Home / Rumah Tangga / Mari Berpisah, Aku Menyerah / 325. Di Balik Kepedulian

Share

325. Di Balik Kepedulian

Author: Putri Cahaya
last update Last Updated: 2025-06-07 23:41:05

“Lora.”

Lora yang sejak tadi sibuk memainkan ponsel menoleh ketika Bu Anita menempati bangku kosong di sebelahnya.

Ia menyunggingkan senyum ramah, seolah mengatakan bahwa dirinya tidak keberatan Bu Anita duduk di situ.

Wanita paruh baya itu mengusap lengan Lora lembut. Raut wajahnya tampak sendu. “Mama turut prihatin dengan apa yang kamu alami. Kamu pasti sakit hati banget, ya, melihat calon suami yang berkhianat menjelang pernikahan.”

Lora hanya membalas dengan senyum tipis, lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil.

Sakit hati, tentu saja. Namun, sekarang ia sudah jauh lebih baik dan bisa menjalani aktivitas seperti biasa.

Ia tidak mau terus-menerus meratapi kesedihan yang hanya akan menggerogoti kesehatan.

Lagi pula, sudah ada titik terang setelah Grissham menjelaskan semuanya secara langsung. Ia hanya perlu bersabar sedikit untuk mendapatkan kebenaran yang sepenuhnya.

“Makanya, Mama ajak kamu jalan-jalan bareng kami, supaya nggak terlalu larut mikirin masalah itu,” ujar Bu Ani
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rahman Nita
dalangnya ya ortunya dhafin, bkn suudzon tp dr awal mereka cuma ngatepin azhar buat penerus hartanya
goodnovel comment avatar
Alliya Lailaturahmah
iya mmg mungkin bu Anita dalang nya ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   325. Di Balik Kepedulian

    “Lora.”Lora yang sejak tadi sibuk memainkan ponsel menoleh ketika Bu Anita menempati bangku kosong di sebelahnya. Ia menyunggingkan senyum ramah, seolah mengatakan bahwa dirinya tidak keberatan Bu Anita duduk di situ.Wanita paruh baya itu mengusap lengan Lora lembut. Raut wajahnya tampak sendu. “Mama turut prihatin dengan apa yang kamu alami. Kamu pasti sakit hati banget, ya, melihat calon suami yang berkhianat menjelang pernikahan.”Lora hanya membalas dengan senyum tipis, lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil.Sakit hati, tentu saja. Namun, sekarang ia sudah jauh lebih baik dan bisa menjalani aktivitas seperti biasa.Ia tidak mau terus-menerus meratapi kesedihan yang hanya akan menggerogoti kesehatan.Lagi pula, sudah ada titik terang setelah Grissham menjelaskan semuanya secara langsung. Ia hanya perlu bersabar sedikit untuk mendapatkan kebenaran yang sepenuhnya.“Makanya, Mama ajak kamu jalan-jalan bareng kami, supaya nggak terlalu larut mikirin masalah itu,” ujar Bu Ani

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   324. Aku Percaya… Tapi Belum Sepenuhnya

    Lagi-lagi, Lora yang lebih dulu memutus tatapan matanya dengan beralih memandang ke arah lantai. Ia melanjutkan langkahnya menuju ruang tamu.Grissham mengekor di belakang, mengikuti ayah dan anak itu dalam diam.Lora mendaratkan tubuhnya di sofa panjang, duduk berdampingan dengan ayahnya. Sementara Grissham memilih duduk di sofa single di sisi Lora.Pak Raynald di sana hanya menemani putrinya dan memantau saja. Ia tidak akan ikut campur dan membiarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Dirinya akan bersuara jika benar-benar diperlukan.“Sayang,” panggil Grissham pelan, mengulurkan tangan dan menggenggam jemari Lora yang terlihat enggan menatapnya. “Aku minta maaf sebesar-besarnya karena tanpa sadar telah menyakitimu.”Ia menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, “tentang gosip yang beredar, semua itu tidak sepenuhnya benar. Aku merasa dijebak dalam situasi tersebut.”Lora tetap memandang lurus ke depan, tak menoleh sedikit pun. “Kalau udah tau dijebak, kenapa nggak berusah

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   323. Siapkah Mendengar Kebenaran?

    Pak Raynald tidak langsung menjawab. Ia menyandarkan tubuhnya, lalu menggeleng pelan. “Ayah tidak tahu.”“Jangan bohong, Ayah.” Lora menyahut cepat. Sangat sulit dipercaya dua orang yang bersahabat lama tidak mengetahui seluk-beluk sahabatnya sendiri. Itu terdengar mustahil baginya.“Ayah tidak bohong, Lora.” Pak Raynald memperbaiki posisi duduk menjadi lebih tegak meski tubuhnya masih bersandar.“Ayah dan Om Albern memang sudah bersahabat selama bertahun-tahun. Tapi bukan berarti Ayah tahu segalanya tentang Om Albern, termasuk masalah keluarganya.”“Om Albern juga tidak pernah cerita secara rinci. Ayah hanya tahu permukaannya saja, tidak sampai ke akar-akarnya.”“Ada batasan-batasan tertentu yang tidak boleh dilanggar. Itu privasi mereka dan Ayah tidak ingin ikut campur.”“Jika untuk membantu, ya, Ayah juga pernah membantu tapi semampu Ayah dan sesuai yang mereka butuhkan.”“Lalu untuk masalah perempuan itu, Ayah benar-benar tidak tahu. Om Albern tidak pernah cerita, bahkan Ayah baru

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   322. Pelukan Ternyaman

    Tok tok tok“Lora, ini Ayah. Apa Ayah boleh masuk?”Lora yang baru saja mengusapkan kedua tangan ke wajah usai berdoa menoleh ke arah pintu kamar. Mukena berwarna cokelat susu bermotif bunga masih melekat rapi di tubuhnya. “Masuk aja, Ayah. Pintunya nggak dikunci.”Tak lama kemudian, daun pintu terbuka perlahan dari luar dan muncullah Pak Raynald. Ia mengenakan baju koko berlengan pendek dipadukan dengan sarung batik.Langkahnya tenang saat memasuki kamar, lalu matanya langsung menangkap sosok putrinya yang tengah melipat mukena. Kemungkinan baru saja selesai sholat Maghrib.Lora beranjak dari tempat duduknya, menyampirkan mukena yang telah terlipat ke hanger, kemudian menggantungkannya di belakang pintu.Setelah itu, ia berjalan menghampiri sang ayah yang telah duduk di sofa dan ikut duduk di sampingnya.“Ada apa Ayah ke sini?” tanyanya pelan.Pak Raynald menggeser posisi duduknya sedikit lebih dekat ke arah Lora. “Ayah ingin memeriksa keadaanmu sekaligus ingin ngobrol banyak. Apa t

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   321. Antara Percaya dan Ragu

    Dhafin tertawa kecil. Bukan tawa bahagia, melainkan tawa getir yang menyimpan banyak luka. Pandangannya kosong, terarah pada gelas di depannya. Jari-jarinya bergerak memutar sedotan dalam minuman, seperti mencari pelarian dari kekalutan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. “Bahkan sejak bercerai dari Lora, saya sudah hancur, Grissham,”ucapnya lirih, “hidup saya berantakan. Tidak ada arah, tidak ada tujuan.” Matanya sedikit berkaca, tapi ia cepat mengedipkannya. Ia tidak ingin terlihat rapuh. “Sekarang yang tersisa hanyalah anak-anak. Si kembar… mereka satu-satunya hal paling berharga yang saya punya.” Ia menghela napas, panjang dan berat. “Yang penting bagi saya, saya masih diperbolehkan bertemu mereka, masih bisa memeluk mereka, menjadi seorang ayah yang baik. Itu sudah lebih dari cukup.” Grissham menyandarkan tubuh di sandaran kursi, melipat tangan di depan dada. Satu kakinya disilangkan di atas yang lain, sikapnya tenang tapi tak sepenuhnya dingin. Tatapannya menyorot pe

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   320. Apa Kau Pelakunya?

    Ngotea AjaTempat yang dipilih oleh Grissham untuk memenuhi janji bertemu dengan seseorang. Kafe teh yang berlokasi di pusat kota ini sedang naik daun dan menjadi primadona di berbagai kalangan.Nuansanya kekinian dengan interior bergaya hangat dan nyaman, sangat cocok untuk tempat berkumpul bersama teman, keluarga, maupun untuk sekadar me time. Meski terbilang baru berdiri, kafe ini telah berhasil menarik banyak pengunjung berkat strategi pemasaran yang jitu dan atmosfer yang menyenangkan.Setiap hari, kafe ini selalu ramai. Pengunjung datang silih berganti, apalagi saat sore seperti ini.Bukan hanya anak muda, para pekerja kantoran pun kerap menyempatkan diri mampir untuk melepas penat selepas bekerja seharian penuh.Grissham termasuk salah satu pelanggan di kafe ini. Ia sudah beberapa kali datang kemari, terutama saat ingin menyendiri atau mengerjakan proyek-proyek yang bersifat rahasia. Contohnya seperti sekarang.Laki-laki itu duduk sendirian di salah satu meja dekat jendela kac

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status