Share

Part 2 Terlalu Sakit Hati

"Tentu saja Akang berani, geulis ... Neng bisa lihat sendiri nanti?" Karta mengerdipkan matanya genit kepada si perawan tua, lalu berbalik badan meninggalkan Sukesih yang masih berdiri di depan pintu rumahnya. Memperhatikan punggung sang juragan yang berjalan dengan sangat tergesa-gesa. Setelah tidak lagi terlihat, cepat-cepat Sukesih menutup pintu rumahnya bermaksud untuk mengikuti Karta dari belakang. Dia ingin membuktikan sendiri, apakah sang juragan tanah pemeras rakyat jelata itu akan memenuhi keinginannya atau tidak. 

Sementara itu sedari awal kedatangan Karta ke rumah Sukesih, sepasang mata terus memperhatikan dari jarak kejauhan. Sepasang mata milik Narti. Mengawasi setiap kejadian secara diam-diam. Lalu mengumpat dengan penuh kebencian saat melihat Karta berbalik badan dengan jalan terburu-buru. 

"Ma*pus kau, Sumiarsih. Sebentar lagi kau bisa merasakan, bagaimana rasanya dihinakan. Matilah maneh bersama kesombongan maneh!" Diakhiri dengan membuang ludah secara kasar ke tanah. Dendam kesumat yang sudah mendarah daging, akibat dari terlampau sakit hati.

÷÷÷

Listrik yang belum memasuki wilayah Desa Kemangi membuat obor-obor yang terbuat dari bambu, atau senter untuk kalangan yang mampu membeli jadi penerangan hampir semua warga apabila ingin bepergian di malam hari. 

Dan teriakan kemarahan Juragan Karta, juga jerit ketakutan dan kesakitan Sumiarsih sang mantan penari jaipong memecah keheningan malam di Desa Kemangi. Membuat puluhan obor yang dibawa oleh tiap-tiap warga berkumpul di sekitaran rumah mewah milik Juragan Karta. 

Satu-satunya rumah yang terang benderang karena cahaya lampu bohlam. 

Dan hanya satu-satunya rumah paling megah di desa ini yang memiliki mesin generator sebagai penghasil listrik. 

Suara riuh dan bisik-bisik ramai terdengar dari warga yang berkerumun. Tidak ada yang berani untuk ikut campur urusan sang juragan jika tidak ingin jadi penyakit. Terlihat oleh seluruh warga desa, seorang wanita cantik sedang terduduk di tanah basah berumput terlihat sedang menangis ketakutan. Tanpa sehelai pun ada benang pakaian melekat di tubuhnya. 

Perempuan itu sedang dipermalukan semalu-malunya, bahkan oleh suaminya sendiri. Penguasa tak tertulis di Desa Kemangi, Juragan Sukarta.

÷÷÷

Sukesih, yang biasa dipanggil Asih, selesai mengunci pintu lalu mulai berniat untuk mengikuti Juragan Karta kembali ke rumahnya. Dia ingin melihat sendiri secara langsung, penderitaan yang akan dialami oleh Sumi, karena akan terusir secara paksa dari rumah sang juragan malam ini juga. 

Dia sudah berjanji, akan menertawakannya secara langsung di hadapan mantan penari jaipong tersebut. Rasa sakit hatinya karena perlakuan dan ucapan Sumi membuatnya menjadi nekat dan gelap mata. Yang ada di otaknya hanya satu, bagaimana caranya untuk membalas dendam, dan untungnya, sahabatnya Narti yang juga sakit hati terhadap Sumi memberikan ide kepadanya, lewat pelet darah kotor. 

Asih mengambil bambu obor terbakar yang terpasang di depan rumah gubuknya sebagai penerang lalu mulai ingin menguntiti Karta. Baru saja beberapa langkah Asih hendak menuju rumah sang juragan, terdengar ada suara yang memanggil namanya tapi tidak terlihat orangnya, namun Asih bisa mengenali pemilik suara tersebut. 

"Sih! Asihh? 

" Nar? Narti! Kamu di mana?" 

Asih tidak melihat ada siapa pun, di sekelilingnya hanya terlihat gelap dan kerumunan ilalang dan pepohonan. Rumah Asih memang berada tidak jauh dari pinggiran hutan. 

"Tunggu, Sih, aku ke situ?" Dari balik pohon yang besar, Narti keluar dari persembunyiannya dengan membawa batang bambu obor yang padam. 

"Kamu ngapain di situ, Nar? Itu obormu kenapa apinya dimatikan?" Narti tidak langsung menjawab pertanyaan Asih, dia menempelkan obor yang dibawanya ke obor milik Narsih untuk menyalahkan apinya. 

"Kamu ngapain bersembunyi di situ, Nar? Sampai obornya dimatikan segala?"

"Aku sengaja, Sih. Diam-diam mengikuti Juragan Karta yang tumben-tumbenan berjalan ke arah sisi hutan ini, dan yang kutahu hanya ada rumahmu di sini. Jika obornya kunyalahkan, juragan pasti tahu jika ada yang mengikutinya."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status