Share

Mark Castello
Mark Castello
Author: Satra Olesti

Tamu VIP

Author: Satra Olesti
last update Last Updated: 2021-03-25 10:07:56

“Saya terima nikah dan kawinnya Malika Fitria Binti Marzuki dengan seperangkat alat shalat di bayar tunai ….” lantang Bagus dengan sangat percaya diri ketika mengucap ijab dan kabul kepada penghulu, saksi dan seluruh tamu undangan yang menghadiri pernikahannya dengan kekasih hatinya yang bernama Malika.

“Sah,” ucap saksi dan semua orang yang menyaksikan acara pernikahan itu.

Pesta pernikahan itu berlangsung di salah satu hotel ternama di Indonesia. Pesta dengan nuansa Bunga melati serta disuguhkan dengan berbagai jenis makanan dengan tema kebahagian. Tak kalah itu, para tamu undangan pun merupakan keluarga yang memiliki kekayaan di atas rata-rata. Sehingga pesta itu terlihat amat sangat megah.

Semua tampak bahagia atas pernikahan yang telah mereka rayakan disaat pasangan kekasih yang saling mencintai satu sama lainnya hingga akhirnya telah menjalin ikatan pernikahan yang menjadi puncak asmara dan tujuan dari hubungan yang telah mereka bangun selama hidupnya.

“Bro, kamu lihat gak yang bercahaya di depan kita itu?” tanya Soni dengan serius sambil menunjuk ke arah yang dia maksud.

Mark dan Soni sedang duduk di salah satu meja VIP sambil menikmati segelas minuman yang telah disuguhkan dalam pesta pernikaha itu. Karena ruang yang mereka tempati itu hanyalah orang-orang yang dari keluarga kaya, tentu setiap orang yang ada di dalamnya merupakan tamu yang sangat terhormat.

Mark dengan serius melihat ke arah yang di tunjuk oleh sahabatnya yang bernama Soni itu. Cahaya yang Soni maksud rupanya seorang wanita yang sedang duduk sendirian sambil fokus memainkan layar  ponselnya.

Merasa telah di tipu oleh Soni, Mark kembali mengalihkan pandangannya kearah pengantin yang sedang dalam sesi salam-salaman dengan para tamu undangan.

Soni yang tampak terkagum-kagum melihat wanita yang sejak tadi ia pandang itu telah berhasil membuat Mark kembali mengarahkan pandangannya kearah wanita itu lagi.

“Wah … dia tipe wanita  idaman yang aku impikan, Bro!” ucap Soni yang tidak kunjung mengedipkan matanya walau sedetik saat memandang wanita yang sangat ia kagumi itu.

“Hahh, biasa aja kali, gak usah norak gitu,” lirih Mark yang mulai bosan dengan sikap berlebihan dari Soni.

Mark menoleh ke samping kiri dan kanan hingga sesekali dia menoleh ke belakang seperti sedang mencari sesuatu. Tidak lama kemudian, notifikasi pesan di ponselnya berdering. Dengan segara, Mark membuka pesan itu yang di kirim oleh  Septian yang merupakan asisten pribadinya.

“Bos, wanita itu sedang berada di ruang VIP,” isi pesan itu.

Mark terkejut membaca pesan itu, karena dia sendiri sedang berada di ruangan yang sama dengan wanita yang ia maksud.

“Warna bajunya apa, atau kirimkan saja fotonya biar saya mudah mengenalinya!” balas Mark.

“Wanita itu memakai baju warna abu-abu, dengan warna hijab yang sama, dia juga memakai kaca mata berwarna coklat,” balas Septian lagi.

“Susah banget nyarinya, coba Kamu fotoin saja biar cepat,” suruh Mark.

“Maaf, Bos, saya tidak berani!” balas Septian yang tidak merasa segan dengan Mark.

“Aish … untung aku bos yang sangat baik hati, kalau tidak sudah ku pecat ni anak,” kesal Mark setelah membaca pesan dari Septian.

Soni yang masih terpesona dengan kecantikan dari wanita itu tidak merespon apa-apa atas kekesalan yang Mark rasakan.

“Hai, Mark,” panggil Tamara dari samping kanan mereka.

Tamara dengan nama lengkap Tamara Andini itu adalah sahabat kecil Mark yang telah di rencanakan oleh orang tuanya sebagai calon tunangan untuk Mark. Hanya saja, semenjak Mark mengetahui bahwa, Tamara lah yang meminta untuk bertunangan dengannya telah membuat Mark menjaga jarak sejauh-jauh mungkin dengan Tamara.

Tamara dengan senyum bahagianya berjalan kearah Mark dan Soni untuk menyapa mereka berdua. Namun, sebelum Tamara tiba di meja mereka, Mark kemudian berdiri dan meninggalkan Soni yang masih keasikkan memandang wanita yang bercahaya di matanya itu.

“Eh, kok malah pergi sih,” kesal Tamara yang di tinggalkan secara mentah-mentah oleh Mark.

Suara Tamara telah menggangu kekhusyukkan Soni. Sehingga tidak hanya Tamara, Soni pun ikut kesal karena wanita yang sedang berisik di sampingnya telah menggangunya.

“Eh wanita, bisa gak sih kamu gak berisik, ganggu tau,” ucap Soni.

Tamara yang masih kesal karena ditinggalkan oleh Mark kembali kesal kepada Soni dengan ucapan yang keluar dari mulut tajamnya itu. Soni yang biasanya selalu mengeluarkan kata-kata yang hampir menyakiti orang-orang yang mendengarnya masih tidak sadarkan diri dan tidak peduli dengan perasaan Tamara, bahkan Soni tidak merasa bersalah sama sekali dengan Tamara.

“Tolong ya, itu mulut di jaga, gue sakit hati tau!” ucap Tamara dengan kesal.

Tampaknya Soni mulai merasa bersalah atas perkataanya kepada Tamara. Soni baru sadar bahwa wanita yang sedang berbicara dengannya itu adalah wanita yang sangat mudah terbawa perasaan. Karena merasa bersalah hingga membuat Soni terdiam sejenak dan menatap penuh kearah Tamara lalu dengan lantang berkata tanpa berpikir panjang.

I don’t care,” tegasnya sambil mengejek Tamara kembali.

“Ih, dasar lelaki, gak minta maaf lagi,” kesalnya.

Soni yang hanya membalas Tamara dengan senyum percaya diri dan tidak merasa bersalah sama sekali.

“Eh, Mark pergi kemana, sama siapa, dan pulang sama siapa nanti?” tanya Tamara yang mulai mengabaikan rasa kekesalannya atas perilaku Soni.

Soni menghela nafasnya lalu menjawab.

“Tanya ke orangnya dong bukan ke gue. Makanya kalau sahabat ya sahabat aja jangan baper sampai minta tunangan. Tuh rasain gak bisa pulang bareng lagi, gak bias ngobrol lagi. Ingat jangan baperan dengan sahabat sendiri, ok.” lalu berdiri dan kembali mengejek Tamara dengan senyum yang sangat menyebalkan itu.

“Heh, perasaan yang namanya Soni itu juga pernah baper dengan sahabatnya yang bernama Tamara yang sangat cantik. Bahkan Dia rela memutuskan pacarnya karena Tamara itu memberikan lampu hijau kepada lelaki yang bernama Soni itu. Namun, sayangnya Tamara hanya memanfaatkan perasaan lelaki yang bernama Soni itu agar Tamara bisa dekat dengan sahabat lelaki itu,” balas Tamara.

“Dan lelaki itu sekarang tidak memiliki perasaan apa-apa lagi kepada wanita yang bernama Tamara itu karena dia baru menyadari bahwa wanita itu adalah wanita yang tidak berhati manusia melainkan berhati kucing yang hanya mendekati manusia karena dia ingin makan dan setelahhnya dia pergi begitu saja dan sekarang lelaki itu sudah memiliki wanita yang ia sukai. Oh, sepertinya wanita yang bernama Tamara itu juga harus melihat wanita yang di sukai oleh lelaki yang bernama Soni itu,”

“Oh, ya ….” balas Tamara.

“Oh, tentu. Dan wanita yang di sukai lelaki yang bernama Soni itu ada di depan kamu,” ucap Soni sambil menunjuk kearah wanita yang Ia pandang sebelumnya.

“Hahaha ….” tawa Tamara dengan terbahak-bahak.

“Dan wanita yang bernama Tamara ikut serta berbahagia kepada lelaki yang bernama Soni karena telah menemukan kekasih idamannya. Dan satu hal lagi yang harus kamu ingat bahwa masih banyak wanita di luar sana yang bisa kamu sukai selain meja itu, wahai lelaki yang bernama Soni,” tawa lepas Tamara.

“Ishh … tapi tadi beneran ada wanita cantik yang duduk di situ loh, sungguh,” ucap Soni dengan sangat serius.

“Dasar halu, untung lo sahabat gue, kalau gak uda gue laporin,” cetus Tamara dengan tawa kecilnya.

Bersambung …

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mark Castello   Kecelakaan

    Cen bukan hanya sebagai kepala manajemen meliankan temannya saat duduk di bangku SMA. Mark kerap kali membantu Cen dari serangan kakak letting mereka dulu, sehingga perintah Mark itu merupakan suatu kebanggaan untuknya.Tidak berlama-lama lagi, Cen segera memerintahkan semua karyawan yang bertugas untuk memblokir semua pintu masuk dan keluar pada kawasan bandara itu.Setelah semuanya berjala sesuai perintahnya, Mark yang sebelumnya dalam keadaan lelah mulai kuat kembali. Dia kemudian mulai mencari Septian di lantai atas. Tak lupa juga, Mark mengirimkan foto Septian kepada Cen agar mempermudah baginya untuk menemukan di CCTV.Meskipun sudah mengelilingi lantai dua, Mark tidak juga menemukan Septian.“Apa yang kamu lakukan, Mark. Jangan membuat orang lain terpaksa mengikuti egomu.” ucap seseorang yang berasal dari ruang pengumuman di stasiun bandara itu.Seketika langkah Mark terhenti setelah mend

  • Mark Castello   Pengunduran Diri

    Semua yang berhadir di dalam rapat itu pun lebih terkejut lagi setelah mendengar ucapan Mark untuk tidak bergabung dalam memenangkan tender itu.Sebagai CEO, Mark memang memiliki hak untuk menentukan perusahaanya untuk ikut serta dalam tender atau tidak, selain itu kemampuan yang dimiliki Mark yang tidak diragukan lagi tentu membuat karyawannya bergantung padanya sehingga baik tim eksekutif lainnya yang ingin bergabung dalam tender itu tidak akan bisa melanjutkannya selain dari perintah presiden Direktur (Persdir) perusahaan yang dimaksud itu adalah Abraham Malik Castello yang tak lain adalah ayah Mark.Septian menutup rapat itu, karena tidak ada lagi yang akan di diskusikan jika perusahaan mereka tidak ikut dalam tender itu.“Mark, tender ini sangat menguntungkan perusahaan. Tolonglah, jangan mencampuri pekerjaan dengan masalah pribadimu.” protes Septian yang baru saja tiba di ruangan Mark.Mark hanya memandang d

  • Mark Castello   Apa yang Telah Terjadi?

    Meskipun Mark sudah berusaha mencari tahu tentang apa yang terjadi atas kedatangan dokter Briyan yang tiba-tiba serta dengan obat-obatan yang ada di dalam tas mamanya. Hanya saja, Mark belum berhasil untuk mengetahuinya.Mark yang sedang beristirahat di kamar sambil memainkan ponselnya dengan amat serius. Tiba-tiba, bu Saras mengetuk pintu kamarnya.“Masuk. Ma ….” teriak Mark yang tengah menikmati kenyamanan di tempat tidurnya.“Mark, hari ini mama sangat bahagia sekali,” tutur Bu Saras dengan wajah yang amat berseri-seri.“Bagus dong, tapi hal apa ni yang tiba-tiba membuat Mamaku yang paling cantik di dunia ini begitu sangat bahagia?” tanya Mark yang memegang tangan Mamanya.“Mama sangat senang karena keluarga kecil kita berkumpul di sini. Mama sangat-sangat merindukan masa-masa seperti ini, Nak,” haru Bu Saras hingga kedua bola matanya mulai berkaca-kaca.Mark yang memang tidak ingin membuat mamanya menangis didepan

  • Mark Castello   Kebahagian yang Sesungguhnya

    “Wah-wah … Raja Lajang yang satu ini memang sudah banyak berubah.” kagum Anya dengan menggelengkan kepalanya beberapa kali.Berbeda dari cara berpakaian Nasya dengan Anya, yang dimana Anya tidak memakai kerudung baik dalam sehari-harinya maupun untuk acara formal.Sejauh ini, wanita yang memakai kerudung yang pernah Mark temui ialah Nasya dan Sindi sedangkan yang lainnya belum memakainya termasuk ibunya sendiri.Kedua orang tua Mark masih beristirahat di ruang tamu karena kelelahan, selain itu juga makanan yang Anya belikan telah berhasil mengalihkan perhatian mereka. Tidak tanggung-tanggung, mereka sudah duduk di meja makan karena bu Saras sudah tidak tahan lagi untuk menyantap makanan favoritnya.Bu Saras dan pak Bram tidak menduga bahwa putri merekalah yang membelikan makanan kesukaannya, hanya saja mereka sudah menduga bahwa yang membawakan makanan itu adalah putra mereka karena sebelumnya mereka suda melihat mobil Mark di parkiran. Tidak ada

  • Mark Castello   Pilihan

    Loh, bukannya tadi kamu yang membantu saya?” ucap Wanita itu setelah melihat Mark.“Kakak mengenalnya?” tanya Rey.Wanita yang sebelumnya Mark bantu itu bernama Sindi sedangkan pria yang mengenal Anya itu bernama lengkap Rey Putra Imran. Sindi dan Rey bukan adik kakak melainkan adik dari sahabatnya Sindi.“Ia, dia tadi membantu Kakak untuk mendapatkan tumpangan ke sini karena mobil Kakak tiba-tiba rusak di tengah jalan.” jawab Sindi.“Ehem … ehem …” ejek Anya yang menatap kearah Mark.Mark hanya membalasnya dengan senyuman tipis yang mengisyaratkan kepada Anya bahwa dia harus menghentikan apa yang ia pikirkan terhadap dirinya.“Mmm … tidak seperti yang kalian bayangkan, kok. Kita hanya kebetulan bertemu dan saling membantu antar sesama. Oh ia, karena tadi terburu-buru, saya sampai lupa mengucapkan terima kasih atas bantuannya

  • Mark Castello   Bunga dan Boneka

    Bintang berkedip di langit dengan sejuta keindahan dan pancaran cahaya yang menyilaukan mata hingga berujung mendamaikan perasaan yang sedalam-dalamnya.Mark yang tengah menikmati segelas kopi sambil membaca sebuah buku novel romantis hingga waktu yang telah ia habiskan malam itu tidak terbuang sia-sia.Meskipun Mark terkenal dengan sifat dinginnya kepada setiap orang yang pertama kali melihat atau mengenalnya akan tetapi sifat aslinya sangatlah kekanak-kanakan. Namun, sejauh ini bahkan di umur dua puluh tujuh tahunnya, hanya keluarga dan sahabatnya yang mengenal bagaimana sifat asli dari Mark itu.Selain menyukai musik, Mark juga sering menghabiskan waktu untuk membaca beberapa novel romantis. Mark selalu memanfaatkan waktunya untuk melakukan hal-hal yang sangat bermanfaat untuknya dan salah satunya membaca novel romantis.Mark belum pernah memiliki kekasih sebelumnya bahkan dia hanya dekat dengan wanita yang bernama Tamara itu, sehingga Mark t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status