"Sayang bangun!" ucap Sella dengan lembut membangunkan Zayn yang baru saja terlelap beberapa jam yang lalu. Zayn tak bisa tidur sejak Zeline keluar dari rumahnya, ingatanya tentang Zeline selalu saja muncul setiap saat setiap waktu, di benaknya.
Zayn mengerjapkan matanya dengan malas saat merasa tidurnya terganggu.
"Hoam...." Gerakan Zayn menguap sambil menutupi mulutnya lalu meregangkan otot-otot tubuhnya."Kenapa kamu ada di kamarku?" tanyanya terdengar kesal saat matanya terbuka lebar melihat keberadaan Sella di kamarnya.
"Aku harus membiasakan diri, bukankah lambat laun kamu akan menikahi, dan aku akan menjadi istrimu?" ucap Sella mengingatkan kembali Zayn pada rencananya.
"Air mandinya sudah aku siapin, baju kerja juga sudah. Aku turun dulu menyiapkan sarapan untuk kita ya." ucap Sella yang hanya dibalas anggukan oleh Zayn yang sudah menghilang dibalik pintu kamar mandi.
Jika saja bukan karena niatnya yang ingin segera menyelesaikan
"Bersabarlah sebentar lagi, sayang. Semuanya akan segera berakhir," jawab Zayn atas permintaan Sella, membuat Sella yang mendengar begitu bahagia, tanpa ia tau maksud sebenarnya dari ucapan yang Zayn ucapkan."Aku harus ke kantor, ada rapat pagi ini," ucap Zayn melepaskan pelukan Sella lalu melangkah pergi dari sana.Zayn masuk ke dalam mobilnya, menghidupkan mesin mobilnya lalu melesat pergi dari sana, bukan menuju kantor, Zayn justru menuju kediaman Zeline dengan menggunakan salah satu mobilnya yang sangat jarang ia gunakan agar tak membuat siapapun menyadari keberadaannya.Satu jam kemudian, Zayn tiba di tujuan. Dahi Zayn mengerut saat tak melihat mobil berwarna merah yang ia belikan khusus untuk Zeline terparkir di depan rumah Zeline. Jika Zeline berada di sana, harusnya mobil Zeline juga ada di sana, tapi nyatanya tidak. Hanya ada mobil lama orang tua Zeline yang terparkir di depan rumah Zeline."Kemana dia? Apa mungkin di toko?" gumam Zayn, yang bar
"Kak, aku permisi ke toilet!" pamit Zeline tiba-tiba pada Vero yang tengah asik mengajaknya berbicara. "Ada apa dengan Zeline?" gumam Vero merasa bingung melihat sikap Zeline yang tiba-tiba berubah. Di dalam kamar mandi, Zeline memegang dadanya yang terasa sesak, jantungnya berdegup tak menentu. Meskipun tak tau apa yang di bicarakan Zayn dan Mamanya, namun Zeline menyadari keberadaan Zayn di luar sana beberapa saat yang lalu. Sekeras apapun Zeline berusaha untuk melupakan Zayn, namun tetap saja ia tidak bisa menipu dirinya sendiri jika dia juga merindukan Zayn. Merindukan sosok yang masih sah menyandang status sebagai suaminya. "Kenapa kamu datang, Zayn? Kenapa kamu datang jika di hatimu ada wanita itu?" gumam Zeline meneteskan air matanya, namun hanya sesaat karena ia segera menghapusnya. "Tidak Ze, sesulit apapun itu, kamu harus belajar melupakannya, dia tidak mencintaimu, dia hanya menggunakanmu untuk sebuah rencananya," gumam Zeline lagi me
Zayn yang tiba di rumahnya dan langsung mencari keberadaan Sella, mendapati Sella tengah menangis. Mendengar Sella menangis, Zayn jadi bertanya-tanya apa penyebab Sella menangis? "Andai mereka merestui hubungan Mami dan Papimu sayang, pastinya dulu kamu bisa terlahir dan hidup bahagia bersama kami," ucap Sella mengejutkan Zayn yang berdiri di balik pintu kamarnya. Pria keturunan Dastan itu semakin di buat bingung dengan ucapan Sella, apa maksudnya mengatakan semua itu? Pikir Zayn yang memutuskan untuk bertanya langsung pada Sella. "Apa maksud ucapanmu?" tanyanya menerobos masuk ke dalam kamar Sella, mengejutkan Sella yang langsung menoleh padanya. Sella yang melihat Zayn, semakin mengencangkan tangisnya, ia menghambur masuk ke dalam pelukan Zayn dan itu semakin membuat Zayn bingung."Katakan padaku! Ada apa?" ulang Zayn bertanya. "Zayn, bagaimana jika Kakek dan Nenekmu kembali mengusirku dan tidak merestui hubungan kita?" tanya Sella melepa
Zayn benar-benar merasa frustasi dengan apa yang telah menimpanya. Ucapan Sella benar-benar mempengaruhinya. Jika semua ucapan Sella benar, itu artinya Sella sama sekali tidak bersalah, lalu apa yang harus ia lakukan pada Sella. Melepaskan Sella hanya akan semakin menyakitinya, tapi mempertahankan Sella jutru akan menyakiti dirinya sendiri dan juga Zeline.Zayn tak dapat lagi menyangkalnya jika ia menyukai Zeline, menyukai wanita yang sah sebagai istrinya tersebut. Kehilangan zeline atau berpisah dari Zeline adalah hal yang tidak ia inginkan. Belum dua minggu berpisah dari Zelinw sudah membuat hidupnya terasa amat berantakan, apalagi jika benar-benar harus berpisah dari wanita yang baru dikenalnya tersebut namun sudah berhasil membuatnya merasa terikat.Hanya foto Zeline lah yang menjadi kebiasaan barunya yang sering ia lihat, memandangi foto Zeline yang ada di akun medsosnya. Zayn ingin sekali menghubungi Zeline, namun kontak Zeline tak dapat di hubungi. Rasa rindu ya
Zeline terdiam memikirkan sesuatu yang sama sekali tidak pernah ia pikirkan akan terjadi, sejak awal terjadi ia sudah mengatisipasi semuanya, namun semua tetap saja terjadi.Apa maksud dari semua ini? Kenapa semua harus terjadi di saat masalah yang tengah ia hadapi bahkan belum menemu titik terangnya?Pikiran Zeline terus saja berputar memikirkan langkah apa yang harus ia lakukan. Jika semua dugaanya benar, lalu ia harus bagaimana? Apakah ia harus mengatakan semuanya pada Zayn? Apakah ia harus kembali bersama Zayn? Apakah ia harus siap hidup di madu?"Ya Tuhan, aku harus bagaimana?" ucapnya benar-benar merasa kalut.Zeline mencoba untuk tenang, semua hal ia sadari harus ia pikirkan secara baik-baik dalam keadaan yang tenang, ia juga merasa jika ia membutuhkan teman untuk berbicara, dan yang menjadi orang yang paling tepat adalah Arini, mamanya. Zeline keluar dari kamarnya lalu melangkah menuju kamar mamanya.Tok...tok...tok.
"Ma, sekarang Mama istirahat saja, sudah malam. Aku juga lelah dan ingin beristirahat," ucap Zeline bangkit berdiri dari ranjang Arini."Baiklah sayang, kamu juga istirahatlah, jangan banyak pikiran!" jawab Arini pada putrinya sebelum Zeline keluar dari kamarnya.Setelah Zeline keluar dari kamarnya dan kembali ke kamarnya sendiri, Arini dengan penuh semangat menghubungi Lili, nenek dari menantunya, Zayn. Meski ia terlihat begitu ketus pada Zayn, namun di balik itu semua ia sesungguhnya tak ingin ada yang namanya perceraian dalam rumah tangga Zayn dan Zeline, apalagi jika besok setelah di periksa Zeline ternyata benar-benar dinyatakan hamil.Arini sangat berharap jika Zeline hamil. Selain karena ia memang sangat ingin mempunyai cucu, ia juga berharap dengan kehadiran anak di tengah-tengah Zeline dan Zayn, dapat membuat keduanya saling menyadari rasa yang mereka miliki dan dapat menguatkan hubungan mereka, serta menjauhkan orang ke-tiga dari pernikahan merek
Zeline yang terlambat bangun terkejut saat mendengar suara bising dari luar kamarnya. Ia menggeliatakan tubuhnya sejenak lalu perlahan turun dari tempat tidur."Jam tujuh, aku kesiangan!" gumamnya melirik jam yang ada di dinding kamarnya lalu melangkah menuju kamar mandi sembari menebak-nebak suara bising apa yang terdengar di luar sana?Tak membutuhkan waktu yang lama, hanya dalam waktu sepuluh menit, Zeline sudah keluar dari kamarnya menggunakan hot pants katun berwarna hitam dengan atasan blouse yang ia masukan ke dalam hot pants-nya bewarna biru pastel. Zeline keluar dari kamarnya masih dengan handuk yang membungkus rambutnya yang basah, suara bising yang terdengar dari luar kamarnya lebih membuatnya tertarik ketimbang merapikan dulu rambutnya, suara bising tersebut membuatnya begitu penasaran akan apa yang terjadi."Nenek, Kakek!" ucapnya menatap tak percaya pada kedua orang yang sudah berada si rumahnya pagi hari seperti itu.Ini merupakan kali ke-tiga
Zeline beserta rombongan tiba di WG Hospital sepuluh menit sebelum waktu yang sudah di janjikan, mereka semua di hantarkan langsung oleh perawat yang ada di sana menuju ruangan dokter Kiran, dokter yang mendapat julukan sebagai dokter cantik tersebut. Selama di perjalanan hingga berada di sana, perasaan gugup yang menyelimuti Zeline semakin menjadi, apalagi saat mereka sudah berada di depan pintu ruangan sang Dokter. Tok...tok... tok... "Masuk!" suara seseorang terdengar lembut dari dalam sana. "Selamat datang Kakek, Nenek!" ucap sang wanita yang menggunakan jas putih ciri khas kebesarannya, terdengar begitu ramah pada Lili dan Bima Dastan. "Selamat datang juga Nona, Ibu!" lanjut wanita itu lagi tersenyum menatap Zeline dan Arini yang balas tersenyum menatapnya. "Terima kasih, Dokter!" balas Lili menanggapi sambutan Dokter cantik tersebut. 'Benar-benar cantik, pantas saja dia di juluki dokter cantik. Dia juga sangat ramah