Share

Part 3

Penulis: Ade Tiwi
last update Terakhir Diperbarui: 2020-11-25 14:21:46

Matahari sudah menampakkan dirinya begitu tinggi, tapi sama sekali tak mengusik tidur nyenyak seorang gadis yang masih meringkuk manja di dalam selimut putih tebal yang membungkus tubuh mungilnya.

Wika berdecak sebal saat mendengar suara teriakan mamanya yang membuka pintu kamar dan masuk ke dalam. Bu Asti geleng-geleng kepala melihat anak gadisnya yang belum juga bangun, kebiasaan klasik seorang Wika yang sangat susah bangun pagi.

"Wika, bangun sayang, hari ini kamu ada kelas pagi kan?" panggil Bu Asti mengguncang-guncang tubuh anaknya.

"Ehmmm," Wika berdeham sebagai jawaban.

"Ya Tuhan! Anak ini, kenapa sangat susah sekali membangunkannya?!" desah Bu Asti merasa frustasi dan menyerah menghadapi Wika.

Mendengar suara derap langkah kaki yang mulai berjalan menjauh dari kamarnya, Wika langsung membuka selimut dan duduk di ranjang dengan kepala bersandar di kepala ranjang.

"Aishh! Malasnya lah aku kuliah hari ini." gerutu Wika. "Pagi ini ada kelas mata kuliah pak Pras lagi." Semakin lenyap lah semangat dalam diri Wika.

Dengan langkah malas Wika bangkit dan turun dari ranjang, melangkah masuk ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk berangkat kuliah pagi.

Tak butuh waktu lama bagi Wika untuk mandi, Wika memilih-milih pakaian yang akan dia pakai untuk pagi ini di walk in closet. Terkejut ketika berbalik badan dan menemukan mamanya yang berdiri dengan senyuman manis.

"Ada apa, ma? Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Wika heran.

"Ada tamu yang datang sepagi ini ke rumah kita loh," masih dengan senyuman manis Bu Asti menjelaskan. 

"Siapa?" 

"Tetangga baru." 

"Uhuuk!" Wika tersedak air liurnya sendiri saat mendengar siapa orang yang bertamu sepagi ini ke rumahnya.

"Eh, kamu gak apa-apa sayang?" Bu Asti membantu menepuk punggung belakang Wika.

"Tidak apa-apa ma, cuma kaget saja." 

"Ya ampun, kamu kaget hanya karena dengar tetangga baru itu yang kemari." 

Wika tidak menjawab, karena ia masih merasa syok. 

Untuk apa pak Pras datang sepagi ini ke rumahnya? batin Wika bertanya-tanya. 

"Untuk apa tetangga baru itu datang ke rumah kita ma?" tanya Wika yang tak tahan lagi menahan rasa penasarannya.

Bu Asti nyengir, "antar piring kue cokelat kemarin yang kita kasih."

"Hanya piring kosong?" 

"Tidak, dia balikin piring kita dengan balasan isi roti tawar selai cokelat." 

"Apa?" kaget Wika.

"Dia datang bersama putrinya, cantik dan imut sekali anaknya." kata Bu Asti menyukai dan gemas pada Vania.

"Ya udah mama sana gih temani mereka!" usir Wika agar Pras cepat pulang.

"Ada papa yang mengajak tetangga baru itu mengobrol." Wika memutar bola matanya jengah mendengar ucapan ibunya.

******

Saat Wika dan Bu Asti menuruni tangga rumahnya, sosok Pras dan Vania masih ada di rumah itu. Tepatnya di meja makan, papa Wika mengajak Pras dan Vania untuk sarapan bersama dan di selingi obrolan.

Pras menoleh ke arah Wika dan Bu Asti yang baru sampai di meja makan. Cepat-cepat Wika membuang pandangannya ke arah lain. 

"Nah, itu anak saya." ucap pak Dayu memperkenalkan putrinya Wika.

Pras mengangguk tersenyum, "iya pak, saya sudah tahu, kan kemarin pagi putri bapak mengantarkan kue cokelat yang sangat disukai putri saya. Terima kasih." 

"Ah iya, benarkah? Saya tidak tahu." kata pak Danu tertawa kecil.

"Kakak cantik!" jerit Vania berlari ke arah Wika yang terdiam kaku bak patung.

Wika menangkap tubuh kecil Vania ke dalam pelukannya, lalu Wika merundukkan tubuhnya berjongkok di depan Vania.

"Hai gadis kecil, bagaimana kabarmu?" sapa Wika menoel hidung mancung Vania.

"Sangat baik kakak cantik, kakak cantik apa kabar?" 

"Sangat baik sama sepertimu." 

"Syukurlah kalau begitu, iya kan papa?" kata Vania menoleh ke arah Pras.

Pras tertegun saat tiba-tiba anaknya mengatakan begitu, Pras tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan sang anak.

Pak Dayu melirik ke arah arlojinya yang melingkari pergelangan tangannya. Kemudian pak Dayu bangkit berdiri dan merapikan penampilannya. 

"Ma, papa pergi berangkat kerja dulu ya." pamit pak Dayu pada sang istri.

Melihat itu Pras juga ikut bangkit berdiri dari duduknya seraya memanggil Vania. Melirik ke arah arlojinya juga dan kaget melihat sudah jam berapa sekarang ini.

"Saya juga pamit bu, pak. Vania, ayo nak kemari, papa akan mengantarkanmu ke rumah Tante Sofi." 

Vania berlari kecil ke arah Pras, Wika bangkit dari posisi jongkoknya dan menegakkan tubuhnya kembali berdiri. 

"Ah iya, bukannya tadi nak Pras bilang seorang dosen ya?" tanya pak Dayu saat ingin melangkah keluar namun terhenti ketika mengingat sesuatu.

"Iya, Pak Dayu benar."

"Dosen di universitas mana?" tanya pak Dayu lagi.

Pras tersenyum kemudian menyebutkan nama universitas tempat ia bekerja mengajar sebagai dosen. 

"Wah, pas sekali kalau begitu nak Pras. Wika juga kuliah di universitas itu." 

"Benarkah?" tanya Pras pura-pura terkejut.

"Iya, Wika juga kuliah disana." 

"Baiklah, kalau begitu, bagaimana jika kita berangkat bersama?" ajak Pras menoleh ke arah Wika yang syok.

"Mau, mau, mau! Vania mau papa, kakak cantik maukan pergi bersama Vania dan papa?" seruan suara Vania yang bersorak gembira membujuk Wika agar mau ikut pergi bersama mereka.

Wika menoleh ke arah papa dan mamanya secara bergantian, pak Dayu dan Bu Asti kompak menganggukkan kepala mereka. Tersenyum sebagai kode jika mereka mengizinkan Wika pergi bersama Pras.

Wika memegang pelipisnya merasakan kepalanya yang mendadak berdenyut pusing. Astaga!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Inayah Binti Dakhlan
🤣🤣🤣🤣rasa'in tu si wika
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 71

    Tiga bulan kemudian....Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Yupss, tepat hari ini jatuhnya hari pernikahan Wika dan Pras akan di laksanakan. Butuh waktu tiga bulan bagi mereka untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kenapa tiga bulan?Wika dan Pras memang sama-sama memutuskan siap menikah kapanpun, tapi kedua orang tua Wika rupanya mempunyai satu syarat pada Pras kalau ingin menjadi menantu mereka. Yaitu, Pras yang harus kembali memiliki pekerjaan tetap seperti dulu saat menjadi dosen. Berhubung Pras sudah tidak bekerja menjadi dosen lagi alias pe

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 70

    Wika tampak lari terbirit-birit begitu melihat Pras yang mulai melangkah menaiki tangga. Jantungnya berdetak kencang takut ketahuan sudah menguping pembicaraan mereka dari sudut di atas tangga. Dengan gerakan cepat masuk ke dalam kamar Vania dan mulai naik ke atas ranjangnya, membaringkan tubuhnya terlentang seraya menutup kedua matanya pura-pura tidur.Terdengar suara kenop pintu yang di putar, Pras membuka pintu kamar Vania dan masuk ke dalamnya. Saat masuk ke kamar sang anak matanya sudah di manjakan dengan suguhan paling istimewa, tampak Wika sang calon istrinya dan Vania yang tampak begitu serasi tidur dalam satu ranjang. Kalau orang lain yang melihat pastinya akan mengira jika mereka ibu dan anak sungguhan, bukannya terlihat seperti anak tiri dan ibu tiri.

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 69

    Pras menatap tajam seseorang yang bertamu malam-malam datang ke rumahnya. Tadinya saat bel pintu rumahnya berbunyi Pras pikir itu Sofi, dengan langkah semangat Pras berjalan hendak membuka pintu untuk sang adik. Nyatanya saat pintu terbuka Pras tercengang melihat sosok cantik, ramping, dan tinggi berdiri di hadapannya dengan mengulas senyuman manis."Hai, selamat malam mantan suami." sapa Meliza Salma ceria.Pras mengeraskan rahangnya menggeram marah. "Untuk apa kau kesini?" tanya Pras to the point."Untuk apa katamu? Tentu saja untuk bertemu putriku, Vania.

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 68

    Seminggu telah berlalu semenjak Pras menyandang status sebagai pengangguran, sementara Wika yang resmi memutuskan untuk berhenti kuliah. Keduanya menikmati waktu kebersamaan mereka dengan bahagia, sekarang dimana pun ada Wika maka di situ ada Pras.Seperti sekarang ini keduanya terlihat kompak dalam membuat menu makan siang. Pras dan Wika tampak sibuk berkutat di dapur, berjibaku pada semua bahan-bahan makanan dan peralatan masak."Sayang, ayamnya di balik." titah Wika yang kini mulai berani memanggil Pras dengan sebutan mesra, tak seperti dulu masih malu-malu. "Jangan biarkan sampai gosong." titah Wika kembali."Oke bos," dengan sigap Pras mematuhinya, langsung fokus pada ayam yang tengah di gorengnya.Sambil membalik ayam yang tengah di gorengnya, Pras melirik pada Wika yang tengah sibuk pada olahan bumbu. Pras mengendikkan bahunya tak tau, entah bumbu apa yang Wika buat."Kamu sedang

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 67

    Pras hanya diam saja saat sang adik tercintanya tengah mengomel memarahinya. Tampak Sofi tengah di liputi amarah yang luar biasa, terlihat pancaran kobaran api yang menyala pada wajahnya."Aku tidak mengerti dengan dirimu kakak, kamu ini bodoh atau apa?!" entah yang sudah ke berapa kali Sofi menjerit dan membentak Pras, mengumpat berbagai macam kata sebagai bentuk pelampiasannya atas tindakan yang di buat sang kakak.Sambil masih terus mengomel Sofi mondar-mandir berjalan kesana-kemari bagai orang kesetanan. Sedangkan Pras hanya diam sebagai pendengar yang baik.Jujur, sebenarnya Sofi tak habis pikir dengan jalan pemikiran Pras dan Wika yang begitu entengnya membuat tindakan ceroboh seperti berciuman di depan umum. Di depan orang banyak!Gila, gak sih?!Mereka berdua tidak memikirkan konsekuensinya, tak memikirkan posisi mereka yang harus di taruhkan disini.Pras yang mu

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 66

    Tanpa permisi seperti mengetuk pintu ruangan dosen terlebih dahulu, Wika membuka pintunya kuat dan langsung menerobos masuk ke dalam. Hal ini membuat para dosen-dosen sangat kaget, mencibir pada tindakan tak sopan yang di lakukan Wika.Wika sama sekali tak mempedulikan itu, ia malah langsung mendekati Pras yang tampak tengah sibuk membereskan barang-barangnya."Pak Pras!" panggil Wika yang langsung menyita perhatian Pras.Pria itu menoleh ke arahnya, memberikan senyuman terbaiknya. "Hai sayang," sapanya begitu lembut sembari masih tetap fokus dengan barang-barangnya, ia masukkan ke dalam sebuah kardus cukup besar.Wika memperhatikan semua itu dengan wajah murung. "Buat apa semua ini pak?" tanyanya lirih."Tidak untuk apa-apa, hanya sedang membereskan semua barang-barang ini sampai bersih." jawab Pras santai masih dengan senyuman yang menghiasi wajahnya."Semua

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status