ngapain hayooo
"Apa?! Jadi mereka sudah menikah?!" Amanda memelototi Adam melalui sambungan video call yang baru saja memberitahukan informasi yang membuatnya sakit kepala. "Gimana sih, Dam! Kamu kan sebelumnya pernah bilang mereka menikahnya masih sebulan lagi?!"Adam menghela napas pelan. Sejujurnya ia agak kecewa juga dengan Gevan karena sama sekali tidak mengundang dirinya dalam acara pernikahan temannya itu, meskipun di sisi lain ia mengerti juga alasannya.Mungkin Gevan hanya tidak ingin Amanda datang dan bertingkah merepotkan di sana."Aku juga nggak tahu alasannya kenapa pernikahan mereka dipercepat. Namun menurut Om Andro, mereka baru melaksanakan akad hari ini dan untuk resepsinya sendiri baru bulan depan," tukas Adam. Andromeda memberitahu Adam, karena dirinya yang akan menggantikan sementara posisi Gevan sebagai CEO sementara temannya itu bulan madu. Biasanya Andromeda-lah yang take over semua pekerjaan jika Gevan sedang berhalangan, namun kali ini mantan CEO sekaligus ayah dari Gevan
"I love you, Aluna," bisik Gevan saat ia mendekap tubuh lembut itu di dadanya. "With all my heart and untill my last breath..."Aluna mengira apa yang ia dengar itu adalah bagian dari mimpi indahnya saja, sebuah pengakuan lembut dan penuh perasaan dari Gevan itu tak lebih dari sekedar bunga tidur. Meskipun tanpa disadari bahwa Aluna juga sangat menginginkan kalimat itu dibisikkan di telinganya seperti ini.Tubuhnya teramat sangat lelah jika tidak ingin dikatakan remuk, setelah beberapa jam terus digempur oleh Gevan dengan birahinya yang seakan tak ada habisnya itu.Kedua mata bening beriris hitam milik Aluna kini telah terpejam rapat, dan samar-samar aroma mint berpadu dengan kayu-kayuan yang maskulin dan familier menyentuh indra penciumannya. Aroma Gevan.Seketika bibir merah alami itu pun melengkungkan senyuman. Meskipun dengan mata yang masih tertutup, Aluna bergelung nyaman di dekapan hangat suaminya. Ia menyurukkan wajahnya di dada bidang Gevan, dan tak lama kemudian Aluna pun
"Mau steak welldone sama seporsi spaghetti."Gevan menaikkan alisnya heran menatap istrinya. "Bukannya kamu baru saja makan chicken grilled dan tuna sandwich?" Tanyanya takjub. Nafsu makan Aluna hari ini sungguh membuat Gevan tercengang. Belum ada lima menit dia menghabiskan enam potong ayam dan setangkup sandwich, tiba-tiba saja sudah meminta dua menu lagi?Aluna mengatupkan mulutnya yang mencebik sambil memicingkan mata kesal menatap suaminya. "Jadi nggak boleh?!" Tukasnya sewot. "Boleh banget dong, Sayang. Cuma apa perut kamu nanti nggak sakit makan sebanyak itu?" Gevan mengelus rambut istrinya dan mengecup bibir cemberutnya sekilas dengan gemas.Desahan kecil pun terhempas dari mulut Aluna. "Aku laper banget, Mas. Nggak tahu deh, kenapa hari ini rasanya kepengen makan terus," keluhnya. Padahal selama hamil, nafsu makan Aluna tidak terlalu bertambah secara signifikan. Bahkan Gevan pun pernah bertanya-tanya kenapa Aluna tidak rakus selama hamil.Tiba-tiba sekelebat pemikiran memb
Aluna memandangi ponselnya dengan kening berkerut dan bibir yang digigit. Sikapnya yang terlihat ragu-ragu itu pun membuat Gevan yang tadi telah membuka matanya menjadi waspada."Siapa?" Suara Gevan yang terdengar dingin membuat Aluna menatap suaminya sambil meneguk ludah."Mmm... T-Tommy..."Sontak Gevan pun langsung menegakkan badannya dan menatap tajam Aluna. "Ngapain si kunyuk itu telepon kamu?!" "Ya nggak tahu, Mas. Kan teleponnya belum aku angkat," sahutnya sambil mengedikkan bahu. "Boleh kuterima nggak, Mas?" Aluna pun meminta ijin kepada suaminya. "Ck! Terimanya di sini saja. Dan nyalakan speakernya," perintah Gevan sambil melipat kedua tangan di dada. Tatapan dari manik hazel-nya tak lepas memandang Aluna yang malah jadi salah tingkah. Aduh mudah-mudahan saja Tommy nggak ngomong yang aneh-aneh di telepon!"Halo?"Selama beberapa detik yang terdengar hanya keheningan, sehingga membuat Aluna pun mengecek kembali sambungan teleponnya."Halo, Aluna. Apa kabar?" Sahut suara yan
Suara tawa yang terdengar sedih pun tiba-tiba berderai dari mulut Tommy. "Gevan sialan! Kenapa kamu bisa sesempurna itu?! Kenapa kamu mau menerima Aluna yang sedang mengandung anakku?!" Ucapnya dengan nada putus asa.Seketika Amanda pun tersentak dan membelalakkan matanya, saat mendengar sesuatu yang di luar perkiraannya. 'Apa dia bilang?? Aluna sedang mengandung anak Tommy?!'Dengan penuh emosi, gadis itu pun menjambak rambut ikal lebat Tommy dan membuat kepalanya yang rebah di meja bartender sontak mendongak karena tertarik kuat oleh jemari Amanda."Tommy!! Wake up!!" Lalu tanpa ragu, Amanda pun menampar-nampar pipi lelaki itu dengan satu tangannya yang bebas agar matanya yang terpejam bisa membuka."Aluna... jangan pergi... jangan pergi dengannya..." "Damned it!!" Umpat Amanda geram saat Tommy masih saja meracau dengan mata yang masih juga terpejam.Sepertinya pria sok bijak yang munafik ini benar-benar teler dan tidak akan sadar. Percuma saja Amanda berusaha membangunkannya."T
"Naah, sudah sampai!" Seru Gevan gembira. "Aku buka tanganku ya, satu... dua... tiga!"Saat pandangan matanya sudah tidak lagi terhalang oleh tangan Gevan, Aluna pun mengerjap-kerjapkan matanya sesaat, sebelum akhirnya benar-benar membulatkan matanya saat melihat object raksasa yang membuatnya terperangah."M-Mas??" Aluna masih terkejut dengan surprise yang disiapkan suaminya hingga tak mampu berkata-kata."Surprise," bisik lembut Gevan di telinga Aluna, yang masih saja terkesima.Sebuah yacht supermewah dan terlihat supercanggih di dekat jembatan yang menjorok ke lautan sedang tersandar di sana. Namun bukan itu saja yang membuat Aluna terdiam dalam ketertegunan, tapi sebuah tulisan berwarna merah besar yang tertera di bagian lambung yacht itu yang bertuliskan kalimat : 'Sweet Aluna'."Itu hadiah pernikahan untukmu, Sayang," bisik Gevan dengan mata hazelnya yang berbinar-binar, dan mengecup pelipis Aluna dengan penuh cinta."Ayo, kita naik!" Ajak Gevan antusias sambil menarik pelan t
Cahaya matahari pagi yang masuk lewat kisi-kisi jendela dan tembus melalui gorden putih dan tipis itu terasa menusuk mata Tommy yang terasa berat.Dengan mengernyit, ia berusaha membuka kelopak matanya perlahan, lalu mengerjap-ngerjap dan mengerang lirih saat merasakan pusing hebat yang menghantam kepalanya.Satu tangannya terangkat untuk memijat kening, dan matanya pun kembali memejam karena tak kuat menahan sensasi berputar di kepala. Sial. Pasti semalaman ia mabuk berat hingga tak sadarkan diri!Tapi... tunggu. Jika ia mabuk, bagaimana ia bisa sampai di rumah dengan selamat? Siapa yang mengantarnya??Serta merta Tommy pun membuka matanya, mengabaikan tusukan rasa nyeri yang tiba-tiba menyeruak karena matanya yang terbuka lebar."Mmmhhh..."Tommy pun terpaku mendengar suara gumanan lirih seorang wanita yang berasal dari arah samping kanan ranjang, serta ada sesuatu yang terasa bergerak-gerak di dadanya. Sontak Tommy pun menunduk, menatap nanar pada sebuah tangan lembut yang memelu
"Jangan pernah memancing singa tidur, Al..." guman Gevan sambil menatap lekat istrinya. "Jadi sekarang, kamu harus tanggung sendiri akibatnya."Aluna terkesiap saat Gevan mengangkat tubuhnya dalam gendongan seperti koala. Bokongnya dipegang erat oleh Gevan, dan Aluna pun otomatis mengalungkan kedua tangan di leher suaminya untuk menjaga keseimbangan. Gevan langsung menyerbu bibir ranum merekah istrinya dengan ganas, bibir yang sangat membuatnya tergoda sedari tadi. Kaki panjangnya yang terbalut chinos pants coklat muda melangkah pasti dengan membawa serta Aluna menuju sofa besar yang menghadap kolam jacuzzi.Ia membaringkan tubuh istrinya dengan perlahan dan hati-hati, seakan Aluna terbuat dari porselen yang sangat rapuh. Untuk sesaat Aluna mengira Gevan akan langsung menerjang dan melahap tubuhnya dengan beringas seperti tadi pagi. Namun yang terjadi malah lelaki itu hanya terdiam dan menatapnya dengan mata hazelnya yang masih terlihat kelam dan pekat.Aluna pun ikut membisu. Ia