"Bagiku, makam itu adalah tempatku bermain. Dan juga tempat pertama kali aku bertemu seorang pangeran tampan dan langsung jatuh cinta padanya, sejak usiaku sembilan tahun... hingga sekarang."Flora pun kembali terdiam dengan wajah datar mendengar pengakuan Anya yang blak-blakan itu. Ia tak akan memberikan tanggapan apa pun, karena memang sudah bukan kapasitasnya lagi untuk menanggapi. Semakin jelas sekarang, antara dirinya dan Adam sudah tidak ada yang perlu dipertahankan lagi.Flora hanya bersyukur bahwa perasaannya belum terlalu dalam untuk Adam, meskipun sedikit di dalam sana ada rasa kehilangan. Sedikit. Kira-kira satu nanometer, yang katanya adalah satuan terkecil. Iya, nggak usah banyak-banyak. Bikin mules ntar.Tawa renyah Anya pun terdengar, meskipun ada selintas perasaan heran yang tersirat dari wajah cantiknya. "Kok kamu biasa-biasa aja sih mendengar semua penjelasanku dari tadi? Juga nggak ada reaksi saat aku bilang kalau Adam dan aku dulunya sepasang kekasih?"Anya me
"M-maksud Bapak, syarat dariku yang waktu itu? Black card, berlian 30 karat dan Hermes Himalaya??" Tanya Flora terkejut. Padahal saat itu dia hanya menyelutuk asal! "Plus private island, dan dan private yacht. Semua sudah siap, Flora. Jadi kapan kita bisa tidur bersama?" Tukas Adam dengan netra biru langitnya yang menghujam tajam seakan dapat menembus kepala Flora. Flora pun mengernyit. "Maaf, Pak. Tapi perasaan itu cuma syarat untuk pacaran dengan saya deh, bukan untuk tidurin saya!" Sergahnya kesal. "Apa bedanya?" Cetus Adam sambil menaikkan alisnya. "Toh kalau aku nanti nikah sama kamu, kita juga bakal tidur bareng kan?" Flora pun serta-merta kembali melemparkan tatapan datarnya. "Ya beda lagilah! Kalau sudah nikah, bobo barengnya kan sudah sah! Nggak bakalan digrebek dan diarak satu RT kalau mau skidipapap sawadikap biskuit ahoy," Balas Flora lagi. Ck. Gini deh, kalau punya otak kebanyakan konten mesum. Nikah yang diliat pun cuma bagian nganu-nganunya doang! Adam meneleng
Flora hanya bisa mendesah, dengan bibirnya yang polos tanpa pulasan lipstik itu yang manyun saja sedari tadi. Saat ini ia sedang duduk dengan perasaan kesal di kursi teras rumah kosnya. Sebuah travel bag kecil berwarna hitam berisi beberapa potong pakaian dan peralatan mandi, berada di meja kecil di sampingnya. Hari ini adalah hari Sabtu, hari yang seharusnya sangat sakral bagi gadis itu, dimana ia hanya akan rebahan cantik di kasur untuj waktu yang lama. Kira-kira berapa lama? Yah, sampai bego aja. Setelah puas rebahan sampai rasanya mau gumoh, biasanya Flora baru mulai cari makan dan cemilan untuk mengisi perutnya. Khusus weekend gini jadwal mandi pun hanya satu kali, namun baru kelar satu jam karena sekalian luluran dan creambath juga. Meskipun agak tomboy, tapi Flora senang merawat diri sendiri. Ia menyukai perasaan bahagia saat tubuh dan rambutnya menjadi sangat wangi, yang juga otomatis meningkatkan mood-nya dan membuatnya lebih bersemangat. Aaah... indahnyaaa!!!
"Amanda kabur?? Jadi gimana dong, Pak? Wisata ke Puncaknya di cancel aja ya? Kita harus buru-buru tangkap si Amanda itu lagi sebelum dia bisa berbuat macam-macam!" Ucap Flora dengab raut cemas terlukis dengan jelas di wajahnya.Ia yakin sekali kalau sepupunya Pak Adam itu akan membuat onar di luar sana, mungkin dengan menemui orang tua Pak Gevan dan memberitahu tentang siapa sebenarnya ayah biologis dari bayi yang dikandung Aluna. "Pak, sepertinya kita ke langsung ke rumah Pak Andromeda saja deh. Siapa tahu bisa mencegah Amanda untuk tidak berkata yang tidak-tidak kepada orangtuanya Pak Gevan," cetus Flora mencetuskan ide.Adam menghela napas berat dan melemparkan tatapan ke depan. "Nggak perlu," pungkasnya "Amanda sudah bukan urusanku lagi, Flo. Biarkan Gevan dan Aluna yang menyelesaikan masalah mereka sendiri. Kebetulan juga hari ini mereka akan landing di Indonesia."Mata Flora pun membulat mendengarnya. "Ta-tapi, Pak--""Kita jalan ke Puncak sekarang," putus Adam akhirnya, sebel
***Beberapa saat sebelumnya***Keheningan yang tiba-tiba terasa mencekam membuat Flora membuka perlahan kedua matanya. Gadis itu pun seketika terkejut, saat melihat bahwa dirinya telah berada di sebuah kamar yang begitu asing.Ia semakin terkesiap kaget ketika menyadari bahwa dirinya telah berbaring di atas ranjang bertiang besi di ke-empat sudutnya, dengan bertutupkan kelambu tipis putih bersih yang sedikit melambai-lambai karena tertiup angin sepoi-sepoi dari ventilasi.Flora pun baru tersadar bahwa dirinya sudah bukan lagi berada di mobil Pak Adam, dan mungkin saat ini ia telah sampai di villa Noah Wrighton... atau jangan-jangan sekarang dia malah berada di scene adegan film horor!Bulu kuduk Flora pun merinding karena ngeri, saat menatap tempat tidur yang mirip seperti ranjang di film seram yang pernah ia tonton. Bertiang, dan berkelambu putih. Hiiiih...Karena ketakutan, tanpa pikir panjang Flora pun langsung saja loncat kodok dari ranjang itu. BRRRUUUKKK!!!"Aaawww!!!" Akibat
"Ngomong-ngomong, itu benjol kenapa?" Adam menahan langkah Flora yang hendak membawanya serta ke teras, ketika memperhatikan kening Flora sambil mengernyit. "Perasaan tadi nggak ada benjol pas aku gendong kamu ke kamar deh." Flora pun seketika tersadar dan menarik surai ikal untuk menutupi jidat seksinya yang sekarang tidak seksi sama sekali. "Oh, ini? Tadi kejedot lantai," sahut Flora cuek. Adam sampai tercengang mendengarnya. "Gimana ceritanya kamu bisa kejedot lantai, Floraaa??" Tukasnya kaget. Ajaib banget memang nih cewek. "Udah, nggak usah dibahas deh, Pak!" Flora menarik tangan Adam untuk mengajaknya berjalan ke bagian teras villa. Ia akan menyapa Pak Noah yang baru datang bersama Pak Yono penjaga villa dari belanja bahan-bahan untuk pesta barbecue nanti malam "Halo, Pak Noah. Apa kabar?" Flora tersenyum pada seorang lelaki paruh baya yang masih terlihat sangat gagah di usianya yang tak lagi muda itu. Sosoknya mirip sekali dengan Adam, kecuali rambutnya yang
Suara debat kecil dan kekehan pelan itu membuat Noah yang berkuda menyusul di belakang mereka pun tersenyum simpul. Lain halnya dengan Anya yang juga ikut berkuda, wajahnya terlihat sendu dan muram. Tidak seperti Flora yang berada di atas kuda yang sama dengan Adam, Noah dan Anya menaiki kudanya masing-masing, karena Anya memang cukup mahir berkuda sejak menjadi Nyonya Wrighton.Flora menyikut perut Adam agar tidak lagi menumpukan dagu di pundaknya, saat mendengar suara derap perlahan dari langkah kuda dari belakang. Tanpa perlu menoleh, sudah bisa dipastikan bahwa itu adalah Noah dan istrinya yang sedang berkuda menyusul mereka. "Pak, awas ih! Itu kan ada Pak Noah dan Nyonya Anya di belakang. Malu," guman Flora sambil menggerak-gerakkan pundaknya dengan risih karena masih saja ditempeli dagu milik Adam."Ck! Mereka gangguin aja sih," sungut lelaki itu yang akhirnya mengangkat dagunya. Tapi sebelum benar-benar menegakkan punggungnya, dengan jahil ia malah mendaratkan dua kecupan
"Apa kamu bisa jaga rahasia?" Perasaan Flora pun langsung tidak enak mendengar pertabyaan Noah barusan Tunggu sebentar. Jaga rahasia?? Aduh, si Tuan Besar Wrighton ini belum tahu aja kalau nama lengkapnya adalah Flora 'ember bocor' Shalsabilla! Gimana mau jaga rahasia kalau motto dalam hidupnya adalah "tiada hari tanpa gibah"? Dulu waktu Aluna masih bekerja, mereka sering membicarakan gosip-gosip seru sembari makan siang. Kadang-kadang juga bersama Mbak Karla, sekretaris CMO yang sama gesreknya dengan mereka kalau masalah gibah-menggibah. Sebenarnya Flora ingin menolak saat Pak Noah bertanya apakah ia bisa menjaga rahasia, karena ia memang tidak bisa. Tapi karena merasa sungkan dengan beliau, terpaksa Flora pun menganggukkan kepalanya.'Lagian rahasia apa sih? Apa itu ada hubungannya dengan Pak Adam? Hisssh... kepo banget kan jadinya!'Noah pun tersenyum, lalu menghirup kopi black espressonya sebelum mulai bercerita. "Aku mengidap kanker nasofaring stadium tiga," ucapnya data