Share

Bagian 8 — Kelas Manusia Super

Kiana dan Rachel bersiap untuk melarikan diri, berusaha untuk menyelamatkan diri menerjang Leon, walaupun hampir mustahil karena mereka telah terjebak, jalan mereka satu-satunya untuk lari telah diblokir oleh Leon yang tidak mereka kenal sekarang.

"Apa sekarang Leon lepas kendali? Dia seperti bukan dirinya." Gumam Kiana ketakutan. Mata Leon yang semulanya hitam berubah menjadi kuning keemasan.

"Aku takut." Kiana memegang tangan Rachel. Pria itu kemudian pasang badan di depan Kiana.

"Jangan lukai dia." Ujar Rachel lantang.

"Cih!" Leon mendecak sebelum sempat mengucapkan sepatah kata apa pun, kemudian ia tiba-tiba jatuh tergeletak di hadapan Kiana dan Rachel. Menyisakan Leon yang saat ini terbaring terengah-engah karena menggunakan kekuatannya secara berlebihan.

Kiana langsung menghampiri Leon yang setengah sadar itu, ia harus meng-heal Leon secepatnya agar pria itu segera pulih karena sudah dua kali nyawanya diselamatkan oleh pria misterius itu.

"Kiana, apakah dia tidak berbahaya?" tanya Rachel khawatir menahan tangan Kiana takut, jika Leon akan menyerang mereka.

"Seharusnya tidak, jika aku segera menyalurkan energi yang kupunya untuknya." Kiana melepaskan tangan Rachel, langsung bergegas memegang tangan Leon dan fokus menyalurkan energi untuk pria itu.

Mata Leon yang terpejam sedikit bergerak dan luka yang sempat diterimanya perlahan sembuh dan menghilang.

Hebat. Rachel berucap dalam hati, Rachel tahu jika Kiana seorang healer tetapi ia tidak menyangka jika Kiana memiliki kemampuan yang hebat. Andai aku seorang manusia super, mungkin aku akan menjadi pasangan yang cocok untuk Kiana. Rachel merasa cemburu.

Leon perlahan membuka matanya. "Syukurlah," ucap Kiana.

Tepat ketika Leon membuka matanya dan kembali seperti sediakala Kiana yang akhirnya jatuh tidak sadarkan diri di dada bidang Leon, karena telah membagi energinya pada Leon.

Rachel langsung mengangkat Kiana ke dekapannya. "Biar aku yang membawanya, karenamu dia jadi seperti ini."

Leon tampak berpikir, "Apa yang sudah terjadi?" gumamnya, melihat monster yang sudah tercabik-cabik di dekatnya membuatnya tambah bingung, ia tidak mengingat apa-apa setelah ia terkena serangan tadi.

Akhirnya, Kiana digendong di pundak Rachel dan bertemu dengan tim medis yang bertugas tidak jauh dari tempat kekacauan.

Melihat Leon yang bersimbah darah, tim medis memeriksa keadaannya juga karena pikir ia terluka. Namun, tim medis menyadari jika darah di baju Leon disebabkan oleh darah monster yang ia bunuh.

"Anda, seorang manusia super?" tanya tim medis itu dan Leon hanya mengangguk.

"Syukurlah, ada kau di antara kalian bertiga. Gadis itu hanya kelelahan karena sudah menyalurkan energinya untukmu, ia hanya butuh istirahat dan sebentar lagi akan sadar." Ucap perawat setelah memeriksa keadaan Kiana.

Saat pertarungan Leon dan monster tadi tidak ada yang melihatnya karena orang-orang sudah sibuk mengevakuasi diri mereka sendiri. Tidak ada yang melihat betapa brutalnya Leon ketika menghabisi sang monster dengan kejam.

"Ukh!" Kiana tersadar, saat ia membuka matanya ada dua orang pria yang sudah ia lihat di sisi kiri dan kanannya.

"Akhirnya kau sadar Kiana." Ucap Leon senang. "Maafkan aku." Leon merasa bersalah.

"Tidak apa-apa. Sudah tugasku untuk membantumu. Karena kau sudah menyelamatkan kami." Ucap Kiana mendudukkan dirinya.

"Seharusnya kau jangan memaksakan diri." Ucap Rachel memberikan sebotol air minum.

"Terima kasih, Rachel. Meng-heal itu seharusnya hal yang biasa saja untukku yang seorang healer ini. Karena sudah lama tidak melakukannya aku jadi lemah seperti sekarang." Jelas Kiana meminum air yang Rachel berikan.

"Aku tidak begitu mengerti tentang manusia super dan healer karena aku hanya orang biasa. Tapi, Kiana aku tidak ingin melihatmu dalam keadaan lemah seperti tadi."

Leon yang merasa bersalah pergi menjauh dari Kiana, ia merasa tidak enak karena kehadirannya malah membuat Kiana menderita. Leon merasa seharusnya ia tidak pernah hadir di sisi Kiana. Apalagi melihat senyum bahagia Kiana ke Rachel.

Apakah aku punya kesempatan? Leon melamun. Heh, tentu saja ada.

"Hei kau itu siapa sebenarnya?!" Leon tiba-tiba berteriak, membuat Rachel dan Kiana langsung keluar dari tenda darurat.

"Ada apa, Leon?" tanya Kiana kebingungan.

"Aku heran, semenjak tadi aku mendengar suara aneh seperti bisikan." Ujar Leon jujur. Rachel dan Kiana saling bertatapan bingung karena mereka tidak mendengar suara apa pun.

"Jangan dipikirkan Leon, sebaiknya kau beristirahat juga sejenak. Mungkin itu hanya perasaanmu saja." Rachel entah dapat angin apa ia menenangkan Leon.

"Um, aku mengerti. Terima kasih." Ucap Leon mendudukkan dirinya. Suara itu benar-benar menghilang sekarang.

Setelah dirasa tenaga mereka cukup pulih mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan kembali.

"Oh iya Leon, mumpung kita masih di sini. Bagaimana jika sekalian kita mengecek level kemampuan manusia supermu." Ajak Kiana. "Apa kau mau?"

"Ya, baiklah. Aku juga merasa penasaran." Leon tampak bersemangat. "Ah, tapi aku tidak punya identitas." Mendengar ucapan itu membuat Kiana merasa lemas.

"Kurasa aku punya kenalan seseorang yang bisa mengecek level manusia supermu tanpa identitas. Kalau levelmu hanya B atau C kurasa itu tidak akan berarti apa-apa, karena itu hal yang sudah biasa. Jika levelmu tinggi, kau mungkin akan dianggap makhluk berbahaya." Ujar Rachel. Karena Kiana dan Rachel tahu jika Leon lupa ingatan dan tidak ada yang tahu seberapa kuat dia sebelumnya.

"Kalau dari status level healer-ku yang bisa memulihkanmu, seharusnya kita tidak berbeda begitu jauh Leon." Ucap Kiana sambil berpikir, "Karena healer kelas bawah yang memaksakan memandu kekuatan manusia super kelas atas bisa-bisa membahayakan dirinya sendiri."

"Levelmu apa, Kiana?" tanya Leon.

"Aku healer level C." Kiana tidak menyembunyikannya. "Aku bisa memilih menjadi orang biasa dengan level ini, tapi biar bagaimanapun aku tetaplah seorang healer juga." Jelas Kiana.

.

.

.

Sampailah akhirnya mereka di tempat kenalan Rachel yang bisa mengecek status level manusia super Leon secara pribadi.

Aku berharap jika levelku, paling tinggi di kelas B.

Ketika itu ada keanehan mesin pengecekan yang memeriksa Leon, namun tidak ada yang menyadarinya karena itu tidak berpengaruh begitu besar.

Setelah beberapa saat, hasil muncul dan Leon dinyatakan adalah seorang manusia super kelas B dan tidak berbahaya. Leon masih bisa tinggal dengan Kiana sampai ingatannya benar-benar pulih, tanpa harus tahu identitasnya.

"Aku senang kita tidak jauh berbeda." Ucap Leon berjalan di samping Kiana. Kiana yang berada di tengah. Membuat Rachel cemburu karena melihat Kiana dan Leon semakin dekat.

Meskipun tidak tahu tentang manusia super dan healer begitu banyak, Rachel tahu ada ikatan yang bisa terjalin antara manusia super dan healer yang hanya berbeda 1 level. Perkiraan Rachel meleset karena menyetujui melakukan pengecekkan, ia pikir level Kiana dan Leon terpaut jauh sehingga bisa membuatnya tenang, namun ternyata sebaliknya.

"Ada apa, Rachel?" Kiana merasa ada yang salah dengan Rachel.

"Tidak apa-apa kok." Rachel berusaha tersenyum.

"Paling dia merasa iri karena kedekatan kita, Kiana." Ujar Leon malah memanas-manasi Rachel dan tebakannya benar.

"Kau mau cari gara-gara lagi!" kesal Rachel.

"Sudah-sudah, sebaiknya kita semua pulang ke desa dulu." Kiana melerai.

"Bolehkah aku tinggalkan saja orang ini, biar dia hilang sekalian." Rachel masih kesal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status