Waktu berlalu dengan cepat. Arini menatap Zeline yang tengah bersiap mengingat jika hari ini adalah hari pernikahan putrinya. Perasaan sedih dan bahagia dirasakan Arini saat ini. Sedih, sebab ia sadar setelah ini ia harus melepaskan putrinya untuk memulai hidup bersama pria pilihannya, dan bahagia saat dapat melihat putrinya terlihat bahagia menikah dengan pria dari keluarga baik-baik.
Acara yang akan berlangsung di hotel itu, membuat Zeline dan keluarganya melakukan persiapan di sebuah kamar hotel yang ada disana agar tidak memakan waktu diperjalan sebab Zeline sebagai pengantin wanita akan membutuhkan banyak waktu untuk bersiap.
"Selesai!" ucap wanita yang bertugas mendadani Zeline bernafas legah. "Saya permisi Nyonya, Nona Zeline!" ucapnya pamit undur diri memberikan waktu untuk ibu dan anak tersebut.
Zeline melihat wajahnya dari pantulan cermin, wajahnya yang terlihat berbeda dari biasanya. Wajah cantiknya yang biasa hanya dihiasi pelembab dan pewarna bibir
Zeline masuk ke dalam kamar yang dipilih olehnya. Ukuran kamar tersebut sama besar dengan ukuran kamar yang ada dirumahnya, dan itu cukup menurut Zeline."Sepertinya ini kamar tamu atau kamar yang ukurannya paling kecil di sini," gumam Zeline.Matanya menatap lekat kamar yang akan ditempatinya, kamar dengan cat berwarna cream dengan tampilan minimalis namun tetap saja diisi dengan perabot yang berkualitas hingga membuat kamar minimalis tersebut terlihat mewah.Zeline merebahkan dirinya diatas tempat tidur, ranjang yang tidak terlalu besar, namun tidak juga terlalu kecil karena masih terbilang cukup menampung dua orang diatasnya."Lelahnya!" ucap Zeline berbaring sembari menatap langit-langit kamar, memikirkan langkah apa yang akan ia ambil selanjutnya.Vero. Satu nama terlintas dipikiran Zeline. ia kembali bangkit mengambil phonsel dalam tasnya. Hanya phonsel dan tasnya lah barang yang Zeline bawa kerumah ini."Selamat malam kak, kak V
Seperti yang sudah direncanakan oleh Zeline untuk menjaga jarak dengan Zayn benar dilakukannnya, ia yang sedari tadi sudah bangun sejak adzan subuh berkumandang, terpaksa mengurung diri di kamar menghindar agar tidak bertemu dengan Zayn.Zeline membuka tirai Jendela dan dibuat begitu terpana akan apa yang ada didepan matanya. Kamar yang ia pilih merupakan kamar paling kecil disana, namun ia sama sekali tidak menyangka jika setelah tirai jendela dibuka, dibalik tirai ternyata bukanlah sebuah jendela, melainkan seperti dinding kaca yang dapat dibuka seperti pintu dan langsung menuju pada keindahan taman belakang rumah Zayn.Zeline yang memang belum sempat mengelilingi sudut rumah Zayn tentu saja merasa bersyukur saat ternyata kamar yang dipilihnya berhadapan dengan sebuah taman yang begitu cantik."Baguslah, setidaknya aku tidak akan begitu bosan disini," pikir Zeline keluar dari sana dan mulai melihat-lihat sekitarnya, mencoba memastikan jika dia tidak akan berte
Siang harinya, kediaman Zayn yang awalnya sepi sedikit ramai saat para pelayan sudah kembali bekerja, Zayn sengaja mengumpulkan para pelayan agar mereka mengenal nyonya rumah tersebut."Sayang, mereka tidak akan tinggal disini. Mereka hanya akan bekerja sampai pekerjaan mereka selesai, setelah itu mereka bisa pulang. Jangan tanyakan mengapa, karena aku sengaja melakukan semua ini sebab aku tidak ingin kehadiran mereka mengusik waktu kebersamaan kita. Kamu setuju kan, sayang?" ucap Zayn begitu lembut melingkarkan tangannya di pinggang Zeline yang menegang dibuatnya.'Apa ini sandiwara?' batin Zeline bertanya."Bersandiwaralah dengan baik!" bisik Zayn ditelinga Zeline.'Tidak salah lagi, mana mungkin dia bersikap lembut jika bukan sandiwara!' ucap Zeline dalam hati."Baiklah suamiku, apapun yang baik menurutmu aku menyetujuinya!" jawab Zeline menatap Zayn dengan tatapan mendamba, membuat Zayn lagi-lagi terpana akan sikap Zeline. Menyadari hal tersebu
Satu minggu telah berlalu, selama satu minggu itu pula Zayn yang selalu uring-uringan sendiri mengahadapi sikap Zaline yang begitu acuh padanya, namun ia tetap berusaha untuk tidak memperlihatkan jika Zeline berhasil membuatnya gelisah. Zayn merasa gelisah dengan cara berpakaian Zeline yang suka sekali menggunakan hot pants di rumah, seolah sengaja memerkan paha dan kaki jenjangnya. Ingin sekali Zayn melayangkan protesnya, namun ia tidak ingin termakan ucapannya sendiri yang pernah mengatakan tidak akan tergoda pada Zeline sakalipun Zeline telanjang di depannya. 'Sial, lagi-lagi dia menguji imanku. Kenapa aku mudah sekali terpancing saat melihatnya, selama ini bahkan hampir setiap saat aku melihat wanita berpenampilan sexy, namun tak pernah sekalipun aku merasa tergoda kecuali dulu saat bersama Sella, itu pun juga tidak gampang untukku tergoda!' batin Zayn mengalihkan pandanganya dari Zeline, yang baru saja melewatinya setelah keluar dari dapur membawa sepiring makan
Zayan yang berada di kantornya tersenyum menyeringai setelah mendengar penuturan Arya yang mengatakan jika wanita yang di nantikan olehnya telah muncul dari persembunyiannya. Zayn sangat yakin jika dalam waktu dekat wanita tersebut akan datang menemuinya dan memohon untuk kembali padanya. "Akhirnya kamu akan masuk kedalam permainanku!" gumam Zayn. Di tengah lamunannya membayangkan Sella, sosok wanita yang sudah dua minggu ini tinggal bersamanya tiba-tiba muncul ke dalam pikirannya. Sikap acuh Zeline, mampu membuat Zayn penasaran akan sosoknya. Zeline selalu bersikap apa adanya, namun dimata Zayn ntah mengapa semua hal yang dilakukan Zeline selalu terlihat anggun mempesona. Zayn kembali teringat saat beberapa hari yang lalu dimana mereka makan bersama untuk pertama kalinya, mengingat rasa masakan Zeline membuat perut Zayn bernyanyi. Ia tiba-tiba merasa lapar hanya dengan mengingat masakan Zeline. "Aku tidak menyangka wanita sepertinya ternyata
Zayn tiba dirumah tak mendapati siapapun di kediamannya, ia merutuki dirinya sendiri yang memilih pulang ingin makan siang dengan masakan Zeline, namun dengan dalih untuk membersihkan noda di tubuhnya akibat kehadiran Sella.Langkah kakinya yang baru saja masuk kedalam rumah membawanya menuju kamar Zeline yang berada di lantai satu sudut ruangan tersebut."Ze! Kamu di dalam?" tanya Zayn coba memastikan terlebih dahulu.Saat tak mendapat jawaban dari pemilik kamar tersebut, Zayn perlahan memutar knop pintu yang ternyata tidak terkunci itu."Ze?" ucap Zayn lagi berharap Zeline tak menjawab, sebab ia berada di dalam kamar mandi, namun tetap saja ia tak mendapati suara apapun dari kamar mandi. Zayn melanjutkan langkahnya untuk masuk kedalam kamar yang ditempati Zeline.Wangi tubuh Zeline menguar ke udara saat ia masuk kedalam sana, ntah mengapa dapat membuat Zayn merasa rileks seolah wangi Zeline seperti wewangian aroma terapi."Banyak kam
Keadaan menjadi sangat canggung antara Zayn dan Zeline setelah apa yang terjadi satu jam sebelumnya.Baik Zeline ataupun Zayn sama-sama menyembunyikan diri mereka di kamar masing-masing, sebab malu untuk menampakkan diri mereka satu sama lain."Sial, bagaimana ini? Ah... Malunya aku!" gumam Zeline memutar tubuhnya ke kanan ke kiri di atas kasur menenggelamkan wajahnya di bantal, hanya itulah yang ia lakukan sedari tadi setelah selesai mandi. Ia tak henti-hentinya mengingat apa yang sudah terjadi, untuk pertama kali dalam hidupnya seseorang melihatnya terbuka seperti itu."Aduh perut, kenapa nggak bisa di ajak berteman sih?" ucapnya lagi saat merasa penghuni perutnya mulai melantunkan lagu minta makan.Zeline kembali merutuki dirinya sendiri yang tadi hanya makan sedikit saat menemani si kembar, alhasil sekarang ia kembali merasa lapar.Setelah berpikir sejenak, Zeline akhirnya memutuskan untuk keluar dari dalam kamar dan akan 
Sore ini, Zeline disibukkan dengan membuat kue putu ayu. Makanan sederhana yang ia tau menjadi kesukaan kakek dan nenek Zayn dan akan dibawanya sebagai buah tangan saat ke mengunjungi mereka.Zeline yang masih berkutat di dapur sama sekali tidak menyadari keberadaan Zayn yang sudah berdiri, bersandar di tembok memperhatikan Zeline. Ia berulang kali menelan salivanya melihat keringat yang dengan leluasa bisa mengalir di leher jenjang Zeline, pemandangan yang begitu seksi dan begitu menyenangkan untuk ia lihat. Tanpa Zayn sadari, keberadaan Zeline membuat hari-harinya kembali berwarna, ia yang jarang terlihat tersenyum sekarang justru lebih sering tertawa, dan tersenyum meski hanya mengingat Zeline."Sudah puas memandangiku? Aku cantik, bukan?" ucap Zeline tanpa menatap Zayn yang masih tersenyum menatapnya.Zayn merasa malu saat tertangkap basah telah memperhatikan Zeline, namun Zayn tetaplah Zayn, dia mampu menguasai dirinya sendiri untuk bersikap datar. Ta