang kamu beli di mini market tak jauh dari SMA Harapan." "Ka-kamu ... Arya." Arya tersenyum bahagia karena Seina ternyata masih ingat dengannya. Pribahasa dunia tak selebar daun kelor, ternyata sangat cocok dengan kehidupan Senia, Darel dan Arya. Sebelumnya mereka pernah dipertemukan dan terlibat

  • Mantan Tampanku Di Pintu Sebelah   28. Mengang Masa Lalu

    Arya mengetuk pintu kamar Seina, ia mencoba untuk merayunya agar dia membukakan pintu untuknya."Sayang, kita harus bicara. Aku jauh-jauh datang ke sini cuma mau nyelesain masalah kita. Please sayang ... aku enggak mau hubungan kita semakin kacau."Seina yang berada di balik pintu hanya diam, ia juga tak mengerti dengan perasaannya yang benar-benar kacau. Di satu sisi dia ingin menikah dengan Arya, di sisi lain ia mulai mencintai Darel. Egois memang, tapi semuanya terjadi begitu saja. Rasa yang dulu telah hilang, kini hadir kembali dengan versi yang berbeda."Sayang ...!"Seina membuka pintu kamarnya, ia berjalan melewati Arya, lalu duduk di sofa. Arya mengikuti langkah Seina, duduk di sampingnya."Kita harus bicara dengan kedua orang tua kita tentang pengunduran acara pernikahan kita. Apa kamu yakin dengan keputusanmu?""Aku sangat yakin, melihat tingkahmu dibelakangku dengan Laras, membuatku hampir membatalkan pernikahan ini. Aku enggak mau terus menerus cemburu, bukan aku yang haru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status