Share

Mantra Pemikat Sang Perawan Tua
Mantra Pemikat Sang Perawan Tua
Author: Pena Asmara

Part 1 Syarat Yang Harus Dipenuhi

PELET DARAH KOTOR

"Aku ingin menikahimu, Kesih, apa syarat yang kau minta?" tanya Karta sang juragan penggilingan padi. Pemilik puluhan hektare lahan pertanian di Desa Kemangi terus menatap Sukesih. 

Dalam pandangan matanya tidak ada perempuan yang cantiknya melebihi Sukesih saat ini, tidak juga Sumiarsih istrinya. Seorang mantan penari jaipong yang dahulunya menjadi primadona pria-pria sekecamatan. 

Pagi-pagi sekali, Karta yang juga seorang lintah darat sudah berkunjung ke rumah Sukesih. Mengetuk-ngetuk pintu rumahnya untuk bisa bertemu dengan perawan setengah tua bernama Asih Sukesih. 

Sukesih sengaja membiarkan saja Karta yang terus mengetuk pintu dan berteriak-teriak memanggil namanya, tidak langsung pintu rumah dibukanya. Dia hanya mengintip dari dalam rumah, melihat prilaku Karta yang seperti kelimpungan karena ingin menemuinya. 

Selarik senyum sedikit terangkat dari satu sudut bibirnya. Sebuah senyuman sinis, senyuman kemenangan. Satu per satu dendamnya akan dia balaskan, dan yang pertama adalah membuat Sumiarsih menderita. Mantan penari jaipong itu sudah terlalu sering menghinanya, merendahkannya, dan Sumiarsih harus menerima balasannya. 

"Perawan miskin sepertimu mana ada yang mau, Kesih. Bahkan, belum tentu juga kau masih perawan," ejeknya sembari tertawa lepas, dan itu sangat menyakiti hati Sukesih. 

"Sudah kau jual berapa kegadisanmu saat menjadi babu di kota? Apa digratisin buat majikan?" Kembali dia memfitnah, mulutnya memang tajam dan jahat sekali. Warga desa yang sedang makan di warung soto milik temannya, Narti, malah ikut-ikutan menertawai. 

Sumiarsih sudah seperti suaminya, lintah darat Karta. Dihormati warga desa karena kekayaan dan kekuasaannya, bukan karena kebaikan ataupun kemurahan hatinya. 

"Sabar, Sih, jangan diladenin. Nanti juga dia mendapatkan karmanya karena sudah menghinamu," ucap Narti, menyabarkan hati Sukesih. 

Yah, sedari mereka kecil, Sumiarsih memang sangat sering membully Sukesih dan Narti, karena usia mereka bertiga yang hampir seumuran. Namun, hinaan yang diterima Sukesih tidak sesering Narti. 

Mereka berdua adalah korban kedzalimannya Sumiarsih sedari dulu. Dan lewat Narti, akhirnya Sukesih bisa memperdaya Juragan Karta. Soto yang untuk dihidangkan buat Karta, diberikan dulu kepada Sukesih kemudian diberikan darah kotor Sukesih yang sedang datang bulan. Rencana Sukesih didukung sepenuhnya oleh Narti. Mantan penari jaipong itu memang harus dibuat menderita. 

"Kang Karta ingin tahu syaratnya, jika ingin menikah dengan Asih?" Karta mengangguk cepat, dia sudah sangat bernafsu melihat Sukesih. 

"Apa pun akan Akang lakukan agar bisa menikahimu, Sih?" Mata Sukesih menatap Karta tajam, senyum kemenangan tersungging di bibirnya. Berucap pelan namun tegas. 

"Usir Sumiarsih dari rumah Akang. Tidak boleh membawa apa pun selain pakaian yang melekat di tubuhnya. Kang Karta berani tidak?"

Syarat dari Sukesih kepada lintah darat yang sedang tergila-gila kepadanya itu, jika memang benar-benar Karta menginginkan dirinya. Syarat yang sudah disepakati sebelumnya berdua oleh Narti, sebagai balasan dari perbuatan dzalim Sumi terhadap mereka selama ini. 

Karta tersenyum lebar hingga nampak seluruh giginya. Matanya terus menatap Asih dengan penuh bernafsu. Tidak ada lagi hinaan yang dia lontarkan seperti biasanya setiap kali bertemu dengan perawan tua itu, bahkan pernah sampai membuang ludah karena melihat Asih berpakaian kumal. Yang dilihat oleh matanya sekarang adalah Asih Sukesih sebagai sesosok wanita paling cantik dan paling menggairahkan birahinya.Layaknya seperti seorang bidadari yang turun dari langit tanpa busana. 

"Berani atau tidak? Hahaha ... hahaha ....!" Juragan Sukarta tertawa terbahak-bahak mendengar permintaan Asih, entah apa yang lucu atas syarat yang diajukan oleh perawan tua tersebut.

"Hanya itu saja syarat yang kamu minta, Neng geulis?" Asih hanya tersenyum sinis. Seumur-umur Juragan Karta tidak pernah memanggilnya cantik, apalagi sampai memujinya. Tirakat ritual untuk menundukkan lelaki yang dia inginkan ternyata berhasil. 

Dan Karta adalah target pertamanya untuk dapat membalas dendam kepada Sumi, selain juga harta kekayaannya. 

Karta mendekatkan tubuhnya ke arah Asih, dia mulai bertingkah genit. Jemari tangannya yang penuh dengan cincin batu mulia berwarna-warni mulai menjawil genit dagu Asih, dan perawan tua itu membiarkan saja. 

Juragan Karta sudah kehilangan kesadaran, yang ada di otaknya adalah kecantikan dan kemolekan Neng Asih Sukesih. Pelet darah kotor yang sudah ia ritualkan, kemudian bercampur dengan kuah soto yang disantap Karta, untuk mengerjai si lintah darat tersebut ternyata berhasil sempurna. Karta sudah seperti anj*ng penjaga yang setia, merajuk memutari kaki si pemilik karena menginginkan tulang berlemak. 

"Itu saja dulu syaratnya Juragan, belum tentu juga Juragan berani melakukannya," sindir Asih, menantang keberanian Karta untuk mengusir istrinya Sumi. 

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status