Setelah tiba dirumahnya, Zeline terkejut menatap mama dan kedua adiknya yang masih berada diruang keluarga, sembari memberi tatapan tajam padanya yang baru saja masuk kedalam rumah.
"Ada apa? Kenapa kalian belum tidur?" tanya Zeline menatap heran pada keluarganya, sebab biasanya mereka sudah tidur saat jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, sedangkan saat ini sudah pukul sepuluh lebih beberapa menit dan mereka masih berada diruang keluarga.
"Kami menunggu kakak pulang!" jawab Fera.
"Kak, sini!" panggil Fara menepuk ruang kosong disampingnya.
"Ada apa?" tanya Zeline, namun tetap mengikuti kemauan Fara.
"Bagaimana?" ucap Fera bertanya.
"Bagaimana apanya?" tanya Zeline.
"Itu, acara malam ini!" sahut Fara.
"Ya Tuhan, aku punya adik kenapa dua-duanya begitu kepo?" ucap Zeline menepuk dahinya sendiri, mengundang tawa mamanya.
"Sama seperti mama, mereka juga ingin mendengar ceritamu, Ze!" ujar Arini.
"Cerit
Tanpa Zayn sadari, ia tersenyum setelah membuka amplop yang dikirimkan oleh Neneknya. Amplop yang berisikan foto-foto dimana acara lamarannya berlangsung kemarin malam. "Cantik!" ucap Zayn menatap foto dimana wajah cantik wanita yang saat ini berstatuskan sebagai tunangannya sedang tersenyum. Zayn yang asik menatap foto-foto mereka, tidak menyadari jika Arya sudah berada didalam ruangannya dan memperhatikan semua tingkahnya. "Hem... Hem...!" Zayn tersentak kaget mendengar suara deheman dari seseorang. Tatapan matanya yang tajam langsung tertuju pada asal suara yang sudah mengusik ketenangannya. "Kamu sudah bosan bekerja disini?" sarkas Zayn pada Arya yang dengan santainya, berdiri dengan berkacak pinggang bersandar di pintu. "Aku sudah berulang kali mengetuk pintu, kamu saja yang tidak mendengarnya. Aku jadi penasaran, apa yang sedang kamu lihat itu?" jawab Arya dengan santainya melangkah menghampiri Zayn yang secepat kilat seger
Zeline pulang kerumahnya dalam keadaan hati yang kesal, setelah perdebatannya dengan Zayn sebelumnya.Dapat ia bayangkan bagimana nanti kehidupannya saat bersama Zayn. Belum tinggal serumah saja mereka sudah beberapa kali berdebat, apalagi nanti jika sudah serumah dan sering bertemu, bisa dipastikan tiada hari tanpa perdebatan. Pikir Zeline."Sepertinya aku harus segera mencari pekerjaan, agar setelah menikah dengannya, aku punya alasan untuk keluar dari rumah. Aku akan pulang lebih dulu darinya dan pergi sebelum ia keluar dari kamarnya, agar kami tidak terlalu sering bertemu nanti!" gumam Zeline memikirkan rencana yang akan dibuatnya, sembari keluar dari dalam mobil, melangkah masuk kedalam rumah yang terlihat ramai, tidak seperti biasanya."Assalamualaikum," ucap Zeline."Waalaikumsalam," jawab beberapa orang secara bersamaan menatap kearah Zeline."Ini dia calon pengantin, kita!" ucap Bundanya Rina menatap Zeline yang baru saja duduk ditengah-te
Waktu berlalu dengan cepat. Arini menatap Zeline yang tengah bersiap mengingat jika hari ini adalah hari pernikahan putrinya. Perasaan sedih dan bahagia dirasakan Arini saat ini. Sedih, sebab ia sadar setelah ini ia harus melepaskan putrinya untuk memulai hidup bersama pria pilihannya, dan bahagia saat dapat melihat putrinya terlihat bahagia menikah dengan pria dari keluarga baik-baik.Acara yang akan berlangsung di hotel itu, membuat Zeline dan keluarganya melakukan persiapan di sebuah kamar hotel yang ada disana agar tidak memakan waktu diperjalan sebab Zeline sebagai pengantin wanita akan membutuhkan banyak waktu untuk bersiap."Selesai!" ucap wanita yang bertugas mendadani Zeline bernafas legah. "Saya permisi Nyonya, Nona Zeline!" ucapnya pamit undur diri memberikan waktu untuk ibu dan anak tersebut.Zeline melihat wajahnya dari pantulan cermin, wajahnya yang terlihat berbeda dari biasanya. Wajah cantiknya yang biasa hanya dihiasi pelembab dan pewarna bibir
Zeline masuk ke dalam kamar yang dipilih olehnya. Ukuran kamar tersebut sama besar dengan ukuran kamar yang ada dirumahnya, dan itu cukup menurut Zeline."Sepertinya ini kamar tamu atau kamar yang ukurannya paling kecil di sini," gumam Zeline.Matanya menatap lekat kamar yang akan ditempatinya, kamar dengan cat berwarna cream dengan tampilan minimalis namun tetap saja diisi dengan perabot yang berkualitas hingga membuat kamar minimalis tersebut terlihat mewah.Zeline merebahkan dirinya diatas tempat tidur, ranjang yang tidak terlalu besar, namun tidak juga terlalu kecil karena masih terbilang cukup menampung dua orang diatasnya."Lelahnya!" ucap Zeline berbaring sembari menatap langit-langit kamar, memikirkan langkah apa yang akan ia ambil selanjutnya.Vero. Satu nama terlintas dipikiran Zeline. ia kembali bangkit mengambil phonsel dalam tasnya. Hanya phonsel dan tasnya lah barang yang Zeline bawa kerumah ini."Selamat malam kak, kak V
Seperti yang sudah direncanakan oleh Zeline untuk menjaga jarak dengan Zayn benar dilakukannnya, ia yang sedari tadi sudah bangun sejak adzan subuh berkumandang, terpaksa mengurung diri di kamar menghindar agar tidak bertemu dengan Zayn.Zeline membuka tirai Jendela dan dibuat begitu terpana akan apa yang ada didepan matanya. Kamar yang ia pilih merupakan kamar paling kecil disana, namun ia sama sekali tidak menyangka jika setelah tirai jendela dibuka, dibalik tirai ternyata bukanlah sebuah jendela, melainkan seperti dinding kaca yang dapat dibuka seperti pintu dan langsung menuju pada keindahan taman belakang rumah Zayn.Zeline yang memang belum sempat mengelilingi sudut rumah Zayn tentu saja merasa bersyukur saat ternyata kamar yang dipilihnya berhadapan dengan sebuah taman yang begitu cantik."Baguslah, setidaknya aku tidak akan begitu bosan disini," pikir Zeline keluar dari sana dan mulai melihat-lihat sekitarnya, mencoba memastikan jika dia tidak akan berte
Siang harinya, kediaman Zayn yang awalnya sepi sedikit ramai saat para pelayan sudah kembali bekerja, Zayn sengaja mengumpulkan para pelayan agar mereka mengenal nyonya rumah tersebut."Sayang, mereka tidak akan tinggal disini. Mereka hanya akan bekerja sampai pekerjaan mereka selesai, setelah itu mereka bisa pulang. Jangan tanyakan mengapa, karena aku sengaja melakukan semua ini sebab aku tidak ingin kehadiran mereka mengusik waktu kebersamaan kita. Kamu setuju kan, sayang?" ucap Zayn begitu lembut melingkarkan tangannya di pinggang Zeline yang menegang dibuatnya.'Apa ini sandiwara?' batin Zeline bertanya."Bersandiwaralah dengan baik!" bisik Zayn ditelinga Zeline.'Tidak salah lagi, mana mungkin dia bersikap lembut jika bukan sandiwara!' ucap Zeline dalam hati."Baiklah suamiku, apapun yang baik menurutmu aku menyetujuinya!" jawab Zeline menatap Zayn dengan tatapan mendamba, membuat Zayn lagi-lagi terpana akan sikap Zeline. Menyadari hal tersebu
Satu minggu telah berlalu, selama satu minggu itu pula Zayn yang selalu uring-uringan sendiri mengahadapi sikap Zaline yang begitu acuh padanya, namun ia tetap berusaha untuk tidak memperlihatkan jika Zeline berhasil membuatnya gelisah. Zayn merasa gelisah dengan cara berpakaian Zeline yang suka sekali menggunakan hot pants di rumah, seolah sengaja memerkan paha dan kaki jenjangnya. Ingin sekali Zayn melayangkan protesnya, namun ia tidak ingin termakan ucapannya sendiri yang pernah mengatakan tidak akan tergoda pada Zeline sakalipun Zeline telanjang di depannya. 'Sial, lagi-lagi dia menguji imanku. Kenapa aku mudah sekali terpancing saat melihatnya, selama ini bahkan hampir setiap saat aku melihat wanita berpenampilan sexy, namun tak pernah sekalipun aku merasa tergoda kecuali dulu saat bersama Sella, itu pun juga tidak gampang untukku tergoda!' batin Zayn mengalihkan pandanganya dari Zeline, yang baru saja melewatinya setelah keluar dari dapur membawa sepiring makan
Zayan yang berada di kantornya tersenyum menyeringai setelah mendengar penuturan Arya yang mengatakan jika wanita yang di nantikan olehnya telah muncul dari persembunyiannya. Zayn sangat yakin jika dalam waktu dekat wanita tersebut akan datang menemuinya dan memohon untuk kembali padanya. "Akhirnya kamu akan masuk kedalam permainanku!" gumam Zayn. Di tengah lamunannya membayangkan Sella, sosok wanita yang sudah dua minggu ini tinggal bersamanya tiba-tiba muncul ke dalam pikirannya. Sikap acuh Zeline, mampu membuat Zayn penasaran akan sosoknya. Zeline selalu bersikap apa adanya, namun dimata Zayn ntah mengapa semua hal yang dilakukan Zeline selalu terlihat anggun mempesona. Zayn kembali teringat saat beberapa hari yang lalu dimana mereka makan bersama untuk pertama kalinya, mengingat rasa masakan Zeline membuat perut Zayn bernyanyi. Ia tiba-tiba merasa lapar hanya dengan mengingat masakan Zeline. "Aku tidak menyangka wanita sepertinya ternyata