Marriage Partner

Marriage Partner

last updateLast Updated : 2024-05-29
By:  Black AuroraCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
102Chapters
10.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

**Cerita romantis komedi, konflik ringan nggak bikin pusing kepala, tapi bapernya tetep maksimal** SEASON 1 : Aluna hamil. Namun Tommy, pacarnya, enggan untuk bertanggung jawab. Dengan perasaan kalut, tanpa sengaja ia malah mencurahkan kegundahan hati kepada bosnya, Gevan Ahza Samudra. Dan si bos yang ganteng tapi pelit senyum itu, owner sekaligus CEO Samudra Corporation, tiba-tiba saja mengajaknya untuk menikah! "Kenapa?" tanya Aluna tidak mengerti. "I have my own reason," jawab Gevan datar. "So, would you be my marriage partner, Aluna?" SEASON 2 : Adam James Wrighton, sang Chief Marketing Officer ditugaskan untuk menggantikan Gevan sebagai CEO Samudra Corp karena sedang berbulan madu, tanpa sadar menjadi dekat dan jatuh cinta dengan Flora, sang sekretaris CEO yang tomboy, cuek dan ceplas-ceplos. Namun masalah pun muncul ketika Flora mengetahui masa lalu Adam yang rumit dan membingungkan, yaitu kisah cinta pertama lelaki itu yang tak sampai, dan wanita yang dulu pernah membuat Adam jatuh cinta... telah menjadi ibu tirinya. ***

View More

Chapter 1

1. Kamu Hamil?!

"Di mana Aluna?" Tanya Gevan kepada Flora, asisten dari Aluna sekretarisnya, yang sedang sibuk menata dokumen.

Flora yang tergagap karena ditatap dengan begitu intens oleh sorot tajam berwarna hazel itu pun menelan ludah, sebelum akhirnya ia menjawab dengan gugup.

"Tadi sih Aluna bilangnya mau ke toilet, Pak. Tapi... kayaknya sudah dari setengah jam yang lalu deh," sahut Flora sambil melirik jam tangannya dengan perasaan was-was, antara takut dengan si bos yang sedang berdiri di depannya, sekaligus heran karena Aluna begitu lama di sana.

"Kalau begitu, saya panggil Aluna dulu ya pak?" Flora hendak berdiri dan berlari ke arah toilet untuk memanggil Aluna, namun telepon di meja yang berada di dekatnya tiba-tiba saja berbunyi dengan nyaring.

Gevan pun menghela napas pelan. "Kamu angkat telepon itu saja, Flora. Biar saya yang panggil Aluna," ucapnya datar sambil berlalu dengan langkah lebar dan tegas menuju ke arah toilet wanita.

'Hufftt... kemana sih tuh anak?!' geram Gevan sembari menyipitkan matanya karena kesal.

Seharusnya Aluna sebagai sekretaris pribadi Gevan mendampingi dirinya untuk meeting mingguan, serta berperan menjadi notulis (pencatat materi) rapat.

Itu adalah tugas Aluna selaku Sekretaris pribadi CEO, dan mutlak tak bisa diganggu gugat lagi apa pun yang terjadi.

Namun sekarang entah kemana gadis itu menghilang! Tak ada kabar dan berita, pun ponselnya yang sedari tadi dihubungi Gevan juga tidak juga diangkat.

Karena meeting yang tak dapat ditunda lagi serta Gevan yang benci dengan segala sesuatu yang terlambat, maka pria itu pun memutuskan untuk tetap melaksanakan meeting dan menunjuk orang lain yang menggantikan Aluna sebagai notulis.

Masalahnya, staf yang Gevan tunjuk sebagai notulis ternyata malah membuat hasil notulennya menjadi kacau sekali!

Sebagai orang yang perfeksionis, tentu saja Gevan pun menjadi kesal dibuatnya. Ia telah terbiasa dengan Aluna yang mahir dan kompeten merumuskan notulen, sehingga ketidakhadiran gadis itu pun membuat Gevan gusar.

Dan kini yang ia inginkan adalah sesegera mungkin menemukan gadis itu lalu mencecarnya dengan pertanyaan kenapa dia menghilang. Juga memberi Aluna hukuman kalau perlu.

Ck. Merepotkan sekali!

"P-pak Gevan?" seorang office girl yang baru saja keluar dari toilet wanita terlihat kaget, saat hampir betubrukan dengan tubuh pria yang menjulang kokoh di depan pintu.

Segera saja ia menundukkan kepalanya penuh hormat kepada CEO-nya.

"Apa ada Aluna di dalam?" tanya Gevan dengan wajah datar dan satu jari telunjuknya yang menunjuk ke arah pintu.

"Eh, Mbak Aluna? Oh maaf... saya kurang tahu, pak..." sahut gugup si gadis office girl. Berhadapan langsung dengan pimpinan tertinggi di gedung ini yang terkenal dingin dan galak, tak pelak membuatnya gagap.

"Jaga toilet ini. Jangan sampai ada yang masuk sebelum saya keluar!" perintah tegas pria itu kemudian dengan sorot tajam yang menguar dari manik hazel miliknya.

Gevan pun langsung saja memasuki toilet itu tanpa ragu, sontak membuat dua orang wanita yang sedang berdandan di depan cermin menjerit kaget.

Namun setelah melihat siapa gerangan sosok rupawan yang masuk ke dalam toilet wanita, mereka pun sadar jika lelaki nekat itu adalah pimpinan tertinggi di perusahaan mereka.

"Keluar," desis Gevan sambil menatap dingin pada dua wanita yang malah terpaku menatapnya.

Meskipun mereka merasa beruntung karena bisa menatap dari dekat wajah tampan CEO mereka, namun sorot tajam tak terbaca di wajahnya yang rupawan itu tak pelak membuat kedua wanita itu bergidik.

Gevan pun hanya mendengus saat akhirnya dua wanita itu berlari terbirit-birit keluar dari toilet.

"ALUNA!" teriak Gevan keras.

Sekretarisnya itu kali ini benar-benar membuatnya kesal. Setelah mangkir dari kewajibannya mengikuti rapat, sekarang ia malah menghilang tak jelas.

Dan lihatlah apa yang Gevan lakukan sekarang!

Tidak pernah terbersit satu kali pun dalam benaknya bahwa ia akan kalang kabut mencari sekreatrisnya itu hingga ke masuk ke dalam toilet wanita!

Gevan merasa ada yang aneh dengan dirinya yang terlalu impulsif, namun sesungguhnya ia juga merasakan sedikit kekhawatiran pada Aluna.

Selama ini gadis itu selalu bekerja dengan profesional, tepat waktu dan tanpa cela. Gevan menyukai cara kerja seperti itu, karena dia sendiri adalah orang yang perfeksionis.

Jadi rasanya agak mustahil Aluna melewatkan meeting tanpa kabar seperti ini, jika tidak terjadi sesuatu.

Sayup-sayup Gevan pun mendengar suara isak tangis pelan dari bilik toilet di bagian paling ujung. Serta-merta lelaki itu pun bergidik.

Apa itu Aluna? Atau... setan penunggu toilet??

"A-Alunaa?" suara gugup Gevan terdengar membahana di toilet yang sepi itu.

Sambil menelan ludah, Gevan pun mengendap-endap menuju bilik toilet paling ujung dan berdoa semoga itu adalah suara isakan manusia, bukan makhluk jadi-jadian penunggu toilet.

TOK-TOK-TOK!

Gevan menempelkan telinga di pintu setelah mengetuknya pelan. "Aluna?? Apa kamu di dalam??"

Seseorang di dalam toilet yang mungkin adalah Aluna, terdengar seperti mendesah pelan dan mengeluarkan ingus.

"Pak Gevan! Jangan macem-macem, deh! Ngapain sih bapak pakai masuk segala ke dalam toilet wanita?!" sentak suara yang sekarang sepertinya sudah benar-benar bisa dipastikan adalah milik Aluna.

"Cepat buka, Al! Atau mau saya dobrak pintunya??!" Sentak balik Gevan dengan geram. Berani-beraninya Aluna berkata tidak sopan padanya!

Lalu beberapa saat kemudian, dengan perlahan pintu bilik itu pun terbuka. Menampilkan wajah sembab dan pucat Aluna yang terlihat mengintip dari dalam.

Aluna pun hanya bisa meneguk ludah, saat melihat bosnya yang berdiri di depan pintu sambil melipat tangan di dada dengan wajah tampannya yang nampak gusar.

"Dari tadi saya panggil-panggil kenapa diam saja, hah?! Pakai acara nangis di pojokan toilet segala! Memangnya kamu demit?! Kamu tahu nggak, kalau saya jadi taa..." perkataan Gevan pun terhenti, setelah ia menyadari bahwa hampir saja ia mempermalukan dirinya sendiri.

Aluna mengernyit keningnya bingung menatap bosnya yang mendadak terdiam. "Ta?? Taa... apa?? Oooh!!!" mulutnya pun sontak membulat karena kaget.

"Bapak takut sama sama setan ya??"

Gevan mendengus dan mendorong pintu bilik toilet itu ke arah dalam hingga membuka sempurna, membuat Aluna yang berada di belakangnya pun terdorong hampir jatuh.

"Jadi dari tadi saya cari-cari, ternyata kamu malah sembunyi di toilet?? Keluar kamu, Al!!" bentak Gevan dengan mata hazelnya yang nyalang membara.

Aluna mendesah pelan dan melangkahkan kakinya keluar dari bilik toilet sambil menunduk. Ia tahu kenapa Gevan marah.

Pasti gara-gara ia mangkir dalam rapat internal mingguan.

"Kenapa nggak ikut rapat?! Tahu nggak kalau saya jadi repot gara-gara kamu!!!" Semprot Gevan saat Aluna telah keluar dari bilik toilet dan berdiri dengan lesu di hadapannya.

"Uhm... pak, kalau mau marah-marah sebaiknya kita keluar dulu, yuk? Nggak enak deh, ini kan toilet wanita," usul Aluna, yang sama sekali tidak terlihat ada takut-takutnya pada bosnya.

Mungkin memang hanya dia satu-satunya orang yang tidak takut pada Gevan yang doyan bentak-bentak dengan wajah garang.

Gevan hanya melirik sekretarisnya yang bertubuh mungil itu sambil mendengus. Saat tadi Aluna mendongak dan menatapnya, Gevan baru menyadari kalau mata gadis itu merah bengkak dan terlihat sembab.

"Kamu kenapa sih? Udah mangkir dari rapat, jelek pula mukanya! Habis nangis? Nggak usah sedih, punya muka jelek itu nggak apa-apa kok. Asal berprestasi," nasihat Gevan dengan tidak berperasaannya.

"Kadang-kadang saya juga bingung, apa sih yang dilihat Tommy dari kamu, hm? Udah pesek, pendek, nggak anggun, sradak-sruduk, drama pula! Harusnya kamu bersyukur karena masih ada cowok yang mau."

Sejenak Aluna pun mematung mendengar ucapan bosnya yang tidak peka sama sekali itu, dan beberapa saat kemudian pecahlah kembali tangisnya yang semakin meraung-raung.

"Damned, Al!! Nggak usah mewek bisa nggak? Bikin telinga sakit aja!!" Omel Gevan sambil menutup telinganya yang mulai terasa berdenging.

"Bapak sih!! Ngapain coba ingetin saya sama cowok brengsekk itu?! Dia itu yang bikin saya nangis, Paaak!! Isssh! Huaaa... hikss..."

Gevan berdecih pelan namun dipenuhi cemoohan. "Jadi kalian berantem? Tumben."

Pria bersurai gelap itu pun beranjak menuju wastafel. Ia mengambil beberapa lembar tissue di situ untuk kemudian diserahkan kepada Aluna.

"Nih. Buat lap ingus kamu yang meler itu."

"Yang-hiks... yang enakan di-dikit dong pak, bi-bilangnya... buat hapus-hiks-air mata gitu kek!" Protes kesal Aluna dengan suara terbata-bata karena isaknya yang masih banyak tersisa.

Gevan mendengus dan memutar bola matanya. Sebenarnya dia alergi dengan cewek yang drama manja seperti Aluna begini. Dikit-dikit nangis. Ck. Dasar cengeng.

Tapi tak pelak Gevan juga merasa penasaran dengan alasan Aluna hingga gadis ini menangis heboh di toilet dan mangkir dari tugasnya.

Karena meskipun kadang sering drama, sekretarisnya ini biasanya sangat profesional dan kompeten dalam tugasnya. Itulah yang Gevan suka dari Aluna.

Selain itu, Aluna juga bisa mengikuti ritme kerjanya yang mau segalanya serba cepat dan sempurna.

"Saya... putus sama Tommy, Pak..." ucap Aluna tiba-tiba dengan wajah muram dan kelabu. Namun sendu yang mewarnai ekspresinya sama sekali tidak membuat pria tidak peka di depannya itu sedikit bergeming.

"Oh. Putus. Ya udah gampang, tinggal cari saja pria lain, kan? Saya yakin pasti masih ada kok yang mau sama kamu. Yah, meskipun secara fisik kamu biasa aja sih," tukas Gevan santai dengan wajahnya yang tetap datar.

Saking terbiasanya mendengar penghinaan dari bosnya, Aluna sendiri memang sudah tidak pernah lagi memasukkannya ke dalam hati.

"Tapi masalahnya... saya... uhm..." Aluna pun tiba-tiba terdiam. Jemarinya menjalin dengan rapat, seakan ingin menguatkan diri.

"Apa??" Tanya Gevan penasaran.

Terdengar suara tarikan napas Aluna yang terasa berat, sama persis seperti beban yang kini sedang ia tanggung. Gadis itu pun sedikit menggigit bibirnya sebelum ia menuturkan kata.

"Sayaa... hamil, Pak." Dan akhirnya Aluna pun mengungkapkan penyebab dirinya tampak gelisah dan tak henti menangis. Ia menundukkan kepala dengan kedua bahu yang meluruh bagai bunga yang layu.

"Saya hamil, dan Tommy malah nggak mau bertanggung jawab. Padahal jelas-jelas ini anaknya," ungkapnya kembali menuturkan fakta kedua, dengan nada yang terdengar sangat pahit.

Sebutir cairan bening kembali jatuh di pipinya yang mulus.

Benaknya kembali mengulang saat Tommy yang pada awalnya berniat untuk menikahinya, namun tiba-tiba saja pria itu berubah pikiran dengan alasan mendapatkan beasiswa S2 ke London dari kantornya!

Mata hazel Gevan pun membulat dengan sempurna mendengarnya. "Hah?? Kamu hamil, Al?! Hamil beneran? Jadi ada bayi di dalam perut kamu gitu?!" Tukasnya bertubi-tubi karena kaget sekaligus terkesima di saat yang bersamaan.

Gevan bahkan mengabaikan uraian Aluna tentang Tommy, dan malah lebih berfokus kepada fakta bahwa sekretarisnya itu yang tengah mengandung.

'Aluna... hamil? Wow. Aluna, sekretarisnya, memiliki sebuah nyawa lain di dalam tubuhnya!'

Lalu tanpa sadar dan karena refleks, Gevan pun malah melakukan hal yang tak pernah ia bayangkan akan ia lakukan pada siapa pun orangnya.

Ia mengulurkan tangannya... dan menyentuh.

Tidak, bukan cuma menyentuh, tapi juga untuk memberikan elusan pelan serta penuh kelembutan di perut Aluna, yang sangat berbanding terbalik dengan sikap yang selama ini pria itu tunjukkan pada hampir semua orang di sekelilingnya.

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
n.manis1
cerita apa lg ya kayak gini ? best !!!
2024-11-07 09:57:07
1
user avatar
Nida AQila
seru ceritanya. ada seriusnya ada lucunya juga. jadi baca nya pun santai nggak bikin tegang. .........️...️
2024-05-13 22:16:47
1
user avatar
tato rambu
seru. erita y
2024-05-04 15:12:57
1
user avatar
Yoyo Ramlah
cerita yg bagus,xtelalu panjang bab,xbosan membaca
2024-05-31 09:55:06
1
102 Chapters
1. Kamu Hamil?!
"Di mana Aluna?" Tanya Gevan kepada Flora, asisten dari Aluna sekretarisnya, yang sedang sibuk menata dokumen.Flora yang tergagap karena ditatap dengan begitu intens oleh sorot tajam berwarna hazel itu pun menelan ludah, sebelum akhirnya ia menjawab dengan gugup. "Tadi sih Aluna bilangnya mau ke toilet, Pak. Tapi... kayaknya sudah dari setengah jam yang lalu deh," sahut Flora sambil melirik jam tangannya dengan perasaan was-was, antara takut dengan si bos yang sedang berdiri di depannya, sekaligus heran karena Aluna begitu lama di sana."Kalau begitu, saya panggil Aluna dulu ya pak?" Flora hendak berdiri dan berlari ke arah toilet untuk memanggil Aluna, namun telepon di meja yang berada di dekatnya tiba-tiba saja berbunyi dengan nyaring.Gevan pun menghela napas pelan. "Kamu angkat telepon itu saja, Flora. Biar saya yang panggil Aluna," ucapnya datar sambil berlalu dengan langkah lebar dan tegas menuju ke arah toilet wanita.'Hufftt... kemana sih tuh anak?!' geram Gevan sembari menyi
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more
2. Saya Punya Solusinya
Mata hazel Gevan pun membulat dengan sempurna mendengarnya. "Wow... kamu hamil?! Hamil beneran? Jadi ada bayi di dalam perut kamu gitu?!" Tukasnya kaget dan terkesima. Tanpa sadar dan karena refleks, Gevan malah mengulurkan tangannya seperti seseorang yang sedang dalam pengaruh hipnotis, dan mengelus perut Aluna dengan lembut serta penuh kehati-hatian."Serius kamu hamil, Al??" Ulangnya lagi dengan nada yang kali ini terdengar seperti sebuah gumanan, karena begitu takjubnya.Aluna mencebik dan serta merta menjauhkan tangan Gevan dari perutnya. "Pak Gevan nggak usah elus-elus gitu, deh! Kalau nanti saya jadi baper, gimana?!" Sentaknya kesal dengan bibir yang cemberut. Namun ia tak bisa menampik rasa aneh dan tak wajar yang tiba-tiba saja datang saat telapak tangan hangat Gevan berada di perutnya yang masih datar. Seperti sensasi merinding, seperti digelitik tapi tak ada yang menggelitik kulitnya.Bukannya apa-apa, selama ini hubungan Aluna dengan bosnya itu sangat profesional. Hampi
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more
3. Mimpi Nggak Sih?
"Alunaaaaa!!!""Aaaaaaa!!!" Byuur!! Seketika air di dalam gelas Aluna pun tumpah ke atas keyboard.Aluna sontak melotot menatap Flora, yang sedang berdiri membalas tatapannya sambil nyengir."Asem. Flo!! Ngagetin aja sih!" Sungut Aluna sambil membersihkan air tumpah yang berasal dari gelas yang ia pegang."Maaf ya, Aluna yang cantik. Lagian dari tadi dipanggil-panggil diem aja sih. Malah bengong di depan monitor!" Tukas Flora mengedikkan bahu santai tanpa merasa berdosa sama sekali."Barusan Pak Gevan bilang kalau notulen yang tadi langsung di-print aja. Dia sudah kirim lewat e-mail," cetus asistennya itu memberitahu kepada Aluna. "Loh, kok Pak Gevan nggak langsung bilang ke aku sih?" protes Aluna sebal."Tadi si bos udah telepon, tapi karena Tuan Putri Aluna sedang bengong manja, ya akhirnya hamba-lah yang mengangkat teleponnya," balas Flora dengan penuh kesabaran sambil sambil berdecak pelan.Ooh. Jadi bosnya itu tadi sudah telepon...Hfffhhh... gara-gara Aluna terus teringat deng
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more
4. Calon Mantu
"Oh, nggak ada apa-apa, sih. Kalau Bunda lagi di rumah ya bagus. Gevan mau ke rumah Bunda kira-kira setengah jam lagi ya? Mau ngenalin calon mantu...""Aaaahh!!!" Perkataan Gevan pun terputus dan pria itu refleks berteriak, karena Aluna yang tanpa sadar telah mengikat dasinya terlalu kuat hingga lehernya pun tercekik. Di seberang sana, terdengar nada heran bundanya yang bertanya ada apa gerangan yang membuat Gevan tiba-tiba saja berteriak."Oh? Enggak Bund, tadi ada kucing nakal nyakar kaki Gevan. Udah Gevan usir kok," tukasnya sambil mendelik kesal dan menoyor kepala Aluna dengan sadis.Aluna pun hampir saja menjerit dan mengaduh akibat toyoran bar-bar bosnya itu, namun Gevan cepat-cepat menutup mulut sekretarisnya dengan satu tangannya yang bebas.Tatapan dari manik hazel pria itu menyorot tajam ke arah Aluna dengan penuh ancaman, agar gadis itu tidak mengeluarkan suaranya. "Iya, Bun. Kalau begitu Gevan siap-siap dulu. Sampai ketemu di rumah. Bye..." Gevan pun akhirnya mengakhiri s
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more
5. Boleh Cium?
TOK TOK TOK!!"Buun... please buka pintunya dong?" "NGGAK! Bunda nggak mau buka! Bunda malu punya anak laki-laki yang sudah menghamili anak orang! Mau taruh dimana muka Bunda, Gevan?!" Desti berteriak kesal dari balik pintu kamarnya yang dikunci dari dalam.Gevan menghembuskan napas gusar. Pasti Bunda sedang marah dan kecewa padanya, setelah ia mengatakan kalau Aluna hamil. Tadi saja Bunda langsung melotot menatap Gevan dan Aluna berganti-gantian, membuat kedua orang yang mendapatkan tatapan tajam itu pun otomatis menundukkan kepalanya. Lalu tanpa berucap sepatah kata pun, wanita paruh baya itu beranjak berdiri dan naik ke kamarnya di lantai dua. Ia pun lalu mengurung diri di sana.Gevan akhirnya menyerah dan memilih untuk membiarkan Bundanya yang masih kesal. Padahal ia pun belum sempat menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya."Gimana, Bunda masih marah, ya?" Tanya Aluna dengan wajah risau, saat Gevan memutuskan untuk turun kembali ke ruang tamu lantai bawah lalu duduk di sofa sa
last updateLast Updated : 2024-04-19
Read more
6. Dia Calon Istriku
Tentu saja Aluna ingin melayangkan protesnya atas permintaan bosnya yang sangat tiba-tiba serta nyeleneh itu.Namun sayangnya belum juga ia sempat berucap, bibir pink pucat dengan bagian tengahnya yang terbelah itu malah sudah keburu menyambar bibirnya.Gadis itu pun serta merta terhenyak, terdiam dalam keterpakuannya saat menyadari bahwa... Pak Gevan ternyata benar-benar menciumnya!!Aluna refleks menarik dirinya untuk menjauh, namun ia tak mampu berkutik saat kedua tangan Gevan tengah merangkum wajahnya yang mungil, membuatnya bahkan tak bisa sekedar memalingkan wajah.Awalnya memang terasa aneh, tak wajar, rikuh dan merinding di sekujur badan. Aluna tak bisa menampik semua perasaan yang tengah berkecamuk di dalam dirinya atas kedekatan intensnya dengan Gevan.Bibir yang biasa berucap sinis, ketus, meledek dan mengoloknya dengan kata-kata sadis itu kini malah menyesap bibirnya.Namun... Jika dipikir-pikir lagi, mungkin ada benarnya juga perkataan bosnya ini tadi tentang bagaimana m
last updateLast Updated : 2024-04-20
Read more
7. Bertemu Andromeda Samudra
"Jadi kamu ngusir aku, Van?" Tanya Adam dengan ekspresi tidak percaya.Gevan tertawa sumbang. "Sudah kubilang kalau Aluna itu calon istriku, Dam! Dan aku juga tidak akan ragu untuk memecat kamu kalau masih juga berusaha mendekati Aluna!"Lalu dengan langkahnya yang panjang dan pasti, Gevan pun bergerak menuju pintu keluar dan langsung membukanya dengan kasar. Tatapan tajamnya kembali terhunus ke arah Adam yang masih berdiri mematung dalam diam."Tunggu apa lagi? Silahkan keluar, Mr. Adam James Wrighton," ucap Gevan dengan nada sedingin es kutub utara.Adam menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menghela napas pelan. Tak ada gunanya melawan Gevan yang sedang emosi, itulah yang Adam sadari setelah delapan tahun berteman dengannya.Gevan memang sangat temperamental dan mudah meledak-ledak, apalagi jika sedang emosi. Amarahnya yang berkobar itu ibarat badai besar yang akan menyapu segalanya hingga porak-poranda. Lebih baik jika kita diam dan menyingkir sejauh mungkin daripada ikut hilang
last updateLast Updated : 2024-04-20
Read more
8. Bagian Dari Keluarga Samudra
Saat ini Aluna sedang mengobati luka-luka di wajah Gevan akibat pukulan serta tamparan dari ayahnya, Andromeda. Gadis itu benar-benar tidak menyangka kalau mantan bosnya itu bisa sesadis ini memukul putranya sendiri, anak satu-satunya pula!"Apa Pak Andro sering melakukan ini pada Pak Gevan?" Guman Aluna pelan. Ia sebenarnya bermaksud mengatakan kalimat itu hanya di dalam hati, namun tanpa sadar malah terucap pelan dari mulutnya.Namun Gevan yang mendengarnya pun hanya diam saja, sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan itu. Ia tahu kalau Aluna shock melihat sikap kejam ayahnya, karena selama ini pasti yang Aluna tahu hanyalah tentang Andromeda Samudra yang baik hati dan ramah. Aluna menatap dalam-dalam lelaki itu saat ia telah selesai mengobati wajah Gevan."Pak... bolehkan kalau saya bertanya?" Gevan masih diam dan membalas tatapan gadis itu dengan wajahnya yang penuh lebam. "Silahkan saja, tapi aku tidak akan menjawabnya."Kening Aluna pun seketika mengernyit. "Setid
last updateLast Updated : 2024-04-21
Read more
9. Dia Juga Cucunya Bunda
Keesokan harinya, hanya Gevan yang datang ke kantor. Aluna benar-benar dilarang keras untuk bekerja. Selain karena Andro dan Desti khawatir kalau putra mereka itu akan kembali 'menyerang' Aluna seperti semalam, Desti juga ingin mengajak calon menantunya itu mencari oleh-oleh untuk dibawa ke Jogja sebagai buah tangan untuk orang tua Aluna.Ya, besok rencananya Andro dan Desti akan berkunjung ke Jogja dengan tujuan untuk melamar Aluna. "Capek, Lun?" Tanya Desti penuh perhatian, saat mereka sedang melihat-lihat syal sutra yang akan diberikan sebagai oleh-oleh untuk Mamanya Aluna.Aluna menggeleng. "Nggak, Bun. Aluna baik-baik saja, kok," sahutnya sambil tersenyum.Baru kali ini Aluna shopping dengan Desti, dan mereka ditemani oleh Mbak Sella asisten pribadi calon mertuanya itu."Ini Mbak Aluna, jus alpukat dengan gula sedikit." Sella menyodorkan segelas jus ke hadapan Aluna yang hanya bisa garuk-garuk kepala sambil meringis.Masalahnya, sedari tadi Desti terus saja menyuruh Sella memb
last updateLast Updated : 2024-04-21
Read more
10. Mau Seperti Tongkat USG
"Mas Gevan?!" Aluna benar-benar kaget saat Gevan tiba-tiba saja masuk ke dalam ruang periksa kebidanan, dan sontak ia pun menjerit. Gimana nggak kaget? Masalahnya tadi itu sebenarnya Aluna dan Gevan sudah mencapai sebuah kesepakatan, kalau yang akan masuk ke dalam ruang periksa dokter ini hanyalah Aluna. Sedangkan Gevan hanya akan menunggunya di luar hingga kandungan Aluna selesai diperiksa. Aluna bahkan sudah merekam diam-diam semua percakapannya dengan dokter kandungan dengan menggunakan ponselnya. Tujuannya adalah agar Gevan dan Bunda bisa mendengar langsung kondisi anak yang ada di kandungan Aluna. Tapi kenapa lelaki ini malah tidak melakukannya sesuai kesepakatan?Aluna pun mendelik menatap Gevan yang dengan santainya berjalan masuk ke dalam, lalu pria itu melemparkan senyum datar pada dokter wanita yang sedang memeriksa Aluna. "Permisi dokter, saya adalah ayah dari janin yang dikandung Aluna. Gimana kondisi anak saya?" Tanya Gevan sambil berjalan ke arah Aluna yang berbar
last updateLast Updated : 2024-04-22
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status