Beranda / Romansa / Married to My Childhood Friend / 44. Rasanya Terlahir Kembali

Share

44. Rasanya Terlahir Kembali

Penulis: Aloegreen
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-06 21:17:11

"Bagaimana bisa mereka keracunan?! Siapa yang berani melaporkan tuduhan itu?! Kenapa berita bodoh ini langsung menyebar ke seluruh kota?!" Verlin marah besar. Semua karyawannya menunduk bingung sekaligus takut.

Ini pertama kalinya Verlin marah sejak menjabat sebagai bos baru. Belum lagi di luar terjadi kericuhan. Petugas dari balai pengawas obat dan makanan datang untuk memeriksa beserta beberapa instansi lainnya.

Tidak sedikit pula para pelanggan semalam yang tidak terima karena dibuat sakit perut selama tiga jam. Mereka bahkan membawa surat keterangan dari rumah sakit.

"Sshhh, jangan diam saja lakukan sesuatu!" Verlin mondar-mandir naik darah.

"Eee, meskipun sakitnya hanya tiga jam, tetapi nama kita sudah tercemar," ujar salah satu karyawan takut-takut.

"Se-semua pelanggan juga mengalami hal yang sama. Du-durasi yang sama pula," sahut temannya.

"Kita harus bagaimana, Nona? Pihak berwajib di depan sudah tidak tahan ingin kita membuka pintu. Kalau mereka terus memaksa pintunya b
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Married to My Childhood Friend   129. Paska Badai dan Nayla Menghilang

    Air menetes dari dedaunan membasahi bumi. Sisa-sisa kekacauan masih tercetak jelas di setiap sisi kota. Puing-puing kecil dan sampah berserakan, ranting dan dahan kayu menghalangi jalan, begitu pula genangan air yang masih membawa suasana pilu. Semua nuansa ini berpadu. Euforia berubah total. "Pemirsa, setelah badai yang menerjang semalam akibatnya banyak sekolah dan beberapa perusahaan libur. Karena kondisi lingkungan yang rusak parah sehingga sulit untuk menjalani aktivitas seperti biasanya." lagi, kali ini bahkan banyak wartawan melakukan siaran langsung di berbagai tempat dan Vira menyaksikannya bersama Gilang karena salah satu wartawan itu berada di depan kantor mereka sekarang. "Nayla masih nggak ada kabar sejak badai mulai. Aku khawatir banget." panik tercetak di wajah wanita itu. Menatap sekeliling di mana kantornya ditutup karena air yang menggenangi halaman dan lokasi parkiran. Seharusnya mereka masih dapat bekerja, tetapi atasan memberi keringanan untuk berlibur. Situasi

  • Married to My Childhood Friend   128. Badai Pembawa Bencana

    Setidaknya kurang lebih ada lima puluh panggilan tidak dijawab. Tangan yang semula kuat kini gemetar. Terisak, bayangan buruk mulai terlintas. Berharap orang-orang yang dikerahkan ayahnya Shaka dapat menemukannya. Sementara dirinya harus terkurung di kantor yang asing ini secara tiba-tiba. "Buka pintunya! Aku bilang buka pintunya! Siapapun tolong dengar aku! Ada aku di sini!" Nayla menggedor pintu lagi. Air matanya berderai membanjiri wajahnya tanpa penerangan apapun. "Sial!" Nayla mengumpat dalam pukulan terakhir yang membuat tangannya kesakitan. Badai di luar terlalu menghakimi. Siapapun tidak ada yang boleh keluar kecuali mereka ingin mati. Petir ikut meraung-raung di atas sana. Nayla berdiri, sekuat tenaga berdiri berpegang pada pintu. Apa yang ada di depan mata tercermin jelas di matanya. Bola matanya bergetar, memikirkan nasib suaminya. Bibirnya berguman, "Badai ini ... membawa bencana." Kilatan cahaya petir menyambar wajah gadis itu. Sesuatu terlintas dan itu bukanlah ide

  • Married to My Childhood Friend   127. Shaka Menghilang

    Siapa tahu Shaka masih ada di situ. Sembari menyusuri tiap lorong dia membuka pintu yang bisa dibuka sambil menelepon Shaka. "Shaka, ayo angkat teleponnya." panik Nayla. Namun, tidak ada jawaban. Kalau begitu Nayla pulang. Dia ngebut tidak peduli lagi dengan peraturan lalu lintas asalkan bisa sampai rumah dengan cepat dan ternyata pintu rumahnya masih terkunci. Tidak ada mobil Shaka juga di sana. "Shaka?!" Nayla membuka pintunya dan berteriak, tetapi kosong. Sosok yang dia cari seakan menghilang tanpa jejak. Nayla gelisah menepuk dahi dengan sangat keras. "Kenapa aku nggak bisa nemuin kamu di mana-mana? Kenapa kamu nggak ada kabar seharian?" Suaranya sudah jatuh seperti langit saat ini. Angin menambah beban Nayla. Ia menyerang membuat pusaran di langit dan mengacaukan sekitar. Dedaunan mulai berterbangan bahkan suaranya berdengung di telinga Nayla. Dia menoleh ke segala arah. Kondisinya makin parah, detak jantungnya tak karuan, dan dia bingung. "Shaka ...," terus menggunakan n

  • Married to My Childhood Friend   126. Dessert

    "Kenapa nanya begitu? Mbak pikir aku orangnya kejam, ya, sampai nyuruh-nyuruh cewek yang aku suka? Ngomong-ngomong aku udah putus, loh, sama pacarku." Gilang syok. "Eits, nggak usah panik, tenang, tenang. Aku cuma nanya doang apa salahnya?" Nayla menyodorkan segelas air dingin kepada Gilang dan Gilang menerimanya dengan senang hati meskipun tatapannya masih memicing tajam. "Jangan-jangan ada motif tersembunyi." Gilang sudah payah menelan airnya. Beberapa detik saling pandang tanpa menemukan titik terang. Nayla tetap bersikeras berkata hanya ingin tahu. "Okay, kalau cuma itu gampang. Tapi hadiahnya segini banyak bukannya berlebihan apa?" mulut berbicara demikian, tapi tangan lain jawaban. Sibuk mencongkel es krim di dalam gelas. Wajahnya seketika membeku karena dinginnya es krim yang lumer di mulut. Dia bahagia sekali. "Ah, nggak apa-apa udah nikmatin aja. Buruan jawab keburu malam," singkat Nayla. Gilang berdecak pelan sambil berpikir, "Eee, kalau aku punya cewek yang cantik, s

  • Married to My Childhood Friend   125. Upaya Nayla Belum Usai

    Ingin dibilang rindu, tapi kebosanan lebih cenderung mendominasi, "Aku cuma bosan, bukan frustasi." Hanya mendengar sebaris pembelaan itu saja mata Shaka sudah terpejam. "Astaga! Cepet banget tidurnya. Dia pasti kecapean banget." perlahan Nayla menarik Shaka agar kepalanya dapat menyentuh bantal. Dia menyelimuti pria yang telah menjadi suaminya itu dengan hati-hati. Nayla terkikik sendiri, "Ternyata membuatmu senang itu terlalu mudah."Kemudian, dia ikut tidur dalam selimut yang sama. ~~~Nayla baru mengembalikan kamera ke Gilang karena kemarin lupa. Lagipula Gilang juga seharian tidak ada di kantor kemarin. "Makasih, ya, kameranya." dengan senyum lebar Nayla mengembalikannya. Gilang berdecak mengecek kameranya, "Kenapa mesti pinjam aku, sih? Mas Shaka juga pasti punya." "Hah, dia mana punya." Nayla mengibaskan tangannya. Gilang tidak percaya, "Mana mungkin nggak punya. Orang kaya begitu." "Shaka bukan tipikal cowok pengumpul barang-barang kaya gitu. Dah, ah, Bye-bye!" Nayla m

  • Married to My Childhood Friend   124. Air Hangat

    Nayla pulang lebih dulu. Di rumah tidak ada orang, sangat sepi belum lagi Shaka mengirim pesan kalau dirinya lembur. Dia bosan dan tidak ada pekerjaan. Jadilah sisa-sisa penghujung hari ini dijadikan sesi bersih-bersih dadakan. Menyapu, membersihkan debu, mengepel lantai, sampai mencuci ulang pakaian dan piring yang sudah bersih. Tirai-tirai pun diganti dengan yang baru sehingga rumahnya terlihat seperti baru dibangun. Nayla tersenyum lebar puas dengan hasil kerja kerasnya dan tidak ada lagi yang bisa dikerjakan. Rambut hitamnya tergerai panjang, kaos putih yang agak kebesaran dan celana longgar selutut menjadi pilihan dalam hidup santainya. Di kamar Nayla hanya duduk bersandar ranjang dan menunggu. Memainkan Handphone sampai bosan sambil sesekali melirik jam. Bisa dibilang hampir setiap menit dia melirik jam. "Huft, kapan Shaka pulang?" Saat layar Handphone-nya mati karena terlalu lama dibiarkan, terlihat pantulan bayangan dari kalung kristal yang dia kenakan. Senyum Nayla ter

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status