Share

Bab 6

Adrian tersenyum puas melihat ekspresi Stella yang melotot. “Ini tidak mungkin!”

          “Kau masih mau mengelak padahal jelas-jelas di foto itu kau yang memelukku,” ucap Adrian dengan santainya meneguk minuman yang ada di atas meja bar.

          “Itu gak mungkin,” tolak Stella menatap tajam Adrian yang melipat kedua tangannya di dada. “Ja-jadi apa semalam kita-“

          “Ya,” ucap Adrian dan itu membuat Stella memekik kaget seraya menyilangkan kedua tangannya di dada dan menatap Adrian dengan horor. Sungguh saat ini Adrian ingin tertawa melihat wajah Stella yang terlihat bodoh.

          “Tidak tidak,” kekeh Adrian tak kuasa melihat wajah Stella. “Kita hanya tidur, aku tidak tertarik dengan tubuh krempengmu itu,” ucap Adrian masih dengan kekehannya dan seketika wajah Stella berubah menjadi merah padam.

          “Menyebalkan!” gerutunya dan beranjak memasuki kamar mandi. Adrian masih terkekeh mendengar makian Stella di dalam kamar mandi padanya.

          “Lagu yang indah, Stella!” teriak Adrian dan berakhir dengan suara benda menghentak pintu membuat Adrian semakin terkekeh.

          “Gadis yang menarik,” gumamnya dan ia segera berpaling saat mendengar bel pintu kamar. Itu adalah Malik, asistennya yang mengantarkan pakaian untuknya.

          “Adrian,” panggilan itu menghentikan langkah Adrian yang hendak masuk ke dalam kamarnya. Ia menoleh dan menemukan Dhika tengah duduk santai sambil menikmati teh di temani istri tercinta. Andrian berjalan mendekati mereka dan mengecup pipi Thalita sebelum akhirnya ia mengambil duduk di samping Thalita.

          “Adrian, ada yang ingin Papa sampaikan padamu,” ucap Dhika membuka suaranya. Adrian masih diam membisu menunggu kelanjutan ucapan dari Dhika.

          “Begini, Papa tidak akan memaksamu Nak. Sebenarnya dari sejak lama mendiang Oma dan Opa ingin berbesan dengan keluarga dari Wiratmaja, tetapi karena kami sama-sama memiliki anak laki-laki maka rencana mereka di batalkan. Dan sekarang karena kebetulan Papa memiliki anak laki-laki dan mereka memiliki seorang anak perempuan. Kami berencana ingin menjodohkan kalian berdua. tetapi itupun kehendakmu, Papa tak akan memaksa,” ucap Dhika.

          “Stella?” tanya Adrian.

          “Iya sayang, putri cantik yang kemarin malam kita temui,” ucap Thalita. Dan seulas seringai tercipta di bibir menawan nan menggoda milik Adrian.  ‘menarik.’

          “Adrian mau menerima perjodohan ini,” ucap Adrian dengan mantap membuat Thalita dan Dhika saling menatap dengan sedikit kebingungan.

          “Kamu tampak bersemangat sekali,” ucap Thalita.

          “Gadis itu sangat menarik Ma, dan sepertinya ini peluang untuk Adrian,” ucap Adrian dengan senyum misterius membuat Thalita tersenyum.

          “Papa senang kamu mau menerima perjodohan ini,” ucap Dhika yang di angguki Adrian.

          “Apa?” pekik Stella. “Tidak mau!”

          “Stella sayang, ini wasiat mendiang Kakek kamu, dan kesempatan kami untuk bisa berbesan dengan keluarga Adinata.”

          “Kenapa harus dengan dosen itu sih? Aku maunya sama Leonard!”

          “Stella, Leonard sudah menikah. Kamu tidak bisa seenaknya seperti ini.” Mama Stella menegur putri kesayangannya.

          “Pokoknya tidak mau!” ucap Stella melipat tangannya di dada.

          “Stella,” ucapan sang Papa terhenti saat istrinya mengusap lengan suaminya.

          “Sudah ah Stella ingin masuk ke kamar,” ucapnya dan beranjak menuju ke kamarnya.

          “Kita minta bantuan Ibu saja,” ucap Mama Stella yang di angguki Papanya.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status