Satu bulan telah berlalu sejak hari itu. Meriel sendiri telah kembali tinggal bersama ayahnya yang adalah seorang diktator. Secara sembunyi-sembunyi, Ranesha mendengar obrolan antara Caspian dengan kepala pelayan. Ternyata Caspian masih menyimpan dendam dengan Meriel.
Wajar sekali sih, pria paruh baya itu hampir saja kehilangan satu-satunya harta paling berharga yang ia miliki di dunia ini—Ranesha. Walau bagaimanapun, Caspian ingin memastikan bahwa orang itu—Meriel—mendapat ganjaran yang lebih mengerikan dari pada penjara.
Benar. Ranesha tahu sendiri bahwa bagi Meriel, kembali tinggal di rumah ayahnya yang bagaikan psikopat itu adalah hukuman paling berat di muka bumi ini. Bahkan tidak menutup kemungkinan, Meriel saat ini sedang merasa lebih buruk dari pada di neraka.
“Apa aku sangat buruk karena senang dengan hal itu?” Ranesha bergumam. Saat ini rambut Ranesha sudah lebih panjang, mata hazelnut indahnya menatap pe
Halo! Terima kasih sudah membaca cerita ini. Sekarang alhirnya sudah tamat. Saya sangat merasa bersyukur dan bahagia. Saya harap Hail, Ranesha, dan semua orang bisa bahagia. Kau akan menuai apa yang kau tanam. Semoga saya bisa terus berkembang dalam menulis agar bisa menceritakan kisah yang lebih bagus lagi untuk ke depannya. Terima kasih!!
“Karena aku mencintaimu, aku rela menjadi wadah di mana kau bisa bahagia, meskipun bukan denganku. Jadi kumohon, jangan buang aku.” Suara pria itu terdengar begitu lirih. Tatapan sendunya sepilu rembulan tanpa pantulan sinar mentari.Hail bahkan berlutut di hadapan wanita yang sangat ia kagumi. “Istriku, tolong … jangan pergi.” Sekali lagi, ia mencoba untuk meraih apa yang tak mungkin untuk dimiliki.“Tidak bisa. Aku ingin hidup bebas dengan Aron.” Percuma. Meriel tetap memandangnya dengan dingin sampai akhir.Meskipun Hail telah memohon seperti pengemis. Walaupun lelaki itu rela membuang harga diri bahkan segala hal yang telah ia perjuangkan semasa hidupnya. Semua itu tidak cukup untuk menggapai hati Meriel. Wanitanya bukan miliknya. Bahkan sampai akhir, Meriel menolak cinta Hail dengan cara yang paling menyakitkan.Bersambung. Perjuangan Cinta Meriel. Bab
Hail yang merasa tidak nyaman ditatap seintens itu oleh sekretarisnya sendiri berujar, “Ran, kau terlihat tidak waras sekali, butuh dokter?” Namun gadis tersebut malah melompat dari kasur, menerjang sang atasan dengan sangat tidak sopan. “Bidadaraku!” pekiknya memeluk erat leher Hail. Hail yang panik reflek saja mendorong Ranesha, cukup keras hingga membuat perempuan itu terpental ke lantai. “Jin apa yang merasukimu!” hardiknya dengan napas yang tersengal-sengal. Ranesha seperti orang lain, gadis itu tidak pernah begini. Dia biasanya sangat sopan dan berpendidikan. “Aduh!” Ranesha meringis pelan, tubuhnya tergolek lemah tak berdaya di lantai. Baru sekarang gadis ini sadar kalau kaki dan punggungnya terasa sangat sakit jika salah gerak. Ranesha menatap Hail setajam silet, lalu ia membentangkan kedua tangan dengan wajah tertekuk. “Gendong!” rengeknya yang sadar diri kalau
“Terima kasih, kami akan menemukan variebelnya agar pemakaian baterai ponsel saat menggunakan My Teacher tidak boros lagi,” ujar Hail setelah mengecek beberapa dokumen dan mendengarkan keluhan dua klien di depannya saat ini.“Baguslah, kami mengharapkan yang terbaik dari aplikasi ini.”Hail memasang senyum bisnis. “Apa ada lagi?”“Ah … itu, sebenarnya—”BRAK!Pintu tiba-tiba dibuka paksa, menampilkan seorang wanita dengan kemeja putih dipadu blazer dan rok cokelat muda yang serasi. Tubuh ramping dan tingginya menunjukkan aura seorang model profesional. Belum lagi ditambah indah dengan wajah tirus cantik elegan dan rambut cokelat sebahu yang terang.Namun, image elegan tersebut langsung sirna ketika sang sekretaris ini melontarkan kalimat yang membuang harga dirinya.“Pak,
Di dalam webtoon Perjuangan Cinta Meriel, Ranesha adalah teman masa kecil sekaligus partner kerja Hail Delmara. Bahkan sampai akhir, gadis ini hanya menjadi secret admirer Hail. Ranesha yang dididik dengan keras dan berbudi pekerti luhur, membuatnya tidak ingin menghancurkan rumah tangga orang lain.“Duh.” Ranesha menepuk wajah sendiri. Ia bahkan diceritakan malah membantu Hail dalam masalah percintaan. “What a tragic story.” Lebih tepatnya, wanita bodoh. Kenapa mendukung Hail dikala itu akan membuat keduanya makin tersakiti? Benar-benar melelahkan.“Aku tidak akan menjadi sebodoh dirimu,” tunjuk Ranesha pada pantulan dirinya di cermin toilet kantor.“Padahal Ranesha ini sangat cantik dan elegan!” pujinya mengagumi diri sendiri.Wajah khas orang asia. Berambut cokelat sebahu. Proporsi wajah mendekati kata sempurna yang membuat terlihat
“Ran, kudengar kalian akan bekerja sama dengan orang-orang dari Perusahaan Babeldaob yang mendunia itu, apa benar?” Bibi Patricia membuka percapakan pada sarapan pagi rutin keluarga Seibert.“Bukan orang-orang dari Perusahaan Babeldaob, Bu, tapi bekas saja. Mereka sudah habis kontrak,” timpal Zale, anak dari Bibi Patricia dengan nada yang jelas-jelas merendahkan.“Ah, begitu? Sayang sekali,” tambah Ronald, sang suami, sembari sibuk menyumpal makanan ke mulutnnya. Seolah yang dilakukan oleh Delmara Company adalah memungut sampah.“Orang-orang jenius itu adalah tim pengembangan yang membuat Perusahaan Babeldaob sebesar sekarang.” Ranesha menjawab tanpa melihat wajah orang-orang di meja makan ini. Memuakkan semua. Pasti mereka sengaja membahas topik yang paling tidak Ranesha sukai ini hanya untuk merendahkan harga diri Ranesha atau semacam hobi wajib yang menyenangkan bagi mer
Berhubung ternyata kantin di kantor sangat penuh, Hail dan Ranesha memilih makan di pinggiran jalan kantor terdekat sembari menyusun jadwal kerja mereka pada hari ini.“Seperti prediksi Bapak, tiga dari lima orang yang ingin kita rekrut untuk tim pengembangan menghubungi saya tadi, pagi-pagi sekali,” jelas Ranesha di sela menunggu makan siang mereka datang. Hal itulah yang membuat perasaannya sedikit membaik tadi pagi.Hail ikut senang mendengar kabar baik tersebut. “Berarti kita bisa melakukan upgrade pada My Teacher dan menjalankan proyek baru, kan?” timpal pria itu tersenyum lega.Ranesha mengamati pemandangan indah dari pesona laki-laki yang sayangnya sudah beristri ini. “Iya, kita bisa membuat My Asisstan atau My Friend, tinggal didiskusikan kembali yang mana duluan sebaiknya.”Makan siang mereka sudah di antar, dua piring nasi goreng spesial dengan b
“Di mana Juan?” tanya seorang lelaki dengan wajah datar dan rambut silvernya yang khas.Semua orang di ruangan tersebut terkesima dengan mulut yang membentuk huruf O besar. Mereka bertujuh, tim pengembangan, tidak pernah menyangka akan kehadiran makhluk berembut silver tersebut di tempat mereka, secepat ini.“Di kantin,” jawab salah satu dari mereka setelah dipelotot dari awal.Tanpa mengucapkan kata terima kasih, lelaki itu langsung melenggak pergi, berjalan angkuh seolah suudah tahu di mana letak kantin kantor.“Kopi tanpa gulanya satu.”Setelah mengambil pesanan, lalaki itu memutar kepala, menyapu bersih seisi kantin guna menemukan sosok manusia yang dari awal dia cari. Iya, Juan, ketua dari tim pengembangan Delmara Company.“There you are.”Lelaki berambut silver dengan ma
Setelah memastikan pekerjaannya selesai, Ranesha pamit undur diri. Untuk apa? Tentu saja menyiapkan segala hal seperti setelan jas dan gaun beserta tetek bengeknya untuk pesta.Ranesha yang kini berada di salah satu toko dari mall mewah, menatap dengan teliti deretan gaun-gaun indah yang bertengger di sana.“Anda ingin gaun yang seperti apa?” tanya pelayan toko sopan.“Yang ini saja!” tunjuk Ranesha sumringah padahal gaun tersebut bukan untuknya.Ia memilih tema biru malam yang elegan. Sebenarnya belanja seperti ini juga menyenangkan, sih. Jadi tidak apa-apa, toh, Hail nanti di pesta malah akan bersama dirinya, bukan Meriel.“Ingin yang ini atau jenis lainnya?” tanya pelayan tadi menunjuk gaun-gaun lain yang malah lebih terbuka.“Silahkan rekomendasikan yang lebih tertutup tapi tetap bisa terlihat elegan saat memakain